Bapak pulang

Sel tahanan di lembaga permasyarakatan Gunung Sindur, Bogor mendadak ramai. Itu karena satu dari banyaknya narapidana yang ada di sana mengalami kejang hebat. Wajahnya sudah pucat, matanya terpejam, seluruh tubuh bergerak tak beraturan seperti terkena sengatan listrik aliran besar.

Tentu saja kegaduhan itu membuat sipir di sana terkejut dan mengeluarkan satu orang narapidana yang sedang menjemput ajal itu.

"Lapor pak. Salah satu tahanan kritis, kita harus-"

"Tidak harus. Kita tidak harus melakukan apapun. Biarkan saja. Percuma menolongnya, toh nanti dia juga akan mati."

Petugas sipir itu berhenti memberi laporan ketika ucapannya dipotong begitu saja oleh atasannya. Ah, kasihan sekali orang itu. Pikir petugas sipir itu tak tega kembali ke tempat dia meletakkan tubuh napi di luar sel penjara.

"Tapi pak, apa tidak sebaiknya-"

"Kamu hanya perlu diam dan tutup mulutmu rapat-rapat! Sebaik-baiknya orang adalah mereka yang bisa menjaga rahasia! Kamu akan tetap diam kan?!" Sorot mata penuh intimidasi itu bisa dibaca oleh petugas sipir.

"Siap pak!"

"Bagus! Kembali bertugas. Anggap saja kamu tidak melihat apapun. Mereka yang ada di dalam sel juga tidak akan sesumbar apapun, karena tidak ada gunanya untuk mereka. Tidak menguntungkan, tidak juga merugikan. Jadi lebih baik jika semua orang tetap diam. Hanya satu semut kecil yang mati, dunia tidak akan kiamat. Ya kan?" Desis petugas kepolisian itu masih dengan wajah entengnya.

"Siap pak!" Lagi-lagi jawaban itu yang terdengar.

'Bangsat! Jika saja dia bukan atasanku, mungkin sudah ku injak-injak mulutnya!'

Sipir itu adalah Aji. Dia berlari ke arah tubuh tahanan yang tak lain adalah... Tegar! Entah apa yang dialami bapak dua anak itu semalaman, yang jelas saat dia tiba di lapas, Tegar sudah pucat pasi. Baru beberapa belas menit berlalu setelah Aji kembali dari tugas memeriksa sel tahanan, dia dikejutkan dengan kondisi Tegar yang sudah sangat memprihatikan.

'....jika aku mati di sini .. Tolong pulangkan jasadku .. Agar anak-anakku tidak terus menunggu, kehadiran bapak mereka...'

Tegar memegang kertas di tangannya. Sudah tidak ada pergerakan apapun dari lelaki itu. Tidak ada lagi gurat kesakitan di wajahnya, benar-benar tenang. Tegar bersatu dengan keheningan. Kertas sobekan kecil di tangannya menjadi satu-satunya harapan yang dia sampaikan. Tidak ada permintaan muluk-muluk atau berlebihan, hanya ingin anak-anaknya tidak terus berharap akan kedatangannya, itu saja.

Aji memeriksa denyut nadi dan detak jantung Tegar, meski tanpa melakukan hal itupun dia sendiri bisa tahu apa yang sekarang terjadi pada Tegar.. Ya, lelaki malang itu sudah kehilangan nyawanya beberapa menit yang lalu. Aji membayangkan kesedihan anak-anak Tegar, membayangkan bagaimana sakitnya menjadi mereka setelah kepergian Tegar dengan cara seperti ini. Jelas ini semua tidak adil untuk mereka! Untuk Tegar, untuk kedua anak lelaki itu juga.

Keadilan yang katanya untuk seluruh rakyat Indonesia hanya bunyi yang bergema tanpa ada bukti nyata. Hukum di negara kita runcing ke bawah dan tumpul ke atas. Sungguh kasihan nasib si miskin yang tidak bisa membela haknya.. Sungguh kasihan nasib mereka yang tidak didengar suaranya.. Dan sialnya bagi Aji, dia melihat itu semua. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa!

Bisa saja dia menyuarakan apa yang dia ketahui, apa yang dia lihat, tapi setelah itu apa mereka benar-benar akan memberikan Tegar sebuah keadilan? Apa dengan Aji speak up, masyarakat yang terlanjur menandai Tegar sebagai pelaku kejahatan akan berbondong-bondong meminta maaf dan mengembalikan nama baik kuli panggul itu seperti sedia kala?

Yang paling menyesakkan, Tegar dinyatakan meninggal karena gagal organ. Luka parah pada lambung dan hati, juga paru-paru yang membengkak. Semua penyakit itu Tegar peroleh dari siksaan fisik yang terus-menerus dia dapatkan tanpa henti. Tapi tentu saja, laporan itu diganti dengan sedikit bumbu fitnah dan rekayasa agar Tegar yang sudah meninggal tetap menanggung aib hingga ke liang lahatnya. Laporan penyebab kematian Tegar diganti dengan keterangan meninggal akibat bunuh diri!

Sesuai permintaan terakhir Tegar, pihak kepolisian berniat memulangkan jenazah Tegar agar diurus keluarganya. Karena memang Tegar masih memiliki dua orang anak yang harus tahu bagaimana kondisi bapak mereka saat ini. Pulang tanpa nyawa!

Suara sirene mobil ambulance dan mobil polisi di jalan menuju arah rumahnya, membuat Zayan dan Anam yang saat itu masih di perjalanan pulang dari sekolah menatap bingung satu sama lain.

"Bang! Mobil polisi bang! Bapak pulang bang! Bapak pulang! Ayo bang!! Ayo cepet! Bapak pulang itu bang!!!" Zayan yang bertubuh gemuk itu begitu bersemangat mengejar mobil ambulance dan mobil polisi yang berlalu sambil membunyikan sirenenya.

Anam ikut berlari tapi.. Tapi perasaannya tak enak. Apa iya bapaknya yang pulang? Apa benar doanya semalam langsung dikabulkan Allah? Anam berdoa agar bapaknya bisa pulang secepatnya, ah... Akan sangat bagus kalau semua doanya terkabul.

Mereka berlarian antusias mengejar apa yang terus mengarah ke rumahnya. Benar! Mobil polisi dan mobil ambulance berhenti tepat di depan rumah Tegar, rumah mereka. Tapi.. Kenapa harus ada mobil ambulance juga? Siapa yang sakit? Anam dan Zayan belum bisa mengerti apa yang terjadi, tapi rasa bahagia sudah terpupuk di hati mereka. Senang sekali.. Akhirnya bapak yang mereka tunggu-tunggu pulang juga akhirnya.

Zayan bahkan sampai terjatuh tapi langsung bangkit dan meneriakkan panggilan untuk Tegar.

"Bapaaaaak! Bapaaaak.. Aku sama Abang kangen pak.. Paaak.." Begitu teriak Zayan padahal belum sampai rumah mereka.

Ada perasaan tak nyaman, ada perasaan aneh tapi Anam belum tahu itu apa.. Anam tetap berlari. Bahkan sekarang mendahului Zayan. Dia ingin bertemu bapaknya! Rindu sekali rasanya.

Tapi, mata itu mereka langsung membola saat menyaksikan kerumunan orang di depan rumahnya. Banyak sekali. Ada polisi, ada orang-orang berseragam putih, ada pak RT yang rumahnya habis terbakar minggu lalu, ada juga pak lurah. Banyak sekali orang di depan rumahnya? Apa memang seperti itu cara mereka menyambut bapaknya? Apa bapaknya adalah pahlawan yang baru pulang berjuang di medan perang sampai banyak orang yang datang menyambutnya seperti itu?

"Bang.. Itu apa bang.." Tanya Zayan tanpa menunjuk. Mata Zayan melihat ke arah kantong jenazah yang baru dikeluarkan dari dalam mobil ambulance.

Anam berlari tanpa menjawab pertanyaan Zayan. "Ada apa ini pak? Apa itu? Apa yang kalian lakukan di depan rumah ku seperti ini?"

Anam sudah tidak memperdulikan degup jantungnya yang seakan ingin mendobrak keluar dari dadanya. Anam tidak memperdulikan teriakan Zayan yang terus memanggil namanya. Dia hanya fokus pada kantong jenazah itu.. Apa itu? Siapa itu??

"Nak. Dengan berat hati bapak mau menyampaikan kabar duka. Bapak kalian, Tegar Pambudi, telah meninggal tadi pagi. Dan.. Polisi membawa jenazah bapak kalian untuk dikebumikan di pemakaman umum di kampung ini, sesuai permintaan terakhir bapak kalian. Yang sabar ya." Pak lurah yang berkata.

Rasa itu... Rasa sakitnya melebihi ketika dia ditampar oleh tangan Marpuah, rasa sakitnya melebihi apapun yang pernah dia rasakan sebelumnya. Anam jatuh terduduk. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Matanya terus tertuju pada jasad yang akan dimasukkan ke dalam keranda. Dadanya sakit. Hatinya terluka. Ini tidak benar kan? Ini pasti hanya mimpi.

"Bapaaaaak!! Nggak pak.. Enggak! Bapak jangan pergi sejauh ini!!! Abang sama aku baru mau jemput bapak ke penjara, kalau bapak pergi ke rumah Allah, bagaimana kami bisa jemput bapak pulang?! Pak.. Enggak pak.. Jangan meninggal.. Jangan meninggal pak.. Kasihan Abang pak.. Kasihan aku juga.. Pak.. Bapaaaaak!!" Zayan berteriak. Dia bisa melihat wajah pucat Tegar yang atas ijin pihak berwajib dibuka kantong jenazah itu, agar anak-anaknya bisa melihat Tegar untuk terakhir kalinya.

"Aku.. Aku.. Aku ngejar mobil polisi, aku senang bisa lihat bapak pulang.. Tapi yang aku kejar ternyata jasad bapak! Ya Allah pak.. Jangan gini pak.. Bapak kenapa kayak gini.." Kali ini bukan teriakan tapi suara tangisan tapi tetap memilukan. Ria memeluk Zayan mencoba menenangkan.

Dan Anam.. Bocah itu merangkak, memastikan jika itu bukan bapaknya. Dia tidak mau dibantu siapapun, tenaganya sudah habis! Dia tidak butuh siapapun.. Dia hanya ingin memastikan jika semua ini mimpi! Mimpi yang sangat buruk.

"Pukul Abang Za! Pukul Abang yang keras. Ambil batu itu kalau perlu, lempar di kepala Abang.. Biar Abang bangun dari mimpi ini.. Ini mimpi Za, tolong bangunin Abang.. Tolong Za.."

Kalimat yang keluar dari mulut Anam ketika melihat dengan jelas wajah pucat milik bapaknya ada di depan matanya.

"Baaaang.. Bapak baang.. Bapak meninggal baaang!!" Teriak Zayan membuat siapapun larut dalam kesedihan.

"Nggak Za.. Ini.. Ini bukan bapak... Bapak.. Za.. Ini mimpi Za.." Anam seperti orang linglung. Dia ingin menyentuh wajah pucat itu, tapi langsung dihentikan oleh pak RT.

"Nam, Zayan.. Jenazah bapak kalian sudah dibersihkan, sudah siap untuk dimakamkan. Pak Lurah sudah menyuruh warga membantu memakamkan bapak kalian, kasihan kalau terlalu lama dibiarkan seperti ini.. Ikhlaskan bapak kalian.. Ya?"

Ikhlaskan? Mudah sekali mulut pak RT bicara. Satu bulan lebih anak-anak kecil itu kebingungan mencari bapak mereka, bertahan hidup tanpa penopangnya.. Untuk bisa bertahan sampai titik ini saja terasa sulit mereka lakukan karena diskriminasi yang dilakukan warga sekitar terhadap Anam dan Zayan, yang katanya anak narapidana kasus narkoba! Dan sekarang.. Untuk memeluk tubuh Tegar saja dilarang?

Anam tidak peduli, dia menepis tangan pak RT. Dia maju dan memeluk erat jasad Tegar. Menangis tanpa bisa keluar suara, hatinya terlalu sakit. Berbeda dengan Zayan yang meraung-raung, bocah kecil itu ikut mendekap jasad Tegar erat-erat. Tangis Zayan makin menjadi saat melihat Anam jatuh lunglai tak sadarkan diri. Ya, Anam pingsan karena merasakan tekanan hebat di hatinya. Semua perasaan sedih, terluka, sakit, marah, kecewa.. semua berkumpul jadi satu. Dia tidak bisa mengendalikan diri, Anam ambruk tepat di atas jenazah bapak yang dia rindukan.

Terpopuler

Comments

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

𝐔 𝐏 𝐈 𝐋 𝐈 𝐍

cepatlah besar, nak..
carilah keadilan utk bapakmu..
dan hukum mereka yg sudah tidak amanah dalam menjalankan tugasnya

2025-02-19

3

𝑳𝒂𝒑𝒊𝒔 𝑳𝒆𝒈𝒊𝒕🎐ᵇᵃˢᵉ

𝑳𝒂𝒑𝒊𝒔 𝑳𝒆𝒈𝒊𝒕🎐ᵇᵃˢᵉ

benar² sipir aparat itu menyiksa tegar sampe akhir hayatnya😠
menyiksa orang yg jelas² tidak bersalah sampai meregang nyawa...

2025-02-24

1

Dewi kunti

Dewi kunti

ya elaaaahhh kok yg plg cm jasadnya Thor,tega bener sich,tp tlg itu kepala polisi dikasih karma

2025-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!