Pagi Hari

Tolong divote ceritanya dan kasih sarannya ya 🙂.

Silahkan tinggalkan jejak dengan mengklik like di bawah cerita setiap babnya 😊.

Kasih bintang lima ya 😊.

Happy reading 🤗.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Sang fajar bersinar terang menyinsing di ufuk timur langit cerah. Kawanan burung gereja beterbangan bebas ke sana kemari, suara kicauannya saling bersahutan satu sama yang lainnya. Kedua keindahan alam itu mengiringi rutinitas para makhluk sosial yang berada di dalam rumah kediaman keluarga Julius Smith.

Pagi hari ini Julia mau pergi untuk menemui salah satu sahabatnya yang bernama Kellyana. Mereka bersahabat sejak duduk di bangku kuliah. Julia ingin menjual rumah dan kebun anggur milik daddynya. Julia sangat cantik dengan polesan make up natural dan rambut panjangnya dikuncir kuda. Berpenampilan modis dengan memakai dress selutut bermotif bunga - bunga, tidak lupa memakai tas selempang berwarna nude dan sepatu bot yang warnanya senada dengan tasnya.

Julia duduk di kursi makannya dan melihat meja makan penuh dengan aneka makanan sarapan untuk para penghuni rumah ini. Di atas meja makan tersedia beberapa lembar roti gandum, daging asap, salad sayuran dengan minyak zaitun, salad buah - buahan dengan yogurt plan, mayones, beberapa lembar keju, tiga gelas susu putih, tiga gelas air putih dan tiga buah piring datar yang di samping kanan kiri setiap piring sudah disiapkan sendok, garpu beserta pisau roti.

"Wah ada makanan enak nich!" seru Julia berbinar sambil mengambil sendok dan garpu.

"Makan yang banyak Nak Julia," kata ketua pelayan di mansion itu yang sedari tadi berdiri di belakang Julia.

"Iya Bi Lia. Mumpung aku masih di sini, ayo makan Bi," ujar Julia sambil mengambil salad buah dengan saos yogurt plan.

"Terima kasih Nak, Bibi sudah makan," ucap Bi Lia dengan sopan.

"Yah... Bibi nggak cihuy nich, padahal aku sudah kangen makan bareng bibi."

Lia selain menjadi ketua pelayan di mansion milik keluarga Smith, dia juga dulu pernah menjadi pengasuh Julia dari bayi sampai besar. Lia sudah menganggap Julia seperti anaknya sendiri.

Begitu juga dengan Julia, Julia menganggap wanita itu sebagai ibunya sendiri. Bahkan waktu Julia kecil, sering memanggilnya ibu, namun sejak usia delapan tahun tidak diperbolehkan lagi memanggilnya ibu. Larangan itu dibuat oleh daddynya Julia.

"Bibi yang menyiapi ini semua?" tanya Julia.

"Iya Nak."

"Memangnya tidak ada yang bantuin Bibi di dapur?" tanya Julia sambil menyuapkan salad buah itu ke arah mulutnya, lalu mengunyah makanan itu.

"Tidak ada Nak, semua maid yang biasanya bekerja di dapur dipecat."

"Kok dipecat?" tanya Julia setelah menelan makanannya.

"Saya kurang tahu Nak Julia."

"Bi, Daddy masih suka ngajak wanita ke ranjangnya?" tanya Julia sambil mengambil dua lembar roti gandum.

"Masih Nak."

"Masih gonta - ganti wanita?" tanya Julia sambil mengambil dua lembar daging asap.

"Udah nggak, Tuan sekarang setia dengan satu wanita."

"Siapa namanya?" tanya Julia sambil memberikan mayones di atas daging asapnya.

"Bibi tidak tahu Nak."

Julia hanya menganggukkan kepalanya untuk menyahuti ucapan bibi Lia karena dia sedang mengunyah roti gandum yang telah diisi dengan daging asap dan mayones.

"Lia, silakan kamu pergi dari sini, saya ingin bicara empat mata sama Julia," ujar daddynya Julia sambil berjalan pelan menuju meja makan.

"Baik Tuan Besar," jawab Bi Lia sambil menunduk, lalu Lia pergi dari ruang makan.

"Kamu pagi - pagi udah rapih aja, emangnya kamu mau kemana?" tanya daddynya Julia sambil menarik pelan kursi makan.

"Aku mau ketemuan sama Kellyana sekalian mau nawarin rumah dan perkebunan anggur milik kita," jawab Julia setelah menelan roti gandumnya.

"Julia, kamu mau main film ayah lagi bareng Rebecca?" tanya daddynya Julia sambil mengambil salad sayuran.

"Aku tidak sudi main film bareng Rebecca," jawab Julia sambil memotong roti gandumnya.

"Kenapa?" tanya daddynya Julia sambil mengambil salad sayuran dari piringnya.

"Dia bermuka dua Dad," ucap Julia sambil mengangkat rotinya dengan garpu, lalu dia memakan roti itu.

"Hasil usaha kamu udah mencapai berapa persen untuk melorotin kekayaannya Robin?"

Julia tidak menjawabnya karena dia sedang mengunyah dan malas menjawabnya. Dia lebih baik memilih meneruskan makan makanannya sampai habis. Begitu juga dengan daddynya Julia, dia lebih memilih sarapan daripada berbicara karena lawan bicaranya sedang asyik sarapan.

"Daddy, surat sertifikat tanah dan rumahnya mana?" tanya Julia setelah meneguk air putih.

"Ambil aja di laci lemari hitam samping kanan meja kerja Daddy," jawab daddynya Julia setelah meneguk air putihnya.

"Ok Dad," ujar Julia, lalu dia mengambil gelas yang ada susunya dan meminum susu itu. "Dad, malam ini aku nginep di apartemennya Kellyana," lanjut Julia sambil menaruh gelas kosong bekas susu di atas meja makan.

"Kenapa kamu nginep? Baru kemarin kamu sampai di sini, udah nginep aja di apartemennya Kellyana. Kamu nggak kangen sama Daddy?"

"Kangen Dad, nanti malam aku mau pergi ke club pulangnya bisa dini hari, dan aku ingin berdiskusi sama Kellyana."

"Berdiskusi soal apa?"

"Bahas tentang mencari cara untuk melorotin Robin lagi tanpa harus menikah dengannya," jawab Julia mantap.

"Ooo.... Kalau begitu sekalian aja diskusi mencari cara untuk mendekati dan mengencani anaknya Peter."

"Kalau itu terlalu jauh melangkah Dad. Susah banget akses ke sananya."

"Memangnya kamu pernah mencobanya?"

"Pernah Dad, aku pernah meminta untuk ikut ke acara keluarga besarnya Robin, tapi Robin tidak mau mengajak aku. Kalau misalkan aku ikut, aku bisa berkenalan langsung sama anaknya Peter, terus mendekatinya, mengencaninya dan menguras hartanya."

"Itu ide yang bagus, tapi sayang belum terealisasi."

"Apakah Daddy ada cara untuk melakukan itu?"

"Ehm... untuk sekarang ini belum ada celahnya. Anaknya Peter yang bernama Armstrong itu susah sekali didekati sama seorang wanita. Yang Daddy dengar, dia itu orangnya belum pernah punya pacar dan dingin sama setiap wanita."

"Kalau tidak salah, yang jadi astronot itu ya Dad?"

"Bukan dia. Yang jadi astronot itu, anak sambungnya Peter. Kalau dia, CEO dari Pattinson Corporation."

"Wuihhh... tajir melintir tuch orang."

"Maka itu, kamu harus bisa merealisasikan niat rencana kamu untuk melorotin si Armstrong."

"Armstrong... nama yang bagus, dan aku suka itu," ujar Julia sambil menganggukkan kepalanya.

"Selama di sini, kamu mau dikawal sama beberapa bodyguard?"

"Tidak usah Dad, aku bisa jaga diriku sendiri."

"Kalian sarapan kok nggak ajak - ajak aku sich?" tanya Rebecca sambil berjalan santai ke meja makan.

Sontak membuat Julia terkejut mendengar suara Rebecca. Dia tidak menyangka wanita bermuka dua itu berada di dalam rumahnya.

"Kok dia ada di sini! Padahal kakak tidak ada di sini, ngapain tuch orang ada di sini? bikin nafsu makan gw hilang," kata Julia di dalam hatinya.

Rebecca adalah kekasih kakaknya. Rebecca merupakan kakak kelas Julia di kampusnya. Rebecca sering berbuat jahat kepada Julia. Julia sering dibully oleh Rebecca. Namun di depan kakaknya, Rebecca berbuat baik kepada Julia. Kakaknya menjalin hubungan dengan Rebecca sejak dua tahun yang lalu.

Julia sering bilang ke kakaknya bahwa Rebecca sering membully dirinya, namun kakaknya tidak pernah mengindahkan omongan Julia itu. Karena itu, Julia sebal sama kakaknya dan akhirnya Julia pergi dari rumah dengan menerima tawaran peran di salah satu film Hollywood yang membuat namanya terkenal.

Kemudian Rebecca menarik kursi yang berada di sebelah kanan Tuan Julius, daddynya Julia. Julia menatap sinis ke Julia. Rebecca cuek menanggapi tatapan Julia kepadanya.

"Sayang, mulai nanti malam aku tidak tidur di sini lagi karena ada yang tidak suka denganku," ujar Rebecca yang menambah rasa tidak sukanya Julia ke dirinya sambil mendudukkan badannya di atas kursi.

"Rebecca!" bentak Tuan Julius sambil menatap dingin dan serius ke Rebecca

"Kenapa kamu bentak aku?!" tanya Rebecca yang terkejut melihat reaksi kekasihnya.

"Sudahlah Dad, aku tahu kalian punya hubungan asmara. Tapi aku tidak habis pikir, kenapa kalian menikung kakakku dari belakang, dan... AKU TIDAK SUKA ITU!" kata Julia yang menekankan kalimat terakhirnya sambil menoleh sinis ke mereka.

"Julia, dengarin penjelasan Daddy dulu sayang," pinta Tuan Julius.

"Tidak perlu Daddy. Lebih baik aku ambil surat sertifikat dan pergi dari sini," kata Julia kesal, lalu Julia berdiri dan berjalan cepat ke ruang kerja daddynya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!