Menemukan uang

"Bang.."

Anam menoleh. Dia sedang melipat kardus dan menyusunnya menjadi satu.

"Aku minta maaf bang." Ucap Zayan.

"Nggak perlu. Kamu nggak salah. Abisin makannya. Jangan nyisa. Jangan buang-buang makanan. Diinnget-inget gimana rasanya pas kamu lagi kelaparan, gimana rasanya makan nasi hampir basi, sebelum nyia-nyiain makanan di depan mu." Anam melihat nasi dan telur setengah gosong buatan Anam masih sisa banyak di piring Zayan.

"Iya bang. Tapi ini kebanyakan, aku udah kenyang."

Antara kenyang dan tidak selera sebenarnya. Lihat saja telur dadar yang coklat kehitaman hanya diberi bumbu garam itu, juga nasi dengan warna yang sudah kekuningan karena terlalu lama berada di dalam penanak nasi. Baunya sudah tidak sedap. Masih bisa dimakan, tapi Zayan kehilangan selera makannya karena menu ala kadarnya itu.

"Ya udah. Biarin di situ. Nanti abang habisin." Jawab Anam tak ingin memaksa adiknya.

Dengan sigap Zayan turun dari kursi. Membiarkan saja nasi di piring itu tanpa ditutup apapun. Anam memperhatikan piring di meja bekas makan adiknya, dia berdiri dari jongkoknya.

"Kamu yakin udah kenyang? Ini bahkan masih banyak." Tanya Anam.

"Iya. Kenyang bang."

"Kenyang apa nggak doyan?"

"Dua-duanya."

Zayan meringis. Dia tidak bisa berbohong, nyatanya memang seperti itu.

"Sini." Anam memberi perintah pada adiknya untuk mendekat. Zayan ada di dekat Anam sekarang.

"Za, misal kan besok kita kelaparan seharian karena nggak ada barang bekas yang bisa kita jual, dan kita tuker sama makanan, apa kamu nggak nyesel udah nyia-nyiain nasi ini?" Kata Anam sambil menatap Zayan.

Zayan diam. Dia seperti berpikir.

"Tapi kan besok aku ikut mulung. Pasti banyak kardus sama botol bekas yang bisa kita kumpulin bang. Aku cari yang banyak nanti." Seperti itulah jawaban Zayan, dia menolak mentah-mentah nasi berkerak dan berwarna kekuningan dengan aroma kurang sedap itu.

"Jadi tetep nggak mau makan?" Anam memastikan. Zayan menggeleng mantap.

Anam ke belakang, cuci tangan. Dia kembali dengan air putih di gelas. Duduk di kursi yang tadi Zayan duduki, lalu memejamkan mata untuk berdoa. Setelah itu, dia makan tanpa menghiraukan rasa yang mungkin tidak enak di lidahnya. Dia tetap diam. Zayan sampai penasaran, kenapa abangnya bisa selahap itu makan dengan rasa nasi yang tidak enak dan telur dadar gosong sebagai lauk yang menurutnya tidak menggugah selera?

"Bang, abang doyan? Itu kan.. Nggak enak.." Kata Zayan. Dia bahkan tidak mau mendekat karena bau dari nasi itu menguar sampai ke hidungnya.

"Abang masih bisa makan aja udah bersyukur banget Za. Abang mikir, gimana bapak di sana? Apa ada yang ngasih makan? Apa bapak sehat? Apa bapak juga makan nasi kayak gini? Kita nggak ada di dalam penjara aja makan makanan kayak gini, apalagi bapak di sana?" Ucap Anam dengan menekuk bibirnya. Dia menahan gerakan bibirnya yang bergetar.

Zayan mendekati Anam sekarang. "Bang... Maaf bang.. Ayo kita makan ini bareng-bareng, aku doyan bang. Ini enak kalo ditambah garam.." Zayan yang menangis. Memang keahlian Zayan sekarang hanya menangis dan mudah mengeluarkan air mata.

"Jangan dikasih garam lagi Za.. Telurnya udah asin banget."

Zayan tersenyum namun masih dengan lelehan air mata. Iya, Zayan sedikit demi sedikit mengerti.. Mereka sekarang tidak bisa lagi bermanja-manja, tidak bisa lagi memilih-milih makanan, yang penting masih bisa dimakan, bukan makanan basi, itu cukup!

"Bang. Ini apa?" Setelah selesai makan, Zayan iseng melihat isi tas Anam.

Zayan membuka bungkus plastik hitam yang ada di dalam tas sekolah Anam. Kemarin dia letakkan plastik beserta surat yang dikirim Tegar untuk mereka di dalam tas tersebut.

"Dari mana ini Za?"

Zayan menunjuk tas milik Anam sebagai jawaban atas pertanyaan abangnya. Anam kemudian menatap lembaran uang ratusan ribu itu dengan pandangan yang sulit diartikan. Dia menghitung uang di tangannya, ada enam lembar ratusan ribu. Yang artinya jumlahnya enam ratus ribu. Jumlah yang sangat banyak untuk bocah yang sering berbelanja dengan uang receh.

"Waah banyak banget. Kita bisa beli gas bang. Abang nggak perlu bakar-bakarin buku lagi kalau mau goreng telur, kita bisa beli sandal. Beli dua bang! buat aku satu, buat abang satu.. Sandal punya abang udah tipis soalnya! Terus beli--"

"Za, nggak. Nggak usah pake uang ini untuk apapun. Jangan Za."

"Lho, kenapa bang?!" Zayan tidak setuju dengan ide Anam.

"Gimana kalau nanti kita dituduh mencuri? Kita aja nggak tau ini uang punya siapa."

Zayan menggeleng keras. "Nggak bang! Kita nggak nyuri!"

Hati Zayan bergetar ingin menggunakan uang itu. Seperti ada bisikin yang menyuruhnya untuk mengambil satu lembar saja uang yang tadi Anam kembalikan ke dalam plastik hitam.

Dia menunggu abangnya tertidur. Setelah itu Zayan akan mengambil satu saja uang di dalam plastik itu. Jumlahnya banyak, tidak mungkin abangnya tahu jika lembaran uang kertas itu hilang satu kan? Begitu pikir Zayan.

Tidak untuk berbelanja jajan atau barang yang dia inginkan. Hanya untuk membeli gas melon dan dua pasang sandal saja untuk abang dan dirinya. Sisanya akan Zayan kembalikan!

Keesokan harinya, Zayan keluar rumah lebih dulu. Dia menggenggam yang seratus ribu di tangannya. Tidak membangunkan Anam, tidak juga menggunakan sandal. Dia berpikir ingin membeli sandal baru dengan uang yang dia pegang itu. Tujuannya jelas, ke warung!

"Beli..." Teriak Zayan di warung dekat rumahnya.

Warung itu buka setelah ada adzan subuh, karena selain menjual sembako dan kebutuhan harian lainnya, warung di situ termasuk lengkap karena menjual sayur mayur, buah juga sumber protein hewani seperti ikan dan ayam potong. Semua itu pemilik warung dapatkan dari pasar induk. Si pemilik warung tinggal memesan tanpa harus bersusah payah datang ke pasar, dan barang pesanan akan di antar ke sana sebelum waktu subuh tiba.

"Eh, Zayan. Beli apa pagi-pagi gini Za?" Pemilik warung bertanya, panggil saja Marpuah.

"Beli gas. Sama sandal. Dua." Zayan menunjukkan jari telunjuk dan jari tangannya membetuk huruf V untuk menunjukkan jika dia membutuhkan dua sandal.

"Gas nya kebetulan habis. Nanti agak siangan ya. Tapi maaf ya Za.. Nggak boleh ngutang."

Bohong. Gas di sana masih ada. Banyak malah. Tapi Marpuah memang tidak mau berinteraksi lama-lama dengan anak-anaknya Tegar, dia sudah mendengar kabar burung yang mengatakan jika banyak intel kepolisian yang berjaga di sekitar kawasan rumah Tegar. Siapapun yang terlihat berinteraksi dengan anak-anak Tegar, bisa jadi akan ikut terseret kasus Tegar nanti, itu pikir mereka.

"Aku nggak ngutang. Aku punya uang. Aku akan bayar." Zayan bicara menjelaskan.

Bocah itu bahkan memperlihatkan uang seratus ribu yang sedari tadi dia genggam. Mata Marpuah langsung cling, berbinar melihat uang di depan mata. Tapi, dia sedikit mengerutkan alisnya.. Dengan ras penasaran Marpuah bertanya..

"Itu uang dari mana Za?"

"Dari tas abang." Emang bener kan? Uang itu dia ambil dari dalam tas Anam.

"Abang mu dapet dari mana?" Marpuah mengambil uang itu tanpa meminta ijin dulu kepada Zayan. Zayan sampai terkejut.

"Dari mulung."

Zayan tidak berbohong. Memang uang itu mereka dapatkan saat mulung kan? Secara tidak sengaja bertemu Aji, dan Aji memberikan Anam serta Zayan uang di dalam plastik hitam.

"Eemmm.. Gini ya Za, kemarin itu aku sempet kehilangan duit. Seratus ribu. Aku jalan di dekat rumahmu, ngejar Lusi! Tahu kan anakku itu suka lari-lari, mungkin.. Mungkin ini uang ku yang jatuh di deket rumahmu." Marpuah ngarang.

"Bukan! Itu uang abang sendiri, abang dikasih orang! Itu punya abang. Aku cuma mau beli gas sama sandal!" Rengek Zayan kemudian.

"Nggak ada, nggak ada. Sana pulang. Gas abis. Sandal juga abis!" Marpuah berdecak kesal.

"Itu ada di rak kan sandalnya? Beli sandalnya aja dua!" Zayan ngotot.

"Nggak ada Zayan, nggak adaaaa!! Itu udah dibeli orang semua! Udah sana buruan pulang! Atau aku teriakin kamu maling!"

Lho kok gini.. Zayan membolakan matanya. Benar apa yang dikatakan Anam, orang-orang akan berpikir jika Zayan pencuri. Padahal kan itu uang mereka sendiri!

Terpopuler

Comments

Dewi kunti

Dewi kunti

yuuungalahhhh marpuah njaluk ditapuk sandal po

2025-01-31

4

🍊 NUuyz Leonal

🍊 NUuyz Leonal

langsung ngena hati banget ini ucapan mereka tumpah air mataku di bagian ini padahal belum setengah jalan aku baca😭😭

2025-02-01

1

🇮🇩💯Diajeng Sekar Ayuni💖💕

🇮🇩💯Diajeng Sekar Ayuni💖💕

apa beneran ada ya direels dunia nyata,klo beneran ada yg kayak gini.jaaaaaannnnn kebacuuuuut

2025-02-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!