Angkara Murka

Tolong divote ceritanya dan kasih sarannya ya 🙂.

Silahkan tinggalkan jejak dengan mengklik like di bawah cerita setiap babnya 😊.

Kasih bintang lima ya 😊.

Happy reading 🤗.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Julia mengusap wajahnya dengan kasar. Angkara murka menyelimuti dirinya. Raut wajah yang sangat merah terpampang jelas di mukanya. Dia memejamkan lagi matanya yang merah untuk meredam angkara murkanya.

Drrrtt... drrrtt... drrrtt....

Handphonenya bergetar lagi yang mengagetkan dirinya. Dia mengambil handphonenya yang berada di dalam tasnya sekalian menaruh surat kakaknya. Dia melihat panggilan dari sahabatnya yang bernama Kellyana di layar handphonenya. Kemudian dia menerima panggilan itu.

"Hallo Julia, pagi ini kamu jadi kan mau ke apartement aku?" tanya Kellyana.

"He'em," jawab Julia sedikit ketus.

"Hei! Kamu kenapa berubah wujud lagi di pagi hari nan cerah ini?" tanya Kellyana yang dibumbui guyonan.

Kellyana Aurora Clarkson, wanita cantik yang humoris merupakan adik kelas sekaligus sahabatnya Julia sejak duduk di bangku kuliah. Dia yang selalu menghibur Julia, selalu mendengarkan curahan hati Julia dan yang selalu menemani Julia selain kakaknya. Karena itu dia sangat tahu seluk beluk tentang Julia.

"Nanti aku ceritain."

"Ok dech, aku tunggu ya.Oh ya jangan sering marah nanti cepat keriput."

"Iya," ucap Julia singkat.

"Bye ... sistaku yang cantik," ujar Kellyana ramah.

"Bye ... adikku yang bawelita," kata Julia ramah, lalu mereka memutuskan panggilan itu.

"Hah, daripada aku mikirin itu terus yang bikin gw marah dan bikin cepat keriput, lebih baik dapatin uang, semoga Kellyana jadi beli rumah dan perkebunan anggur warisan dari kakek. Lumayan dapat komisi dari situ, hitung - hitung untuk party," ucap Julia di dalam hati.

Kemudian Julia menyimpan surat itu ke dalam tas selempangnya dan mencari lagi sertifikat rumah dan tanah perkebunan anggur itu. Satu per satu dia memeriksa map yang dia lihat.

Tidak sampai satu menit berjibaku dengan beberapa map yang diisi berkas penting, akhirnya dia menemukan sertifikat rumah sekaligus sertifikat tanah perkebunan anggur itu. Dia mengambilnya dari dalam laci lemari. Setelah itu dia menutup laci dan lemari hitam itu.

Julia membalikkan badannya untuk menghadap ke pintu. Indera pendengaran Julia mendengar derap langkah beberapa orang yang semakin lama semakin mendekat ke tempatnya berada.

Tap ... tap...

Tap ... tap...

Tap... tap...

"Apa yang telah kamu lakukan Julia, kau telah menghancurkan asbak kristal kesayangan ku!!??" ucap Rebecca dengan intonasi suara yang membentak sambil melihat pecahan asbak yang berserakan di atas lantai ruangan.

Di luar dugaan Julia, dia melihat kemarahan Rebecca. Bukannya takut, Julia malah menantang dengan menatap sinis ke Rebecca. Karena saat ini sangat membenci wanita itu jadi Julia sangat mengenali orang yang dia benci sejak lima tahun yang lalu.

Dua orang yang baru masuk ke dalam ruangan itu menarik atensi Julia. Julia menatap tidak suka ke arah mereka, kabut hitam kebencian terhadap Rebecca menelusuri setiap aliran darahnya Julia. Namun saat itu masih ditahan angkara murka Julia kepada Rebecca.

Rebecca berjalan mendekat ke sosok Julia sehingga Rebecca berhadapan dengan Julia. Ekspresi wajah Rebecca menunjukkan aura kedengkian. Sorot mata Julia berubah menjadi tatapan nyalang yang sangat menyeramkan.

Terbesit di pikiran Julia ingin membunuh wanita yang berada di depannya. Keheningan berhawa panas yang sangat menakutkan di antara ke dua wanita itu. Kebencian yang teramat dalam terhadap Rebecca menyelimuti jiwa dan pikirannya Julia, sehingga Julia ingin memarahi Rebecca.

Plak

Sebuah tamparan yang kuat sehingga membekas di pipi kanannya Rebecca dan keluar sedikit darah di ujung bibirnya Rebecca.

"Dasar wanita j*l*ng!" bentak kasar Julia mengeluarkan emosinya yang masih menatap nyalang ke Rebecca.

Rebecca mengelap darah yang berada di sudut bibirnya. Rebecca tersenyum sinis ke Julia sambil menatap kesal yang amat besar. Perubahan sorotan mata Rebecca membuat Julia sadar bahwa wanita itu ingin membalas perbuatannya. Julia membalas senyuman sinis Rebecca dangan tersenyum ngeledek.

"Ayo kita berduel!" teriak Julia.

Ketika Rebecca mengangkat tangan kanannya, hendak ingin membalas tamparan Julia. Tuan Julius berkata, "Rebecca! Ingat kamu lagi hamil muda, tidak boleh stress, tidak usah kamu ladenin Julia."

"Hah?!!" teriak Julia kaget tak percaya Rebecca hamil. "Hamil anak siapa?" tanya Julia sambil menoleh ke arah daddynya.

"Yah, anak Daddy kamu lah, masa anak orang lain, aku ini kan kekasih Daddy kamu, sebentar lagi kita akan menikah," jawab Rebecca ngeledek yang sengaja memancing bertambahnya rasa kecewa di hati Julia sambil berjalan pelanggan ke sosok suaminya.

"Apa benar itu Daddy?" tanya Julia yang tidak langsung percaya dengan ucapan Rebecca sambil terus menatap serius ke sorotan mata daddynya.

"Ehm... iya, itu benar. Apa kamu setuju jika Daddy menikah dengan Rebecca?" ucap Tuan Julius yang sedang menatap sendu ke Julia.

"Oh ... sangat setuju sekali demi status anak itu. Tapi, aku tidak akan membantu Daddy untuk menutupi semua hutangnya Daddy dan aku akan pergi dari rumah," jawab Julia yakin yang masih menahan marah tingkat dewa di hatinya.

"Julia... Daddy mohon jangan seperti itu pada Daddy, hanya kamu harapan Daddy untuk memperbaiki dan meneruskan perusahaan kita," ujar daddynya Julia memelas.

"Daddy harus tegas! Jika Daddy tetap menikahi perempuan p*l*c*r, aku kan pergi dari rumah ini atau Daddy usir wanita L**** itu jika tidak ingin aku pergi dari rumah ini," ujar Julia tegas dengan sorotan mata tajam.

"Sayang, kamu jangan usir aku dari sini, kasihan anak ini," kata Rebecca manja sambil menggandeng tangan suaminya dengan manja dan menggoda.

"Julia, Daddy minta tolong berikan waktu untuk memikirkan hal ini," pinta Tuan Julius, daddynya Julia.

"Baiklah, sampai kapan Daddy?" tanya Julia sinis.

"Paling lama tiga bulan sayang, maafkan Daddy jika mengecewakan kamu."

"Sudahlah Dad nggak usah basa - basi. Sebaiknya Daddy pergi dari sini dan ajak tuch wanita j*l*ng milik Daddy itu, aku sudah muak!" kata Julia sinis sambil menatap tajam ke Rebecca.

"Ayo kita keluar dari sini," ajak daddynya Julia.

"Baiklah, demi ketenangan anak ini aku pergi jauh dari wanita stress," kata Rebecca ngeledek.

Kemudian Rebecca dan Tuan Julius berbalik badan dan berjalan keluar dari ruangan itu.

"Sayang, aku minta beliin rumah baru ya," pinta Rebecca manja yang sengaja diucapkannya biar Julia bertambah bete sambil berjalan dan menggandeng manja tangannya Tuan Julius.

"Iya," ujar Tuan Julius datar sambil berjalan berdampingan dengan Rebecca.

Julia mengepal telapak kanannya dan memenjamkan matanya lagi. Dia berusaha keras untuk menahan dan merendam angkara murkanya yang sudah membuncah ke Tuan Julius dan Rebecca. Pagi ini merupakan pagi yang sangat buruk untuk Julia.

"Haah...," Julia menghela nafas panjang untuk merilekskan jiwanya, lalu dia mengusap wajahnya dengan kasar.

"Mimpi apa aku semalam, sampai harus mendapatkan kabar yang mengguncangkan diriku dan bertemu dengan wanita ular itu. Jika tidak sedang hamil, sudah habis tuch orang. Sebaiknya aku harus segera pergi dari rumah ini daripada aku harus bertengkar terus dengan Rebecca," gumam Julia.

"Permisi Nona, saya mau membereskan pecahan asbak," ujar salah satu maid yang bekerja di rumah itu.

"Iya, silakan."

Kemudian Julia berjalan keluar dari ruangan itu sambil membawa surat kakaknya, sertifikat rumah dan perkebunan anggur milik daddynya. Dia merasa sudah tidak betah tinggal di rumah itu.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!