Dilike ya guys 😁
Divote ya guys 😁
Dikomen ya guys 😁
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Rintik - rintik hujan turun dengan lemah gemulai, gumpalan awan hitam cumulonimbus menghiasi cakrawala. Kilatan petir telah menyambar langit sore yang mendung mengguyur air hujan yang lebat ke hamparan tanah di sekitar coffee shop The Brothers milik Robin.
Julia duduk menyendiri di pojok kiri coffee shop The Brothers, termenung memandang pekarangan coffee shop itu yang diguyur hujan melalui kaca jendela. Menghirup semerbak wangi aroma khas kopi yang mengharumkan seluruh ruangan.
"Huhhh..., " Julia menghembuskan nafas yang panjang.
Seketika Julia teringat peristiwa kemarin malam. Setelah peristiwa itu terjadi, Julia menangis meratapi kesedihan dan kekecewaan. Saat ini Julia merasa lucu, malu, kecewa dan sakit hati berkecamuk menjadi satu.
"Aku bukan kekasihnya Zayn, lalu kenapa pula aku kecewa pada Zayn yang ingin segera menikah. Seharusnya aku tidak bertindak bodoh seperti jatuh cinta kepadanya dan salah paham atas perilakunya terhadap diriku. Hehehe, lucu sekali diriku," batin Julia sambil tersenyum meledek seolah mengejek dirinya sendiri.
Julia baru saja menertawakan dirinya sendiri, namun buliran air mata bertengger di kedua pelupuk matanya. Tak terasa air mata itu mengalir lagi dengan sekali kedipan dari kedua maniknya. Entah sudah berapa kali buliran air matanya mengalir bebas membasahi pipinya sehingga membuat kedua netranya sembab.
"Ayolah Julia!" jangan menangis lagi, sudahi tangismu hari ini Lupakanlah dia! Jiwa dan hati kamu sudah capek!" kata Julia di dalam hati untuk menyemangati dirinya sendiri.
Julia memalingkan pandangannya ke sebuah cangkir kopi yang sudah tandas hanya menyisakan ampasnya, sisa potongan cheesecake di wadah piring kecil, satu kotak tisu di atas meja. Ia mengambil beberapa lembar tisu untuk menyeka air matanya.
Julia teringat tujuan datang ke coffee shop ini adalah untuk menemui Robin yang ingin memberi tahu keberadaan kakaknya. Namun sudah satu jam menunggu, tak ada batang hidung orang itu, apalagi di luar sana sedang hujan lebat. Julia memayunkan bibirnya karena bete menunggu kedatangan Robin.
"Maaf telah menunggu lama," ujar seseorang yang Julia kenal suaranya sambil berdiri di belakang Julia.
Sontak Julia menoleh ke belakang. Ia sangat kaget melihat sosok kakaknya yang menggunakan topi hitam dan cool sunglasses. Julia langsung berdiri dan memeluk kakaknya dan kakaknya membalas pelukannya. Spontan kedua maniknya meneteskan buliran air mata lagi.
"Aku sangat merindukanmu. Kakak kemana aja selama ini?" tanya Julia sambil sesenggukan.
"Kakak nggak kemana - mana, masih di kota London," kata James sambil memeluk dan mengelus pelan punggungnya Julia.
"Kakak ngapain aja selama ini?"
"Kakak sengaja mengumpat."
"Kakak mengumpat di mana? Kenapa kakak mengumpat?"
"Di salah satu rumah Tuan Andre. Kakak mengumpat karena ingin menghindar dari Daddy. Kamu sudah tahu soal surat itu?"
"Iya Kak."
"Udah ya nangisnya, malu dilihatin orang - orang," ucap James sambil melepaskan pelukannya, lalu dia mengambil tisu dan menyeka air matanya Julia. "Jangan menangis lagi ya adikku sayang, kakak sudah ada di sini."
"Ekhem," suara Robin yang mengagetkan James dan Julia sambil berdiri di sampingnya James.
Julia langsung menghampiri Robin, lalu memeluk Robin sambil berucap, " Terima kasih Robin."
"Iya sama - sama Julia," ucap Robin sambil membalas pelukan Julia.
"Ayo kita duduk sambil ngobrol," ajak Robin sambil melepaskan pelukannya.
Kemudian James, Julia, dan Robin duduk di salah satu meja coffee shop. Robin duduk di depan James. James duduk di samping kirinya Julia.
"Aku sangat senang bertemu dengan kakak," ujar Julia sambil menoleh ke James.
"Kakak juga sangat senang bertemu dengan adik," ucap James.
"Oh ya Robin, kenapa tidak dari kemarin kamu kasih tahu bahwa kakak sedang mengumpat di salah satu rumah kamu?" tanya Julia
"Aku juga tahunya kemarin."
"Menurut kamu apa yang harus kita lakukan setelah mengetahui kejahatan Daddy?" tanya James ke Julia.
"Menurut kakak gimana?"
"Kita harus membantu Tante Irene untuk melaporkan kejahatan Daddy ke polisi. Apakah kamu setuju?"
"Iya, aku setuju sekali Kak."
"Kamu serius ingin membantu Tante Irene untuk melaporkan hal itu ke polisi? Dan kamu tidak ingin melanjutkan balas dendam lagi?"
"Iya Kak. Tapi Daddy tidak mengetahui bahwa aku tidak melanjutkan dendamku dan keinginanku untuk melaporkan kejahatannya ke polisi," jawab Julia yakin.
"Baiklah."
"Kakak nanti pulang ke rumah?"
"Nggak sayang. Kakak masih tetap tinggal di rumahnya Pak Andre."
"Sampai kapan kakak tinggal di sana?"
"Sampai kasus Daddy selesai."
"Permisi, pesanan datang," ucap seorang pegawai coffee shop itu sambil menaruh dus cangkir kopi Americano, satu cangkir coffee latte dan tiga potong kue tiramisu di atas meja.
"Terima kasih," ujar Julia yang ramah
"Sama - sama. Silakan menikmati," ucap karyawan itu yang ramah, lalu orang itu pergi meninggalkan mereka.
"Coffee lattenya untuk aku?" tanya Julia sambil melirik satu cangkir coffee latte dan satu potong kue tiramisu.
"Iya dan ambil satu kue tiramisunya," jawab Robin.
"Terima kasih tapi aku sudah kenyang, tadi udah makan empat potong cheesecake," ucap Julia sambil mengambil satu cangkir kopi.
"Julia, bagaimana kabarnya Rebecca?" tanya James sambil mengambil satu cangkir kopi.
"Ngapain sich kakak menanyakan dia? Dia tak pantas untuk dirindukan sama kakak."
"Benar apa yang dikatakan Julia James," timpal Robin setelah meminum kopinya.
"Robin, apakah Daddy kamu sudah menemukan pembunuh bayaran itu?" tanya James setelah meminum kopinya.
"Belum."
"Berarti masih lama Tante Irene melaporkan Daddyku ke polisi?" tanya Julia setelah meminum kopinya.
"Tergantung. Jika pembunuh bayaran itu sudah ditemukan dalam waktu cepat, maka laporannya juga cepat. Nanti aku kabari langsung jika pembunuh itu sudah ditemukan," jawab Robin setelah memakan kuenya.
"Oh ya Julia jangan sampai kamu kasih tahu Daddy kamu atau siapapun tentang kakak kamu sudah ditemukan selain keluarga Pattinson dan kalau bisa jangan sampai Daddy kamu tidak mengetahui hal itu," ujar Robin.
"Ok."
"Setelah Tante Irene melaporkan Daddy, boleh aku tinggal sama Kakak?" tanya Julia setelah mengesap kopinya lagi.
"Boleh," jawab Robin setelah mengunyah kuenya.
"Lalu, yang tinggal di rumah siapa?" tanya James setelah mengunyah kuenya.
"Rebecca," jawab Julia dengan nada suara yang datar.
"Kok dia tinggal di rumah?"
"Karena rumahnya disegel sama pihak bank."
"Daddy yang ngizinin dia tinggal di rumah?"
"Iya. Lagipula sebentar lagi dia akan menjadi ibu kita dan kita mempunyai adik bayi," jawab Julia keceplosan.
"Hah!? Dia hamil sama Daddy?"
"Opsss! Aku keceplosan."
"Kamu tidak usah menutupi berita itu. Apa benar Rebecca sedang mengandung anaknya Daddy?"
"Iya Kak."
"Shittt!! Da*n!" sentak James kesal mengepal telapak tangan kanannya namun ada genangan buliran air mata yang bertengger di kedua pelupuk netranya.
"Sabar Kak. Kakak tidak usah bersedih hati, wanita itu tidak pantas untuk ditangisi."
"Kakak hanya kecewa," ucap James yang menepiskan rasa kesedihannya.
"Iya Kakak hanya kecewa," kata Julia sambil menyeka buliran air mata James yang tanpa disadari oleh James telah menetes dari pelupuk matanya.
"Sudahlah bro, tak usah kamu tangisi lagi wanita j" l*ng itu, dan lupakan dia," kata Robin.
"Benar apa yang dikatakan Robin Kak, makan hati jika kakak harus melupakan dan jangan tangisi lagi wanita itu," timpal Julia.
"Apakah dia masih menyakiti hati kamu lagi, Julia?"
"Ehmmmm.... "
"Jujurlah Julia."
"Iya Kak, dia masih menyakiti hatiku dibelakang orang lain."
"Maafkan Kakak ya karena dulu sempat tidak mempercayai kamu tentang Rebecca yang suka menyakiti hati kamu sampai kamu pergi dari rumah ke Hollywood."
"Sudahlah Kak nggak usah diingat lagi masalah itu. Yang penting kakak harus melupakannya dan jangan menangisinya."
"Yup, aku harus melupakannya, dan tidak boleh menangis lagi karena dirinya," ujar James dengan yakin.
"Hai Bro! Apa kabar?" sapa Mark temannya Robin sambil berjalan menghampiri Robin, lalu Robin menoleh dan beranjak berdiri.
"Baik, kabar kamu gimana?" tanya Robin sambil bersalaman dan menepuk bahu Mark begitu juga dengan Mark.
"Baik."
"Silahkan duduk Mark," ucap Robin sambil menggeserkan tubuhnya.
"Ok," kata Maret sambil mengikuti jejaknya Robin.
"Kenalkan ini James," kata Robin sambil menoleh ke James.
"Mark," ucap Mark sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
"James," kata James sambil membalas uluran tangannya James untuk berjabat tangan.
"Eh ada Julia, Hai Julia!" kata Mark sambil melepaskan uluran tangannya.
"Hai juga, apa kabar Mark?" ucap Julia yang ramah sambil mengulurkan tangannya ke Mark.
"Baik. Kamu gimana kabarnya," kata Mark sambil membalas uluran tangannya Julia untuk berjabat tangan dengan Julia.
"Baik," kata Julia sambil melepaskan tangannya, lalu Mark menurunkan tangannya dan mereka duduk.
"Julia, itu benar kamu baru jadian sama Zayn?" tanya Mark.
"Itu tidak benar. Dan mengenai foto - foto itu benar, waktu dia sedang menolongku ketika kami sedang mencari kakakku. Nanti ada klarifikasinya."
"Iya benar, berita itu harus diklarifikasi supaya tidak ada lagi salah paham, kasihan Ummi, Aisyah dan Zayn," ucap Robin dengan nada suara yang sedih.
"Kakak juga setuju dengan hal itu," timpal James.
"Robin, kamu sekarang kurusan?" ucap Mark.
"Iya, aku kurusan karena makan harapan palsu melulu," ucap Robin dangan nada suara sedih.
"Kalau gitu cari aja cewek lain, masih banyak stock... "
"Udahlah, nggak usah dibahas tentang itu," ucap Robin yang memotong ucapan Mark karena Robin tidak ingin terbawa suasana yang menyedihkan.
"Baiklah," kata Mark yang mengerti maksud dari ucapan Robin.
Kemudian mereka bercengkrama mengenai apa saja. Suasana keakraban di sana membuat James dan Julia melupakan kesedihan dan kekecewaan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments