Kamar Mandi

🌹Selamat Membaca 🌹

Rahul tak tahu lagi harus berkata apa, kedua gadis itu begitu semangat berlari. Rahul sudah menyuruh mereka tetap di mobil agar tidak kelihatan orang lain dua mahkota berharga milik para wanita, namun apalah daya Rahul hanya bisa menahan hati.

"Bapak, Ibu. Apa kami di izinkan?" tanya Anjela dengan semangat saat mereka sampai di depan Rahul dan Ibu Asih.

Rahul menundukkan kepalanya, dia tidak ingin ketahuan Ibu Asih jika matanya hanya ingin melihat dua benda itu, jadi Rahul menundukkan kepalanya.

Ibu Asih tersenyum, "iya nak, kalian di izinkan," jawab Ibu Asih.

"Yeayyy...," kedua gadis itu berpelukan dengan riang, mereka memeluk Ibu Asih dengan senang, kemudian sasaran terakhir yaitu Rahul.

"Bapaaakkk..," Rahul di peluk dengan semangat oleh kedua gadis itu, Rahul mengimbangi badannya agar tidak terjatuh.

Kedua gadis itu melepaskan pelukannya dan mereka berpelukan kembali berdua.

"Anjela senang," seru Anjela sambil berloncat-loncat.

"Anjeli senang," seru Anjeli yang tak kalah semangat berloncat-loncat.

"Sudah-sudah, jangan berlebihan." Ibu Asih mencoba mengingatkan Anjela dan Anjeli.

"Iya, Ibu." Anjela dan Anjeli langsung diam, tapi mereka masih tersenyum senang.

"Maaf Pak, sebaiknya kita makan dulu. Saya yakin jika Anda dan orang-orang Anda kelaparan," kata Ibu Asih langsung di anggukkan dengan Rahul."

"Ayo kita masak," seru Anjela dan Anjeli kompak.

"Bapak, mau ikut kami memasak?" Anjela mengajak sambil mengeluarkan senyumnya yang menawan.

"Eh,..." Rahul bingung, dia sama sekali tak pernah masak seumur hidupnya.

"Ayolah, Pak. Anjeli mohon!" Anjeli memasang wajah imut membuat Rahul berdebar kencang.

"Ba..iklah," jawab Rahul tergagap.

"Yeay, ayo ikut kami ke dapur," Anjela langsung menarik tangan Rahul setelah mengatakan itu, Anjeli juga ikut bersemangat, mereka pergi menuju dapur.

Rahul melangkah ke dalam rumah kayu yang luas itu, mereka masuk ke dapur yang juga cukup luas. Dapur itu menyatu dengan tanah, jadi dapurnya berlantai tanah. Rahul turun mengikuti Anjela dan Anjeli, ia celingukan menjari kamar mandi tapi tidak menemukannya.

"Dimana kamar mandi?" tanya Rahul kepada kedua wanita itu karena ia ingin buang air kecil.

"Kamar mandi ada di luar sana," tunjuk Anjela ke pintu kayu yang tertutup.

Rahul hanya mengangguk saja, namun ia langsung melangkahkan kaki berjalan ke pintu itu karena tangannya di tarik oleh Anjeli.

"Silahkan saja," ucap Anjeli, ia menunjukkan aliran sungai yang cukup deras dan besar. Mata Rahul mencari keberadaan kamar mandi, tapi ia tak menemukannya.

"Ayo silahkan!" Anjela menyuruh Rahul keluar dan ia hanya menurut.

"Dimana kamar mandinya?" tanya Rahul melihat kedua gadis itu.

"Itu," jawab mereka kompak menunjuk sungai.

Rahul menelan air ludahnya, bagaimana sungai di sebut kamar mandi. Rahul hanya melihat ada ****** kecil di sana, ia tak yakin memijakkan kakinya di sana karena ****** itu tampak rapuh.

"Anjela, tolong ambilkan air putih secangkir!" pinta Rahul dengan wajah yang tak dapat di artikan.

"Baik, Pak. Tunggu di sini ya," Anjela langsung berlari masuk ke dalam dapur untuk mengambil air putih.

"Bapak mau minum?" tanya Anjeli polos.

"Saya mau buang air," jawab Rahul tanpa melihat Anjeli, matanya lebih fokus dengan aliran sungai itu.

"Bapak mau buang air, tapi kenapa minta air minum?" tanya Anjeli bingung.

"Ada lah," Rahul menyunggingkan senyumnya.

"Mana mungkin aku kencing tak berbasuh, lagian sungai ini tak menjanjikan jika aku akan selamat kalau aku memijakkan kaki di ****** itu," kata Rahul dalam hati.

"Bapak bikin bingung," Anjeli mengatakannya sambil menggarukkan kepalanya yang tak gatal.

"Kalian yang bikin bingung," kata Rahul balik, Anjeli hanya menggelengkan kepalanya tak mengerti.

Anjela membawa secangkir air putih penuh, ia mendekati Rahul dan Anjeli. Anjela memberi cangkir itu dengan senang, Rahul langsung mengambilnya.

"Terimakasih," ucap Rahul sambil tersenyum, Anjela malu-malu kucing mendapat ucapan itu.

"Kalian masuklah dulu, saya mau buang air kecil dulu. Ingat! jangan mengintip!" Rahul mengatakannya dengan nada ancaman.

Kedua gadis itu mengangguk dan langsung berbalik badan, mereka berjalan kembali ke dapur tanpa menoleh ke belakang.

"Sangat patuh," gumam Rahul.

Rahul berjalan menuju tepi sungai, ia memilih di semak-semak. Rahul menoleh ke kiri dan ke kanan dulu sebelum buang air, Rahul terlupa menoleh ke belakang. Anjela dan Anjeli hanya cekikikan melihat Rahul yang sedang buang air.

"Bapak itu ganteng dan wangi," kata Anjeli dengan senang.

"Iya, Anjela suka sama bapak itu," balas Anjela tak kalah senang.

"Anjeli juga suka."

Rahul selesai dengan buang air kecilnya, saat ia hendak berjalan kembali ke belakang ia melihat pintu dapur bergoyang seakan ada yang baru masuk ke dalam.

"Gadis-gadis nakal." Batin Rahul.

Anjela dan Anjeli memegang dada masing-masing, jantung mereka berdegup kencang karena takut ketahuan. Mereka menoleh ke arah pintu yang terbuka, Rahul masuk ke dapur.

"Kalian masak apa?" tanya Rahul pura-pura tidak tahu kejadian tadi.

"Tidak tahu," jawab mereka kompak dan menggelengkan kepala.

"Kita masak mie aja ya, kita kembali saja ke atas."

Anjela dan Anjeli mengangguk, Rahul duluan naik ke tangga yang hanya memiliki lima anak tangga dan di susul Anjela dan Anjeli dari belakang.

"Pak, mie itu apa?" tanya Anjeli karena tidak pernah mendengar kata mie begitu juga Anjela.

Rahul menoleh kebelakang, ia mengkerutkan dahinya.

"Bahkan dengan mie saja tidak tahu," ucap Rahul dalam hati.

"Makanan yang enak, ayo kita ambil kardusnya." Rahul kembali berjalan, mereka berdua saling pandang sejenak tapi langsung mengikuti langkah Rahul.

Di dalam rumah sudah di penuhi barang-barang yang di beri Rahul, anak-anak sangat antusias melihat isi dari barang-barang itu. Rahul berjalan menuju Bulat yang tengah berbual dengan anak-anak kecil lainnya, tidak berbual karena Bulat sibuk membagikan permen untuk anak-anak.

"Bulat." Rahul memanggil Bulat agar mendekat ke dirinya.

Merasa di panggil Bulat langsung berjalan melewati kerumunan anak-anak yang di dekatnya, ia pun langsung berjalan mendekati Rahul.

"Ada apa bang?" tanya Bulat sambil memegang beberapa gula-gula tangkai di tangannya, hanya sebentar di tangannya karena langsung di rebut Anjela dan Anjeli.

Rahul hanya geleng kelapa melihat kelakuan dua gadis itu, ia langsung kembali lagi melihat Bulat.

"Masak mie untuk kita semua, kalau kau malas sebaiknya suruh orang-orang ku. Jangan lupa beri semua pizza-pizza yang di bawa untuk mereka makan sekarang, untuk mengganjal perut mereka." Rahul menjelaskan dengan sebaik mungkin agar Bulat mengerti, ia tidak ingin anak-anak panti kelaparan.

"Baik, Bang." Bulat menjawab dengan cepat, kemudian ia memerintahkan anak buah Rahul untuk membagi-bagikan pizza dan juga menyuruh masak mie instan.

Rahul melihat ke belakangnya, kedua gadis itu tak pernah jauh darinya. Anjela dan Anjeli sangat lahap memakan permen, mereka sangat menikmatinya.

"Kenapa mereka sangat cantik? kenapa dua gadis malang ini di buang orangtuanya?"

Bersambung

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!