Harga Diri

Anjela dan Anjeli berpegangan tangan, mereka berdiri di depan Khani yang sedang marah. Wajah Khani melebihi pocong di dalam TV tadi, mereka benar-benar ketakutan.

"Bagus kalian ya! kalian pasang wajah polos kalian, hmm. Dari pertama melihat kalian aku sudah tidak suka, sekarang baru nampak biang kalian hah!"

Khani benar-benar tersulut emosi sampai ia berbicara begitu keras hingga para pekerja di rumah itu berhamburan melihat mereka, semuanya kaget saat melihat TV yang tadi baik-baik saja kini sudah hancur.

Anjela memanyunkan bibirnya, ia memandang Khani tidak suka.

"Kakak jahat! Anjela tidak suka kakak, Anjeli juga tidak suka kakak. Iya kan Anjeli?" tanya Anjela melihat ke Anjeli.

"He-eh, Anj..."

"Sudah-sudah, Anjela Anjeli!! sebaiknya kalian pergi dari sini, aku sangat muak melihat kalian berdua."

Khani menunjukkan tangannya ke arah pintu luar, Anjela dan Anjeli menengok pintu itu dan langsung menggeleng bersamaan.

"Kalau kakak mau pergi, kakak pergi saja. Kami berdua tidak ingin pergi, kami berdua suka sama Bapak Rahul." ucap Anjeli dan di anggukkan oleh Anjela.

"Orang miskin memang menyukai orang kaya, tapi orang kaya tidak menyukai orang miskin! kalian berdua sadar diri dong, jangan terlalu banyak bermimpi." kata Khani dengan kesal.

"Apa bedanya kaya dan miskin? Kita sama kok. Kakak punya rambut, Anjeli juga punya. Kakak punya mata Anjeli juga punya. Kakak punya tangan, Anjeli juga punya. Kakak punya mulut, Anjeli juga punya. Kakak punya hati, Anjeli juga punya." ucap Anjeli sambil menunjukkan apa yang di sebutkanya tadi.

"Bedanya, kalian berdua itu sampah! Kalian berdua itu menyusahkan orang lain, aku yakin jika orangtua kalian juga orang miskin." Khani bersedekap dada sambil melihat Anjela dan Anjeli meremehkan.

"Soal kakak mengatakan kami sampah, mohon maaf kak kami jauh lebih baik dari sampah. Satu hal lagi, kami tidak pernah bertemu dengan orangtua kami sekalipun. Walaupun kami tidak pernah bertemu, setidaknya kami tidak pernah membicarakan hal yang buruk tentang semua orangtua. Kami juga tidak pernah sekolah, tapi kami tahu cara menghargai orang lain." jelas Anjela.

Khani terhenyak mendengar pernyataan Anjela, ia pikir jika kedua gadis di depannya itu benar-benar bodoh, tapi nyatanya Anjela bisa mengatakan hal seperti itu.

Memang penampilan selalu menjadi kesan pertama bagi kita, namun cara pandang orang yang menyikapi itu berbeda. Khani memandang rendah Anjela dan Anjeli, tetapi ia lupa jika ia sedang merendahkan diri sendiri. Apa yang kita ucap itulah yang di lihat orang lain tentang diri kita. Awalnya Anjela dan Anjeli takut dengan Khani karena sejak mengambil ikan itu mereka juga bersalah, namun karena satu kesalahan tidak mungkin membuat mereka di caci dan di hina.

"Kami tahu kami bersalah, maafkan kami yang telah merusak TV itu. Kakak bisa menghukum kami apa saja, tapi tidak dengan harga diri kami. Maafkan kami yang lancang, maafkan kami juga jika kakak tak menyukai kami."

Setelah berkata seperti itu Anjeli langsung memegang tangan Anjela dan mengajak kembarannya itu ke tempat serpihan kaca, mereka ingin bertanggungjawab dengan mengemas semua kekacauan yang mereka buat.

Rahul dari lantai dua hanya memperhatikan mereka sedari tadi, adiknya memang keterlaluan. Tapi, Rahul tersenyum karena kedua gadis kembar itu menjawab semuanya dengan baik.

"Jika kalian terus di asah, aku yakin jika kalian akan menjadi luar biasa. Selamat datang dua gadis kembar ku, bertemu kalian membuat aku semakin tak menentu. Jikalau aku pilih salah satu, apakah ada yang cemburu?" Rahul berkata dalam hati, tak hilang senyum di hatinya saat melihat Anjela dan Anjeli.

Setelah sibuk dengan pikirannya, akhirnya Rahul turun kebawah menuju mereka. Kami yang melihat Rahul langsung menurunkan tangannya dari bersedekap dada, mendengar apa yang di katakan dua gadis kembar itu membuatnya ingin menghargai orang lain, apalagi kakaknya.

"Anjela, Anjeli. Jangan di teruskan, ada pekerja di rumah ini. Sebaiknya kalian kembali ke kamar, saya ada sesuatu untuk kalian." kata Rahul sambil memegang pundak gadis itu.

Anjela dan Anjeli menoleh ke arah Rahul yang sedang tersenyum bergantian melirik mereka, melihat Khani yang memperhatikan mereka hanya menghela nafas.

"Kami minta maaf telah membuat kekacauan, kami pantas di hukum." ucap Anjeli dengan bibir yang bergetar menahan tangis, begitupun dengan Anjela ia juga ingin menangis setelah bersama Rahul. Entah kenapa bagi mereka Rahul adalah yang terbaik, melihat Rahul mereka selalu ingin bermanja.

"Jangan di lanjutkan, nanti tangan kalian berdarah. Ayo sekarang berdiri!" ajak Rahul dengan mengangkat masing-masing lengan kedua gadis itu agar menurut.

Anjela dan Anjeli berdiri, ia melihat ke arah Khani yang sedang membuang wajah, tetapi matanya melirik mereka.

"Ayo kita naik ke atas, ada yang ingin saya beri untuk kalian."

Anjela dan Anjeli melihat wajah Rahul dan merekapun tersenyum lalu mengangguk.

"Ayo!"

Rahul menggenggam kedua tangan gadis itu, Anjela sebelah kanan dan Anjeli sebelah kiri. Dengan suka ria ia membawa mereka berdua masuk ke dalam kamarnya.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Zainab Ddi

Zainab Ddi

alhamdulillah ibu panti mengajarkan hal2 yg baik untuk mereka JD mereka punya sopan santun yg baik

2022-01-07

0

Dewi Murni

Dewi Murni

duh dsni kok bnyk pda koment ya,,BCA aja dlu dn nikmati.

2021-10-15

0

Putri Kirana Saldin P

Putri Kirana Saldin P

sabae.kembar

2021-10-01

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!