BAB 14. Pesan Itu Dari Nyonya Laurent.

Amara menerima pesan gambar yang membuatnya terdiam. Di layar ponselnya, terpampang jelas wajah ibu dan adik perempuannya.

“Amara? Ada apa?” tanya Dante dengan ekpresi cemas melihat Amara yang tiba-tiba berubah, tangannya gemetar, seolah dunia di sekelilingnya sedang menghardiknya dengan begitu keras.

“Gak apa-apa, aku hanya … sedikit dingin,” jawabnya. Dante yang memegang kedua sisi bahunya, menarik tubuh Amara yang bergetar ke dalam dekapannya tanpa banyak bertanya lagi. Ia mencoba memahami bahwa saat itu bukanlah waktu yang yang tepat untuk penjelasan apapun, hingga akhirnya mereka beranjak pulang.

Selama di perjalanan, Amara lebih banyak diam, dan memejamkan mata serta menyandarkan kepalanya di daun pintu mobil. Dia masih belum percaya dengan pesan itu, serta kata-kata dingin yang dikirimkan Nyonya Laurent. kata-kata itu nampak jelas sebagai ancaman. Amara juga baru menyadari bahwa ternyata Nyonya Laurent sudah mengetahui identitasnya sejak awal dan semua ini adalah permainan yang sengaja dirancang untuk menjebaknya.

---

Tak lama setelah sampai di rumah, Amara dipanggil ke ruang pribadi Nyonya Lauren. Saat Amara masuk, Nyonya Lauren menyambutnya dengan tatapan dingin dan amarah yang tak tersembunyikan. Tanpa peringatan, Nyonya Lauren mulai meluapkan kemarahannya, menyudutkan Amara dengan kata-kata tajam dan merendahkan. Dia mencengkeram leher Amara dengan kasar, seolah ingin memastikan ancamannya sampai dengan jelas.

"Aku tahu siapa dirimu sejak pertama kali kau menginjakkan kaki di rumah ini, Amara. Dan kau sangat bodoh karena mengira bisa menyusup dan merusak keluargaku!" ujar Nyonya Lauren dengan nada penuh kebencian. “Kau pikir bisa mencuri hati Dante begitu saja? Kau hanya alat, hanya perawat yang kubutuhkan untuk Nico dan Alessia. Selebihnya? Kau tidak berarti apa-apa!”

Amara merasa sulit bernapas, baik karena cekikan Nyonya Lauren maupun kata-kata menyakitkan yang menghujam hatinya. Namun, dia mencoba mengumpulkan kekuatannya, tidak ingin terlihat lemah di depan wanita kejam itu.

“Lepaskan aku, wanita kejam! Kau pikir aku takut pada ancamanmu? Aku sudah kehilangan segalanya karena ulahmu. Ayahku mati karena kau hancurkan bisnisnya, dan keluarganya. Kau pikir aku ini Perempuan lemah yang bisa kau injak-injak?” Amara memaksa suara keluar dari tenggorokannya, matanya berkaca-kaca tapi tetap menantang.

Nyonya Lauren melepaskannya dengan kasar sambil tertawa terbahak-bahak, lalu mendorong Amara mundur beberapa langkah. “Pasti sudah lama sekali kau menahan kata-kata itu, akhirnya hari ini kau berani mengutukku. Asal kau tahu perempuan bodoh, ayahmu menghancurkan dirinya sendiri,” kata Nyonya Laurent dengan sangat menjijikkn di depan wajah Amara.

“Aku begitu penasaran pada Anda, Nyonya Laurent, kau ini terbuat dari tanah apa? Hatimu begitu dangkal dan mati,” maki Amara.

“Kau tidak perlu mencari tahu terbuat dari apa hatiku, anak bodoh. Yang ku mau sekarang, kau ajukan surat cerai kepada Dante. Katakan padanya bahwa kau tidak pernah mencintainya, bahwa ini semua hanya permainan bagimu. Dan setelah itu, kau menghilang lah dari hadapannya. Jika kau tidak melakukan itu, keluargamu akan membayar harga yang sangat mahal.”

Amara tersenyum sinis dan menjawa, “Apa Dante tahu kau adalah seorang nenek yang seperti ini, Nyonya Laurent? Kau bukan hanya menghancurkan hidup orang lain, tapi juga merenggut kehidupan keluargamu sendiri”

“Tutup mulutmu, perempuan hina! Dan hati-hati dengan nada bicaramu. Kau tahu aku bisa membuatmu keluar dari kehidupan ini secepat aku membawamu masuk. Aku tahu yang terbaik untuk anak cucuku. Kalau kau berani melawan, aku tak akan ragu membuat Dante menceraikanmu secara suka rela. Aku akan pastikan kau kehilangan segalanya."

Amara menatap langsung ke mata Nyonya Lauren, penuh keberanian, "Silakan, lakukan semua yang kau mau! Tapi ingat satu hal, Nyonya Lauren, aku bukan boneka yang bisa kau kendalikan. Kalau kau pikir aku hanya memanfaatkan Dante, kau salah besar. Justru karena aku mencintainya, aku tetap akan di sini, meski aku tahu betapa busuknya kau! Kau mungkin bisa menghancurkan hidupku lagi, tapi aku tidak akan berhenti melawan."

Nyonya Lauren berusaha menahan kemarahan, mengubah nada suaranya menjadi lebih dingin, "Kau naif, Amara. Kau tidak tahu apa yang kau hadapi. Jika kau benar-benar mencintai Dante, tinggalkan dia. Jika tidak, aku akan pastikan semua yang kau sayangi hancur. Aku tahu Dimana ibu dan adik perempuanmu berada."

Amara mengepalkan tangan, suaranya penuh ketegasan, "Aku tahu persis siapa yang aku hadapi, Nyonya Lauren. Kau adalah tipe orang yang bisanya hanya mengancam. Kau sudah mengambil segalanya dariku, tapi kau tidak akan bisa mengambil cinta yang aku dan Dante miliki. Kau boleh mencoba menghancurkan aku, tapi aku tidak akan pernah takut padamu lagi."

Ruangan terasa mencekam, udara tegang di antara mereka. Nyonya Lauren menyipitkan mata, merasa bahwa Amara mungkin bukan lawan yang semudah ia duga. Sementara itu, Amara berdiri tegak, menolak untuk tunduk pada intimidasi Nyonya Lauren.

Namun jauh di dalam hatinya, sebenarnya Amara sangat terguncang, hatinya bergejolak antara ketakutan akan ancaman terhadap keluarganya serta perasaan cinta yang dalam terhadap Dante. Amara tahu, Nyonya Lauren memanfaatkan cintanya yang tulus terhadap Dante, karena wanita itu tahu bahwa Amara akan melakukan apa saja demi kebahagiaan pria yang dicintainya.

“Aku... aku tidak ingin menyakiti Dante, Nyonya Laurent” ujar Amara pelan, suara dan tatapannya mulai redup oleh keputusasaan.

Nyonya Lauren tersenyum sinis. “Kau akan menyakiti dia dengan cara yang tepat, cara yang akan membuatnya memilih Mia dan melupakanmu secepat mungkin.”

Amara Kembali menatap Wanita itu bengis, “Berapa banyak yang telah kau habisi hidupnya Nyonya Laurent?”katanya bersungut-sungut.

“Ha … ha … anak kecil sepertimu, tahu apa tentang kehidupan ini, huh?! Kau tidak perlu menatapku dengan penuh kesucian seperti itu, anak bodoh. Cukup dengarkan dan ikuti perintahku dengan manis. Kau cukup tinggal di sini menjalankan tugas, karena kau masih berguna untuk Nico. Setelah tugasmu selesai, kau menghilanglah,” kata Nyonya Laurent penuh kemenangan.

“Kau tidak bisa mengaturku, Nyonya Laurent,”

“Aku bahkan bisa mengatur dunia ini, Nona Amara. Ke manapun kau pergi, dan keluargamu berada, tidak sulit bagiku untuk tahu. Kau paham maksudku?”

Amara sudah tak bisa lagi berkata-kata, sebelum Nyonya Laurent mengusirnya dari ruangan itu penuh kepuasan.

“Ku pikir kau cukup cerdas untuk tahu apa yang harus kau lakukan mulai sekarang, Amara. ingat, apa yang Dante perjuangkan mati-matian selama ini, bisa hancur ditanganmu sendiri, karena aku tidak akan segan-segan menyingkirkannya dari perusahaan sekalipun dia cucuku” katanya sebelum Amara benar-benar keluar dari ruangannya. Dengan langkah lemah, Amara berlalu dengan penuh kehancuran, hatinya kosong.

Sementara di sisi lain, di tempat berbeda, Dante sedang merasakan hati sedang mengembang oleh kebahagiaan. Hari itu, seluruh isi kantor terheran dengan sikapnya yang jauh berbeda dari sebelumnya. Dia menyapa setiap karyawan nya yang ia temui, ia juga banyak tersenyum dan berjanji akan memberi bonus lebih pada, Ben, asistennya, yang tiba-tiba dia bilang sangat keren hari itu.

“Bos, kakak ipar memberimu apa tadi malam?” goda Ben.

“kau tidak perlu tahu urusan pria beristri, Ben.Sudah, kau kerja yang benar” katanya tak mau di ganggu.

Dante memejamkan matanya sambil tersenyum di atas kursi kerja, sambil sekali-kali memutarnya. Ia masih mengingat semua yang terjadi malam itu. Saat Amara untuk pertama kalinya berani mendekatinya dengan senyum lembut, lalu mengusap puncak kepalanya seperti seorang ibu yang menyayangi anaknya, dan berkata, "Kamu tahu, kadang aku merasa kamu butuh lebih banyak kasih sayang seperti anak-anak di panti yang kita kunjungi tadi," kata Amara, dengan nada menggoda yang penuh kehangatan. "Boleh kah aku mendengar bagaimana masa kecilmu dulu bersama ibumu?" tanya Amara.

Dante lalu bercerita tentang kehidupan ibunya yang sulit dalam keluarga, lalu akhirnya punya hiburan tersendiri di panti asuhan saat mengunjungi anak-anak yang kurang beruntung di sana. Dia juga bercerita tentang hal-hal yang disukai ibunya, seperti bermain biola, memainkan lagu Canon in D, dll.

Amara mendengarkan dengan penuh perhatian, matanya berbinar-binar saat melihat sisi lain Dante yang penuh kenangan indah. Ia tak bisa menahan senyumnya ketika Dante menatapnya kembali dan bertanya, "Lalu, bagaimana denganmu, Amara? Bagaimana masa kecilmu? Aku selalu ingin tahu tentangmu, tapi …”

“Tapi apa?” sambung Amara.

“Tapi aku takut kau merasa tidak nyaman,” katanya kemudian.

Amara tersenyum tipis, namun ada kesedihan yang samar di balik matanya. " Masa keciku penuh warna, aku begitu dekat dengan ayahku, dia mengajariku banyak hal, bermain layang-layang, menangkap belalang di kebun bunga milik ibuku, bermain biola… tapi… ” Amara menghentikan ceritanya sejenak.

“Tapi apa?” tanya Dante pelan.

“Tapi setelah ayahku meninggal, semuanya berubah. Aku harus bekerja keras untuk keluargaku. Aku juga harus membayar hutang ayahku, karena dia mengalami kerugian dalam bisnisnya sebelum dia meninggal. Aku sering pingsan dulu karena memiliki 3 pekerjaan paruh waktu saat aku kuliah” lanjut Amara.

Mendengarkan hal itu, Dante menatap Amara dengan dalam, seolah merasakan betapa sulit kehidupan Amara di masa lalu. Ia meraih jemari Amara dan memberi akses pada Wanita di sampingnya itu agar menyandarkan kepalanya yang Lelah itu di bahunya.

“Bagaimana bisa tangan sekecil ini melakukan begitu banyak pekerjaan dalam sehari?” kata Dante sembari mengusap-usap lembut punggung tanganAmara.

“Dari jam 03.30, aku bekerja untuk tetanggaku. Di sana aku memasak, mencuci, dan menyiapkan sarapan. Setelah itu aku pulang, karena pagi hingga siang aku harus kuliah. Pulang kuliah, dari siang ke sore aku berjualan es jagung di Alun-alun kota, melanjutkan pekerjaan ibuku, lalu malamnya aku bekerja di sebuah restaurant” kata Amara Panjang lebar.

“Kau bisa bercerita seperti ini sebanyak yang kau mau, Amara. Aku akan mendengarkanmu”

Amara perlahan bangkit, dan menarik tubuhnya dari sisi Dante.

Aku mungkin tidak seberuntung kau," kata Amara perlahan.

Mereka saling bertukar pandang, di saat itu, Amara merasa bahwa mungkin Dante benar-benar layak tahu kebenaran.

----

Sampai di situ, masih di kursi Kerjanya, Dante teringat kata-kata Amara tentang, akan memberi tahunya sesuatu. ia berpikir Amara akan menyatakan perasaannya dan berharap Amara akan segera melakukannya. Dante masih tersenyum tipis saat Amara tiba-tiba menelponnya. Lalu secepat kilat, Dante menjawab panggilan itu, berharap akan mendengar suara lembut wanita yang terus mengisi kepalanya sepanjang hari ini.

“Halo, Amara...?!"

Bersambung

Episodes
1 Bab 1. Kedatangan Amara
2 BAB 2. Langkah Awal Amara di Rumah Laurent
3 BAB 3. Dante Selalu Mengamati
4 BAB 4. Titah Untuk Menikah
5 BAB 5. Pernikahan Yang Tak Terelekkan
6 BAB 6. Kekacauan Dante Setelah Menikah
7 BAB 7. Peringatan Untuk Dante
8 BAB 8. Tekad dan Rindu
9 BAB 9. Dante, Kau Bodoh!
10 BAB 10. Kehadiran, Mia
11 BAB 11. Kedatangan Mia yang Kedua
12 BAB 12. Diadili di Ruang Perlipur Lara
13 BAB 13. Malam Ini Hanya Milik Kita
14 BAB 14. Pesan Itu Dari Nyonya Laurent.
15 BAB 15 Pertemuan di Tepi Sungai Gama
16 BAB 16. Kehidupan Amara Setelah Keputusan Berat Itu
17 BAB 17. Konfrontasi di Ruang Kerja Dante
18 BAB 18. Fitnah Nyonya Laurent
19 BAB 19 Rencana Baru Nyonya Laurent dan Mia
20 BAB 20. Nyonya Laurent Manfaatkan Kelemahan Amara
21 BAB 21. Pertemuan Rahasia di Restoran Mewah
22 BAB 22. Kedatangan Keluarga Mia
23 BAB 23. Gugatan Cerai Amara
24 BAB 24. Sidang yang Mengakhiri Segalanya
25 BAB 25. Tekanan dari Keluarga Hart
26 Bab 26. Dia Putraku
27 BAB 27. Strategi dalam Bayangan
28 BAB 28. Ketika Luka Lama Terbuka
29 BAB 29. Mia Kritis
30 BAB 30. Nikah Dibawah Ancaman
31 BAB 31. Igauan Amara
32 BAB 32. Kejutan Dari Mia
33 BAB 33 Konfrontasi Dante dan Progres Nico
34 BAB 34. Ayo kita Lari
35 BAB 35 Drama Resepsi Pernikahan Dante
36 BAB 36. Aku Akan Pergi
37 BAB 37. Kehidupan Baru
38 BAB 38. Hati Yang Terbelah
39 BAB 39. Apakah Aku Benar-benar Buruk di Matamu?
40 BAB 40. Buket Bunga
41 BAB 41. Siapa Dia?
42 BAB 42. Drama Seru
43 BAB 43. Awal Demensia
44 BAB 44. Bercanda
45 BAB 45. Pertemuan Dante dan Luca
46 BAB 46.
47 BAB 47
48 BAB 48. Racauan Mia
49 BAB 49. Menghirup Udara Segar
50 BAB 50. Tamu Kecil
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1. Kedatangan Amara
2
BAB 2. Langkah Awal Amara di Rumah Laurent
3
BAB 3. Dante Selalu Mengamati
4
BAB 4. Titah Untuk Menikah
5
BAB 5. Pernikahan Yang Tak Terelekkan
6
BAB 6. Kekacauan Dante Setelah Menikah
7
BAB 7. Peringatan Untuk Dante
8
BAB 8. Tekad dan Rindu
9
BAB 9. Dante, Kau Bodoh!
10
BAB 10. Kehadiran, Mia
11
BAB 11. Kedatangan Mia yang Kedua
12
BAB 12. Diadili di Ruang Perlipur Lara
13
BAB 13. Malam Ini Hanya Milik Kita
14
BAB 14. Pesan Itu Dari Nyonya Laurent.
15
BAB 15 Pertemuan di Tepi Sungai Gama
16
BAB 16. Kehidupan Amara Setelah Keputusan Berat Itu
17
BAB 17. Konfrontasi di Ruang Kerja Dante
18
BAB 18. Fitnah Nyonya Laurent
19
BAB 19 Rencana Baru Nyonya Laurent dan Mia
20
BAB 20. Nyonya Laurent Manfaatkan Kelemahan Amara
21
BAB 21. Pertemuan Rahasia di Restoran Mewah
22
BAB 22. Kedatangan Keluarga Mia
23
BAB 23. Gugatan Cerai Amara
24
BAB 24. Sidang yang Mengakhiri Segalanya
25
BAB 25. Tekanan dari Keluarga Hart
26
Bab 26. Dia Putraku
27
BAB 27. Strategi dalam Bayangan
28
BAB 28. Ketika Luka Lama Terbuka
29
BAB 29. Mia Kritis
30
BAB 30. Nikah Dibawah Ancaman
31
BAB 31. Igauan Amara
32
BAB 32. Kejutan Dari Mia
33
BAB 33 Konfrontasi Dante dan Progres Nico
34
BAB 34. Ayo kita Lari
35
BAB 35 Drama Resepsi Pernikahan Dante
36
BAB 36. Aku Akan Pergi
37
BAB 37. Kehidupan Baru
38
BAB 38. Hati Yang Terbelah
39
BAB 39. Apakah Aku Benar-benar Buruk di Matamu?
40
BAB 40. Buket Bunga
41
BAB 41. Siapa Dia?
42
BAB 42. Drama Seru
43
BAB 43. Awal Demensia
44
BAB 44. Bercanda
45
BAB 45. Pertemuan Dante dan Luca
46
BAB 46.
47
BAB 47
48
BAB 48. Racauan Mia
49
BAB 49. Menghirup Udara Segar
50
BAB 50. Tamu Kecil
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!