Tidak seperti rencana Rafa yang akan mengusahakan bertemu pada weekend ini, ternyata mendapat persetujuan mamanya untuk keluar sangatlah sulit. Apalagi keluarganya mengadakan jamuan makan yang mengundang keluarga besar dan teman terdekat papa serta mamanya.
"Andrew kayaknya enggak ikut datang, Bang." Rafa setengah berbisik pada Rayyan yang tengah menikmati buah potong dihadapannya.
"Tuh, tante Michele sama om Ryan cuma dateng berdua doang." sambung Rafa yang menunjuk dengan dagunya.
Rayyan mengikuti petunjuk arah yang diberikan oleh Rafa, lalu kembali terfokus pada buah yang sedang dia nikmati.
"Syukurlah kalo dia enggak ikutan dateng." jawab Rafa dengan santai.
"Tapi ada wartawan cilik tuh, Bang. Mulai jalan kesini tuh, kayaknya dia mau ngewawancarain elo." Rafa kembali berbicara dengan heboh saat seseorang berjalan menuju arah sofa tempat mereka berdua sedang duduk.
Rayyan mengalihkan pandangannya, saat kini matanya bertemu dengan tatapan mata yang berbinar dan sedang menyapanya.
"Kak Rayyan!" seru Hanna menyapa Rayyan dengan penuh semangat.
"Hanna!" Rayyan pun berseru tak kalah hebohnya.
Selama ini Rayyan memang dekat dengan Hanna, sama seperti kedekatan dirinya dengan Eowyn. Hanna bahkan juga tak kalah cerewetnya dengan Eowyn dulu yang gemar bertanya segala macam hal kepadanya.
"Awas, geseran sana, kak!" pinta Hanna dengan memaksa. Bahkan Hanna seolah peduli dengan posisi Rafa yang duduk tidak nyaman karena terdesak olehnya.
Gadis itu langsung duduk diantara Rayyan dan Rafa, memaksa Rafa bergeser dan tak peduli jika Rafa kini duduk terhimpit diujung sofa dan bantalan tangan.
"Heh, anak kecil! Main geser-geser aja mentang-mentang badan lo kurus!" ucap Rafa dengan kesal sambil menjewer telinga Hanna.
"Iiihhh... kak Rafa apaan sih? Sakit tau!" Hanna mengusap telinganya yang sedikit merah akibat dijewer Rafa.
"Lo kan bisa ambil kursi noh disana terus elo tarik kesini, main duduk aja. Sempit nih gue!"
"Ya kenapa enggak kak Rafa aja yang ambil kursinya? Ngalah tau sama cewek."
Rafa menoyor dahi Hanna sambil meledeknya. "Bukan ngalah perkara elo cewek, tapi ngalah karena elo anak kecil."
"Au ah! Sana minggir, aku mau ngobrol sama kak Rayyan."
"Ehh ni bocah ya..."
"Udah, Fa." Rayyan melerai pertengkaran dua anak yang selalu terjadi saat bertemu ini. "Diem disitu atau mending lo pergi deh, gue mau ngobrol sama Hanna."
Rafa berdecak kesal. Bahkan abangnya sendiri saja tidak berpihak padanya. Anak kecil satu ini memang benar-benar sering membuatnya naik darah.
Enggan pergi karena tidak ingin bergabung dengan yang lain, terlebih Wildan, kakak Hanna, juga tidak ikut. Rafa akhirnya berakhir dengan mendengarkan obrolan abangnya dengan Hanna yang membahas soal kuliah di luar negeri.
Rafa memang pintar, tapi sama sekali tidak memiliki keinginan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri seperti abangnya. Alasannya karena ia tidak ingin jauh dari sang mama, apalagi kini ia memiliki Alita yang selalu ia rindukan disetiap detik saat mereka sedang tak bersama.
"Jauh amat ke Inggris, ntar nangis aja disana karena jauh dari tante Widya. Bisa bikin repot Ratu Elizabeth ntar lo, nangis lo kejer bikin Ratu enggak bisa tidur." Rafa mencoba ikut terlibat dalam percakapan itu, namun langsung mendapat lirikan tajam dari Hanna.
"Udah, Fa, jangan gangguin Hanna. Dia luar biasa loh punya cita-cita kuliah di luar negeri, daripada elo yang gitu-gitu aja." Rayyan membela Hanna.
"Tuh dengerin kata kak Rayyan!" Hanna menimpalinya dengan semangat.
"Bodo amat, gue enggak kuliah di luar negeri aja pinter. IPK cumlaude terus." Rafa menyombongkan dirinya.
"Enggak nanya! Udah kak Rafa diem aja deh." Hanna memalingkan wajahnya dan kembali berfokus meneruskan obrolannya dengan Rayyan.
Rafa kembali mendengarkan dengan seksama. Kalo dipikir-pikir, Hanna ini memang hebat. Dulu saat SMP bahkan dirinya tidak memikirkan sejauh itu. Jurusan kuliah yang ia ambil pun karena pertimbangan mamanya agar bisa meneruskan bisnis keluarga mereka. Namun, tidak dengan Hanna.
Gadis itu bahkan telah jauh memikirkan masa depannya. Meskipun ayah dan bundanya memiliki usaha bimbel, namun dia tak ingin terjun ke dunia pendidikan. Hanna justru tertarik untuk bekerja di Inggris dibagian layanan ekonomi pemerintah.
"Sama-sama belajar ekonomi mending lo kuliah disini aja, Han. Sama kayak gue." Rafa kembali menyela percakapan Hanna dengan abangnya.
"Beda, aku maunya Government Economic Service yang di Inggris terus kerja disana. Itu cita-cita aku dari mulai masuk SMP." jawab Hanna dengan menggebu-gebu.
"Ntar masuk SMA udah ganti cita-cita lagi dong, Han? Hahahahaha...."
"Berisik!" satu pukulan yang keras dari telapak tangan Hanna mendarat mulut dipaha Rafa dan membuatnya langsung mengaduh.
"Gila lo kurus-kurus tenaganya gede juga." gerutu Rafa sambil mengusap pahanya yang berbalut celana jeans itu. Hanna tidak bergeming, tetap menatap Rafa dengan tatapan kesal. Hingga akhirnya membuat Rafa pergi dari sofa itu.
...****************...
Senin ini, Rafa kembali dapat berjumpa dengan Alita. Saat mengantar Alita ke kampusnya tadi, ia mengatakan jika ingin mengajak makan siang diluar. Dan kini keduanya telah sampai di parkiran salah satu kafe yang terkenal di kalangan anak muda.
"Kamu bilang lagi ngirit karena bakal enggak dapet uang jajan dari papa kamu selama liburan, kenapa sekarang malah ngajak aku ke Kafe?" tanya Alita saat Rafa menghentikan laju motornya di depan sebuah kafe.
"Udah lama kan kita enggak makan siang bareng karena kamu selalu sibuk. Mumpung sekarang ada kesempatan, jadi dimanfaatin ya." ujar Rafa sembari membantu Alita melepaskan helm.
"Yaudah, kita bayar sendiri-sendiri aja ya. Aku enggak mau ntar kamu enggak jadi ngirit gara-gara ngajakin aku makan."
"Kalo cuma makan aku masih sanggup, sayang." Rafa mengusap rambut Alita. "Ayo!" sambungnya sembari menggandeng tangan Alita masuk ke dalam kafe.
Saat matanya menatap sekeliling mencari tempat yang pas untuk makan siang berdua dengan sang kekasih, mata Rafa terpaku pada sosok Zahra yang duduk berseberangan dengan Andrew. Rafa mengernyitkan dahinya, tidak mungkin Zahra menemui Andrew. Karena ia yakin Zahra tidak mengenal Andrew yang baru saja pulang dari UK.
Hingga akhirnya sebuah gerakan tangan dari samping Zahra membuatnya tersenyum sinis. Ada orang lain di sebelah Zahra, dan Rafa yakin itu adalah kakaknya, Eowyn. Rafa menarik tangan Alita menuju meja di dekat jendela kaca yang berhadapan dengan parkiran mobil. Matanya langsung menyapu mobil-mobil yang terlihat dari tempatnya, dan menemukan plat mobil yang ia yakini milik Eowyn.
"Kamu kenapa?" tanya Alita curiga.
"Ada kakak aku disini."
"Kamu takut kita ketahuan pacaran?"
Rafa tergelak mendengar perkataan Alita. "Justru dia yang bakal takut kalo ngeliat ada aku disini." jawabnya sambil membalikkan buku menu.
"Makanya kamu nyari tempat disini?"
Rafa mengangguk. "Biarin aja dia seneng-seneng dulu sekarang, ntar baru nangis-nangis kena omelan abang."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
summer
pertanyaanku masih sama, apakah Hanna adalah koentji? 😂😂😂😂
2020-11-02
1