BAB 6. Kekacauan Dante Setelah Menikah

Berkat bantuan Luca, permainana dibalik topeng yang diperankan Amara semakin sempurna. Kepribadian tenang dan kelembutannya tampak kian alami, seperti sosok yang memang terlahir untuk memakai topeng. Api kemarahan Amara semakin memuncak saat ia sendiri menemukan selembar foto ayahnya di laci sebuah lemari ruang kerja Dante. Ia yakin lelaki itu juga ikut berperan besar atas kehancuran bisnis ayahnya. Namun ia belum punya cukup bukti sejauh mana keterlibatan Dante.

Kini, dibalik perhatian yang Amara tunjukkan, setiap gerak-geriknya diperhitungkan dengan hati-hati. Dia mencatat perubahan jadwal Dante, waktu rapat, bahkan selera kecilnya terhadap sesuatu. Semua informasi ini disaring dan dikirimkannya ke Luca.

Pertemuan dengan Luca sendiri terjadi pertama kali di sebuah acara makan malam keluarga. Amara semula tak tahu tentang ketegangan di antara mereka, hingga mendengar nada sinis Luca saat memperkenalkan diri dan berbicara tentang Dante. Dari situ, Amara menyadari bahwa ada celah yang bisa dimanfaatkan. Dengan kedok sebagai sekutu yang penuh empati, Amara menggali lebih dalam perasaan Luca dan menyusun rencana untuk menjatuhkan Dante.

---

Hari itu, Dante menerima telepon penting yang membuat wajahnya tiba-tiba tegang. Amara mengamati diam-diam dari ujung lorong, merasakan keberhasilan saat melihat ekspresi Dante yang kebingungan. Tak lama setelah itu, Dante dipanggil ke ruang kerja Nyonya Laurent, di mana kekacauan mulai terjadi.

“Apakah kau sadar betapa kacaunya laporan ini, Dante?” Nyonya Laurent berucap dingin, matanya seperti bara api. Dia melayangkan dokumen di tangannya, lembar demi lembar beterbangan di atas meja, sementara Dante hanya berdiri di sana, terdiam.

“Aku ... Aku tidak tahu, mungkin ada kesalahan dari timku. Aku akan segera mengecek lagi…” Dante mencoba membela diri, tapi Nyonya Laurent tak memberikan kesempatan.

“Kesalahan tim? Kau yang bertanggung jawab atas tim itu! Kau bahkan tidak kompeten untuk melakukan hal sederhana seperti ini. Jangan harap bisa mengurus perusahaan jika sebegininya cara kerjamu. Memalukan.” Suara Nyonya Laurent semakin rendah, nyaris berbisik, tapi penuh amarah. “Aku menyesal harus melihat ketidakmampuanmu setiap hari. Kalau bukan karena warisan dari ibumu, aku takkan ragu mencari penerus lain yang lebih pantas!”

Amara mengamati dari luar, merasakan sedikit getaran aneh di dadanya. Dia datang untuk membalas dendam, itu jelas, namun melihat Dante yang biasanya tenang dan percaya diri kini tersudut, tak mampu berkata apa-apa, ada perasaan iba yang diam-diam mengintai. Luka dan sakit hati yang tertulis jelas di wajahnya membuat Amara terhenti, walau hanya sesaat. “Tapi ini adalah rencanamu, Amara,” bisik hatinya. “Tak ada jalan untuk mundur.”

---

Dante meninggalkan ruangan itu dengan wajah tertunduk, berjalan menuju taman belakang untuk menenangkan diri. Amara mengikuti perlahan, meredam langkahnya, hingga akhirnya memutuskan untuk mendekatinya.

“Dante,” panggilnya pelan. Suaranya lembut, mencoba menghadirkan ketenangan.

Dante mendongak, terkejut mendapati Amara di sana. “Oh, Amara … maaf, aku tidak melihatmu tadi,” gumamnya, suaranya lemah.

“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin memastikan … kau baik-baik saja?” tanya Amara, pura-pura cemas. Padahal dalam hatinya, dia tahu bahwa semua ini berjalan sesuai rencana.

Dante tersenyum pahit, melihat ke arah langit. “Apakah terlihat seperti aku baik-baik saja?” jawabnya sambil menutup mata, mencoba menahan perasaan yang berkecamuk.

Amara tetap diam, memberinya ruang untuk meluapkan emosi. Terkadang, dia hanya perlu menjadi pendengar yang baik, dan hal ini tampaknya mulai menarik perhatian Dante. Setelah beberapa menit berlalu dalam kesunyian, Amara berkata, “Aku tahu kau mampu melewati ini, Dante. Aku bisa melihatnya. Kau hanya perlu sedikit waktu dan dukungan.”

Kalimat itu, walaupun sederhana, menjadi obat kecil bagi Dante. Dia menoleh, memandang Amara dengan rasa syukur, yang tak pernah disangka bisa dirasakannya terhadap seorang di rumahnya. “Terima kasih, Amara. Aku tidak tahu bagaimana kau selalu punya kata-kata yang tepat.”

Amara tersenyum samar. Dalam hatinya, ia sadar bahwa tindakan ini akan mendekatkannya pada Dante, membuatnya merasa seperti penyelamat di tengah badai. Tetapi rasa iba yang sempat menyelinap tadi tetap sulit diabaikan.

---

Tak lama setelah itu, Luca menghubunginya. Dante hanya bisa pasrah dibalik kekecewaannya yang berlapis-lapis. dia selalu merasa Amara sangat bersemangat setiap kali seseorang dengan nama, Kegelapan itu menghubunginya.

"Maaf Dante, aku harus menerima teleponnya," Amara memberi penjelasan bahwa dia harus berlalu dari hadapan Dante saat itu juga.

"Iya, gak apa-apa," Dante menjawab lemah.

---

Di balik panggilan video yang diatur rapi, wajah Luca tampak berseri-seri dengan kegembiraan. “Kau bekerja dengan baik, Amara. Hasilnya bahkan lebih cepat dari yang aku bayangkan.”

“Sudah kewajibanku,” jawab Amara datar. Dia tak menunjukkan emosi apa pun.

“Kau tahu, setelah semua ini selesai, kau bisa meninggalkan rumah itu dengan kemenangan besar. Dan siapa tahu? Aku mungkin ingin membawamu pergi bersamaku,” goda Luca sambil tertawa kecil, membuat Amara sedikit jengah.

Amara hanya tersenyum tipis. Luca memang punya ketertarikan padanya sejak pertama kali mereka bertemu. Namun, bagi Amara, dia hanyalah alat untuk melancarkan rencana. Dia belum memutuskan bagaimana kelanjutan hubungannya dengan Luca setelah ini. Yang jelas, fokusnya sekarang adalah memastikan Dante semakin terpuruk di mata keluarganya.

---

Hari-hari berikutnya, Dante tampak lebih sering berdiam diri, sibuk menyelesaikan kekacauan yang dibuat oleh informasi palsu yang telah disabotase Amara melalui Luca. Kemarahan Nyonya Laurent semakin menguat, dan setiap kali Dante mencoba menjelaskan, Nyonya Laurent hanya membalas dengan pandangan sinis.

Namun, dalam keterpurukan itu, kehadiran Amara justru semakin menonjol di mata Dante. Dia selalu ada untuk mendengarkan, tanpa menghakimi atau memberi tekanan. Entah bagaimana, kehangatan Amara memberikan kekuatan bagi Dante di tengah keruntuhan yang dialaminya.

---

Suatu malam, ketika Dante kembali diambang keputusasaan, Amara menemukan dirinya lagi-lagi di sisinya. Kali ini, Dante tidak bisa menahan diri lagi. Ia menggenggam tangan Amara, memandangnya dengan tatapan penuh kerinduan. “Amara, aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tak ada di sini…”

Amara menelan ludah, jantungnya berdebar. Dia tahu seharusnya ia menarik diri, tidak terlarut dalam perasaan yang mungkin berbahaya. Namun, pada saat yang sama, ada sesuatu di balik tatapan Dante yang membuatnya sulit menolak. Sesaat, mereka hanya berdiam diri, tenggelam dalam ketegangan yang terasa begitu nyata.

“Dante…” Amara mencoba berbicara, namun Dante memotongnya. “Aku… aku tak ingin kehilanganmu, Amara. Aku tahu ini tak masuk akal, tapi entah bagaimana kau membuatku merasa lebih hidup.”

Dalam hati Amara menjawab, "Tapi kau dan nenekmu membuatku yang masih hidup, terasa sudah mati berkali-kali, Dante," senyumnya sinis.

Sementara Dante masih menggenggam tangannya dengan hangat, itu membat Amara merasa sangat tidak nyaman, sekaligus merasa tenang dalam waktu bersamaan.

“Amara…” suara Dante lirih.

“Em…?” Amara menjawab spontan, hingga ia pun terkejut dengan reaksinya sendiri. Dante menatapnya dalam, dan mata mereka bertemu di satu titik yang mendebarkan.

“Maukah kau melakukan sesuatu untukku?”

Duppp! Suara jantung Amara bergemuruh hebat seperti petir menyambar mendengar pertanyaan seperti itu?

“A-apa? Melakukan apa?!” jawabnya. Ada gugup menyelinap dan mengisi udara di antara mereka.

Dante tak menjelaskan apa maksudnya, ia bangkit tanpa melepaskan tangan Amara dan membimbingnya menuju sebuah ruangan yang jarang dikunjungi di sudut rumah besar itu. Saat mereka semakin dekat,  Amara merasakan ketegangan yang semakin meningkat.

Episodes
1 Bab 1. Kedatangan Amara
2 BAB 2. Langkah Awal Amara di Rumah Laurent
3 BAB 3. Dante Selalu Mengamati
4 BAB 4. Titah Untuk Menikah
5 BAB 5. Pernikahan Yang Tak Terelekkan
6 BAB 6. Kekacauan Dante Setelah Menikah
7 BAB 7. Peringatan Untuk Dante
8 BAB 8. Tekad dan Rindu
9 BAB 9. Dante, Kau Bodoh!
10 BAB 10. Kehadiran, Mia
11 BAB 11. Kedatangan Mia yang Kedua
12 BAB 12. Diadili di Ruang Perlipur Lara
13 BAB 13. Malam Ini Hanya Milik Kita
14 BAB 14. Pesan Itu Dari Nyonya Laurent.
15 BAB 15 Pertemuan di Tepi Sungai Gama
16 BAB 16. Kehidupan Amara Setelah Keputusan Berat Itu
17 BAB 17. Konfrontasi di Ruang Kerja Dante
18 BAB 18. Fitnah Nyonya Laurent
19 BAB 19 Rencana Baru Nyonya Laurent dan Mia
20 BAB 20. Nyonya Laurent Manfaatkan Kelemahan Amara
21 BAB 21. Pertemuan Rahasia di Restoran Mewah
22 BAB 22. Kedatangan Keluarga Mia
23 BAB 23. Gugatan Cerai Amara
24 BAB 24. Sidang yang Mengakhiri Segalanya
25 BAB 25. Tekanan dari Keluarga Hart
26 Bab 26. Dia Putraku
27 BAB 27. Strategi dalam Bayangan
28 BAB 28. Ketika Luka Lama Terbuka
29 BAB 29. Mia Kritis
30 BAB 30. Nikah Dibawah Ancaman
31 BAB 31. Igauan Amara
32 BAB 32. Kejutan Dari Mia
33 BAB 33 Konfrontasi Dante dan Progres Nico
34 BAB 34. Ayo kita Lari
35 BAB 35 Drama Resepsi Pernikahan Dante
36 BAB 36. Aku Akan Pergi
37 BAB 37. Kehidupan Baru
38 BAB 38. Hati Yang Terbelah
39 BAB 39. Apakah Aku Benar-benar Buruk di Matamu?
40 BAB 40. Buket Bunga
41 BAB 41. Siapa Dia?
42 BAB 42. Drama Seru
43 BAB 43. Awal Demensia
44 BAB 44. Bercanda
45 BAB 45. Pertemuan Dante dan Luca
46 BAB 46.
47 BAB 47
48 BAB 48. Racauan Mia
49 BAB 49. Menghirup Udara Segar
50 BAB 50. Tamu Kecil
51 BAB 51
52 BAB 52
53 BAB 53
54 BAB 54
55 BAB 55
56 BAB 56
57 BAB 57
58 BAB 58
59 BAB 59
60 BAB 60
61 BAB 61
62 BAB 62
63 BAB 63
64 BAB 64
65 BAB 65
66 BAB 66
67 BAB 67
68 BAB 68
69 BAB 69
70 BAB 70
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Bab 1. Kedatangan Amara
2
BAB 2. Langkah Awal Amara di Rumah Laurent
3
BAB 3. Dante Selalu Mengamati
4
BAB 4. Titah Untuk Menikah
5
BAB 5. Pernikahan Yang Tak Terelekkan
6
BAB 6. Kekacauan Dante Setelah Menikah
7
BAB 7. Peringatan Untuk Dante
8
BAB 8. Tekad dan Rindu
9
BAB 9. Dante, Kau Bodoh!
10
BAB 10. Kehadiran, Mia
11
BAB 11. Kedatangan Mia yang Kedua
12
BAB 12. Diadili di Ruang Perlipur Lara
13
BAB 13. Malam Ini Hanya Milik Kita
14
BAB 14. Pesan Itu Dari Nyonya Laurent.
15
BAB 15 Pertemuan di Tepi Sungai Gama
16
BAB 16. Kehidupan Amara Setelah Keputusan Berat Itu
17
BAB 17. Konfrontasi di Ruang Kerja Dante
18
BAB 18. Fitnah Nyonya Laurent
19
BAB 19 Rencana Baru Nyonya Laurent dan Mia
20
BAB 20. Nyonya Laurent Manfaatkan Kelemahan Amara
21
BAB 21. Pertemuan Rahasia di Restoran Mewah
22
BAB 22. Kedatangan Keluarga Mia
23
BAB 23. Gugatan Cerai Amara
24
BAB 24. Sidang yang Mengakhiri Segalanya
25
BAB 25. Tekanan dari Keluarga Hart
26
Bab 26. Dia Putraku
27
BAB 27. Strategi dalam Bayangan
28
BAB 28. Ketika Luka Lama Terbuka
29
BAB 29. Mia Kritis
30
BAB 30. Nikah Dibawah Ancaman
31
BAB 31. Igauan Amara
32
BAB 32. Kejutan Dari Mia
33
BAB 33 Konfrontasi Dante dan Progres Nico
34
BAB 34. Ayo kita Lari
35
BAB 35 Drama Resepsi Pernikahan Dante
36
BAB 36. Aku Akan Pergi
37
BAB 37. Kehidupan Baru
38
BAB 38. Hati Yang Terbelah
39
BAB 39. Apakah Aku Benar-benar Buruk di Matamu?
40
BAB 40. Buket Bunga
41
BAB 41. Siapa Dia?
42
BAB 42. Drama Seru
43
BAB 43. Awal Demensia
44
BAB 44. Bercanda
45
BAB 45. Pertemuan Dante dan Luca
46
BAB 46.
47
BAB 47
48
BAB 48. Racauan Mia
49
BAB 49. Menghirup Udara Segar
50
BAB 50. Tamu Kecil
51
BAB 51
52
BAB 52
53
BAB 53
54
BAB 54
55
BAB 55
56
BAB 56
57
BAB 57
58
BAB 58
59
BAB 59
60
BAB 60
61
BAB 61
62
BAB 62
63
BAB 63
64
BAB 64
65
BAB 65
66
BAB 66
67
BAB 67
68
BAB 68
69
BAB 69
70
BAB 70

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!