BAB 8. Tekad dan Rindu

Di dalam hatinya, Dante tahu bahwa Amara bukan sekadar wanita "sementara" bagi hidupnya. Namun, ia juga tahu bahwa membantah keputusan neneknya bukan hal yang mudah. Setiap kata Nyonya Laurent merupakan keputusan yang jarang digugat di keluarga mereka. Dalam diam, Dante mulai merencanakan langkah selanjutnya. Jika ia ingin mempertahankan Amara di sisinya, ia harus mencari cara untuk meyakinkan neneknya, membuktikan bahwa Amara adalah pilihan yang tepat bukan hanya bagi Nico tetapi juga bagi dirinya.

Meski begitu, Dante menyadari bahwa jalan menuju kebebasan perasaannya tidak akan mudah. Terlebih, Nyonya Laurent akan terus memperhatikan setiap langkah mereka, dan Mia mungkin akan segera hadir dalam hidupnya, menambah tekanan. Sementara itu, Dante memutuskan untuk tidak membuat keputusan tergesa-gesa, tetapi ia juga tidak ingin Amara terus-terusan merasa hanya menjadi bagian sementara dalam hidupnya.

Setelah pertemuan dengan Neneknya itu berakhir dengan sebuah ketengan yang tak terhindarkan,

Dante melangkah dengan penuh tekad menuju ruang ibunya, ia berpikir Amara masih akan menunggunya di sana. Kepalanya dipenuhi oleh keinginan untuk membuktikan diri. Namun, setibanya di tempat itu, Dante hanya menemukan ruangan itu kosong seperti biasanya. Sejenak perasaan kecewa menghampirinya, tetapi kemudian ia beranjak ke kamar Nico, berpikir mungkin Amara ada di sana.

Benar saja, di sana ia melihat Amara tertidur di kursi samping tempat tidur Nico, yang sudah terlelap. Wajah Amara tampak tenang, meski ada lingkar hitam samar di bawah matanya karena kelelahan. Dante mendekatinya dengan pelan, menarik selimut yang tersampir di sisi kursi dan menyelimutinya dengan hati-hati, takut membangunkannya. Ia berjongkok di depan kursi, memandanginya dengan penuh rasa, memperhatikan setiap detail wajah Amara yang kini tampak sangat dekat dengannya.

Dengan lembut, Dante merapikan beberapa helai anak rambut yang jatuh menutupi wajah Amara, ia lalu berbisik lirih, “Aku tahu … mungkin kau tak punya perasaan apa-apa padaku sekarang, tapi aku akan membuktikan bahwa aku pantas… dan aku bisa, Amara.”

Amara sebenarnya mendengar semua bisikan yang berisi harapan dan jani tersebut. Meski matanya terpejam, kata-kata Dante menusuk ke dalam hatinya. Ia tahu betapa besar usaha yang Dante lakukan sejak menikahinya, dan meskipun ia mencoba menjaga jarak, tak bisa disangkal bahwa ada rasa nyaman yang perlahan tumbuh berdampingan dengan keraguan di hatinya.

Setelah malam itu, Dante semakin tenggelam dalam pekerjaannya. Ia mulai jarang pulang ke rumah, bahkan makan malam keluarga menjadi momen langka baginya. Bahkan ketika pulang pun sering sudah larut malam.

Dengan penuh dedikasi, Dante membentuk tim independen yang bekerja di bawah pengawasannya langsung. Ia juga merancang proyek bisnis baru yang penuh inovasi, berusaha menonjolkan sisi kepemimpinannya agar sang nenek melihat betapa pantas ia berdiri di atas kakinya sendiri, tanpa perlu menikahi wanita yang dipilihkan. Setiap detik, setiap keputusan, ia buat dengan satu tujuan—membuktikan diri demi Amara.

Sementara itu, Amara tetap menjalani perannya di rumah dengan penuh perhatian, terutama bagi Nico, yang kini semakin terbiasa dengan kehadirannya. Terkadang, saat malam-malam ketika Dante pulang terlambat, Amara menyiapkan makanan di meja makan, meskipun tak ada jaminan apakah Dante akan melihatnya atau tidak.

Suatu malam, ketika Dante akhirnya pulang lebih awal, ia menemukan Amara tengah duduk di ruang tamu, memainkan biola untuk menghibur Nico yang tak bisa tidur. Suara biola itu menggema lembut, mengisi ruang dengan melodi yang membawa rasa damai.

Dante terpaku, menatap pemandangan di depannya; Amara yang anggun dengan senyum yang lembut, Nico yang menatap kagum, dan suasana rumah yang hangat. Di tengah lelahnya, ia merasa lega. Melihat pemandangan ini, ia merasakan sebuah kebahagiaan sederhana yang sudah lama ia rindukan.

Usai memainkan biola, Amara menoleh dan menyadari keberadaan Dante. Ia tersenyum tipis, sedikit canggung. “Kau pulang lebih awal hari ini?”

Dante mengangguk, berusaha menutupi rasa haru yang menghimpit dadanya. “Aku hanya ingin… melihat kalian. Mendengar musik itu rasanya seperti pulang ke rumah.”

Amara terdiam sejenak, merasa bingung dan tersentuh pada saat yang sama. Tanpa ia sadari, langkah Dante menuju impiannya juga semakin mendekatkan mereka. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia tidak mungkin mengabaikan pengorbanan yang dilakukan pria ini, meskipun ia masih berusaha menahan perasaan yang kian tumbuh.

Setelah Dante jarang pulang beberapa waktu terakhir, Amara mulai merasakan kerinduan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Awalnya ia merasa lega karena jarak itu memberi kesempatan untuk menjaga hatinya agar tetap fokus pada tujuan yang sudah ia tanamkan. Namun, semakin jarang ia melihat Dante, semakin dalam ia merasakan kehampaan yang diam-diam muncul. Setiap kali Nico tertidur, dan malam terasa sunyi, ia akan duduk sendiri, merenungi betapa Dante mulai mengisi pikirannya tanpa ia sadari.

Suatu malam, ketika Nico sudah terlelap, Amara duduk di kursi dekat jendela kamar, memandangi langit malam yang tampak sepi. Ia menggenggam tangannya sendiri, mencoba menenangkan detak jantung yang tiba-tiba terasa tak tenang. Pikirannya terus melayang pada sosok Dante, senyum kecilnya, sorot mata lembut yang kadang menatapnya dengan penuh perhatian, dan bahkan caranya berusaha melindungi Amara meski yang ia tahu perasaannya belum terbalas

Suatu malam, rasa rindunya memuncak hingga membuatnya tak bisa tidur. Ia duduk di kursi dekat jendela, menatap ke luar sambil merasakan angin malam yang sepi dan dingin. Dalam diam, ia menggenggam tangannya sendiri, seolah berharap kehangatan Dante ada di sana. Setiap desiran angin, setiap bayangan malam yang hening, seakan membawa wajah Dante ke benaknya.

Akhirnya, ia mengambil biola yang disimpan di sudut ruangan, instrumen yang sering menjadi pelariannya saat hatinya terasa penuh dengan emosi yang sulit diungkapkan. Ia memainkan beberapa nada yang lembut, nada-nada yang terdengar seperti suara hatinya, penuh dengan kerinduan dan ketidaktentuan. Musik itu seakan menjadi ungkapan rahasia bagi perasaannya terhadap Dante, seolah-olah dia mengalirkan perasaannya yang tak terucap melalui setiap gesekan tersebut.

Amara yang sedang tenggelam dalam rindunya, antara alunan yang lembut dan wajah Dante di pelupuk matanya, dikejutkan oleh suara ponselnya. Matanya terbuka perlahan dan melirik sumber suara. Dari Dante, ia seketika meletakkan biola yang ada di tangannya dengan cepat.

Sebuah kejutan di tengah malam, tanpa bepikir panjang, ia menggeser tombol hijau di layar ponselnya. Terdengar suara Dante yang hangat menyambar kupingnya, "Amara, aku rindu" lirihnya.

amara terdiam, itulah suara yang ia rindukan, tapi sialnya Amara tidak bisa mengatakan apapun, lidahnya kelu namun dia juga rindu.

"Tidak adakah yang ingin kau katakan padaku?' Dante bertanya seperti mengharapkan sesuatu. Amara masih terdiam.

"Oke, sepertinya aku mengganggu tidurmu, aku tutup ya? Tidur lah yang nyenyak"

Dante hampir menggeser tombol, akhiri saat Amara menjawab, "Kapan kau pulang?"

Kali ini giliran Dante y ang terdiam. Pertanyaan itu bagaikan pupuk kehidupan bagi dunia dante yang kering. Lelaki itu tersenyum di sepanjang kesibukannya bekerja malam itu hanya dengan pertanyaan, "Kapan kau pulang?".

Episodes
1 Bab 1. Kedatangan Amara
2 BAB 2. Langkah Awal Amara di Rumah Laurent
3 BAB 3. Dante Selalu Mengamati
4 BAB 4. Titah Untuk Menikah
5 BAB 5. Pernikahan Yang Tak Terelekkan
6 BAB 6. Kekacauan Dante Setelah Menikah
7 BAB 7. Peringatan Untuk Dante
8 BAB 8. Tekad dan Rindu
9 BAB 9. Dante, Kau Bodoh!
10 BAB 10. Kehadiran, Mia
11 BAB 11. Kedatangan Mia yang Kedua
12 BAB 12. Diadili di Ruang Perlipur Lara
13 BAB 13. Malam Ini Hanya Milik Kita
14 BAB 14. Pesan Itu Dari Nyonya Laurent.
15 BAB 15 Pertemuan di Tepi Sungai Gama
16 BAB 16. Kehidupan Amara Setelah Keputusan Berat Itu
17 BAB 17. Konfrontasi di Ruang Kerja Dante
18 BAB 18. Fitnah Nyonya Laurent
19 BAB 19 Rencana Baru Nyonya Laurent dan Mia
20 BAB 20. Nyonya Laurent Manfaatkan Kelemahan Amara
21 BAB 21. Pertemuan Rahasia di Restoran Mewah
22 BAB 22. Kedatangan Keluarga Mia
23 BAB 23. Gugatan Cerai Amara
24 BAB 24. Sidang yang Mengakhiri Segalanya
25 BAB 25. Tekanan dari Keluarga Hart
26 Bab 26. Dia Putraku
27 BAB 27. Strategi dalam Bayangan
28 BAB 28. Ketika Luka Lama Terbuka
29 BAB 29. Mia Kritis
30 BAB 30. Nikah Dibawah Ancaman
31 BAB 31. Igauan Amara
32 BAB 32. Kejutan Dari Mia
33 BAB 33 Konfrontasi Dante dan Progres Nico
34 BAB 34. Ayo kita Lari
35 BAB 35 Drama Resepsi Pernikahan Dante
36 BAB 36. Aku Akan Pergi
37 BAB 37. Kehidupan Baru
38 BAB 38. Hati Yang Terbelah
39 BAB 39. Apakah Aku Benar-benar Buruk di Matamu?
40 BAB 40. Buket Bunga
41 BAB 41. Siapa Dia?
42 BAB 42. Drama Seru
43 BAB 43. Awal Demensia
44 BAB 44. Bercanda
45 BAB 45. Pertemuan Dante dan Luca
46 BAB 46.
47 BAB 47
48 BAB 48. Racauan Mia
49 BAB 49. Menghirup Udara Segar
50 BAB 50. Tamu Kecil
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1. Kedatangan Amara
2
BAB 2. Langkah Awal Amara di Rumah Laurent
3
BAB 3. Dante Selalu Mengamati
4
BAB 4. Titah Untuk Menikah
5
BAB 5. Pernikahan Yang Tak Terelekkan
6
BAB 6. Kekacauan Dante Setelah Menikah
7
BAB 7. Peringatan Untuk Dante
8
BAB 8. Tekad dan Rindu
9
BAB 9. Dante, Kau Bodoh!
10
BAB 10. Kehadiran, Mia
11
BAB 11. Kedatangan Mia yang Kedua
12
BAB 12. Diadili di Ruang Perlipur Lara
13
BAB 13. Malam Ini Hanya Milik Kita
14
BAB 14. Pesan Itu Dari Nyonya Laurent.
15
BAB 15 Pertemuan di Tepi Sungai Gama
16
BAB 16. Kehidupan Amara Setelah Keputusan Berat Itu
17
BAB 17. Konfrontasi di Ruang Kerja Dante
18
BAB 18. Fitnah Nyonya Laurent
19
BAB 19 Rencana Baru Nyonya Laurent dan Mia
20
BAB 20. Nyonya Laurent Manfaatkan Kelemahan Amara
21
BAB 21. Pertemuan Rahasia di Restoran Mewah
22
BAB 22. Kedatangan Keluarga Mia
23
BAB 23. Gugatan Cerai Amara
24
BAB 24. Sidang yang Mengakhiri Segalanya
25
BAB 25. Tekanan dari Keluarga Hart
26
Bab 26. Dia Putraku
27
BAB 27. Strategi dalam Bayangan
28
BAB 28. Ketika Luka Lama Terbuka
29
BAB 29. Mia Kritis
30
BAB 30. Nikah Dibawah Ancaman
31
BAB 31. Igauan Amara
32
BAB 32. Kejutan Dari Mia
33
BAB 33 Konfrontasi Dante dan Progres Nico
34
BAB 34. Ayo kita Lari
35
BAB 35 Drama Resepsi Pernikahan Dante
36
BAB 36. Aku Akan Pergi
37
BAB 37. Kehidupan Baru
38
BAB 38. Hati Yang Terbelah
39
BAB 39. Apakah Aku Benar-benar Buruk di Matamu?
40
BAB 40. Buket Bunga
41
BAB 41. Siapa Dia?
42
BAB 42. Drama Seru
43
BAB 43. Awal Demensia
44
BAB 44. Bercanda
45
BAB 45. Pertemuan Dante dan Luca
46
BAB 46.
47
BAB 47
48
BAB 48. Racauan Mia
49
BAB 49. Menghirup Udara Segar
50
BAB 50. Tamu Kecil
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!