Rafa dan Alita memutuskan untuk memakan es krim yang mereka beli tadi di dalam mobil. Hanya membeli es krim berwadah besar, keduanya memutuskan untuk memakan es krim bersama. Dengan menggunakan sendok makan yang selalu Alita bawa, keduanya bergantian menyendok dan menyuap es krim itu ke dalam mulut mereka.
"Setelah ini mau kemana lagi?" tanya Rafa setelah menyuap es krim itu ke dalam mulutnya.
"Hmm... pulang. Tapi... sebelum pulang aku mau mampir di fotokopian depan sekolah tadi ya."
Rafa mengangguk, lalu menggelengkan kepalanya saat Alita kembali menyodorkan sendok itu padanya. "Udah, kamu aja yang ngabisin."
Alita tersenyum, lalu menuruti perkataan Rafa untuk menghabiskan es krim itu. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Rafa tak bisa untuk menahan diri juga. Mengubah posisinya untuk menghadap ke arah Alita, Rafa mengusapkan ibu jarinya ke sudut bibir Alita.
Alita tersentak, lalu menoleh ke arah Rafa. "Belepotan ya?" tanya Alita dengan terbata.
Rafa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manis ke arah Alita. "Aku cuma penasaran aja. Dari tadi kita bergantian pakai sendok yang sama, ada yang bilang itu termasuk ciuman secara tidak langsung. Jadi... aku ingin merasakan ciuman denganmu secara langsung."
Belum sempat Alita menenangkan dirinya atas perkataan Rafa, dirinya kembali dikejutkan dengan bibir Rafa yang telah menempel dibibirnya. Membungkamnya dan memagutnya dengan lembut, membuat Alita hanya mampu memejamkan matanya dan meremas wadah es krim yang masih ia pegang.
Rafa melepaskan pagutannya selama beberapa saat, lalu memandangi wajah Alita yang nampak memerah itu dalam jarak dekat. "Enggak akan ada yang bisa lihat kita dari luar, kamu tenang aja." ucap Rafa sebelum akhirnya kembali memagut bibir Alita.
***
Setelah mengakhiri ciuman pertama mereka yang berlangsung cukup lama, kini Rafa dan Alita tengah dalam perjalanan menuju tempat fotokopi yang dimaksud Alita. Rafa menyipitkan matanya, mengamati seseorang yang tengah duduk di depan tempat fotokopi tersebut. Seseorang dengan seragam SMP dan rambut panjangnya yang dikucir ekor kuda.
"Hanna?" seru Rafa saat baru saja keluar dari mobilnya.
Yang dipanggil mendongakkan kepalanya dan menoleh ke arah Rafa. "Kak Rafa?"
"Ngapain lo disini?" Rafa mendekat ke arah Hanna tanpa menyadari jika Alita memperhatikan interaksi keduanya dengan kebingungan.
"Nungguin kak Wildan jemput, udah setengah jam lebih ehh... taunya enggak bisa jemput. Jadi paling nungguin ayah aja pulang kerja." jelas Hanna dengan raut wajah sedih.
Alita mendekat, dan membuat Rafa menoleh kearahnya. "Oh, kenalin sayang, ini Hanna. Dia anak temennya mama, kebetulan keluarga kami deket jadinya kami saling kenal."
"Hai, aku Alita." Alita menyodorkan tangannya ke arah Hanna dengan tersenyum ramah, yang kemudian disambut Hanna.
"Aku Hanna. kak."
"Kamu sekolah disini?" tanya Alita yang diangguki oleh Hanna. "Sama dong, dulu aku juga sekolah disini."
"Emang om Taufik pulang kerja jam berapa? Kalo masih lama, lo balik bareng gue aja. Ntar gue anterin ke rumah. Daripada lo nunggu disini sendirian ntar diculik orang aja." kata Rafa sambil duduk di sebelah Hanna.
"Iya, balik bareng kita aja. Tapi, aku fotokopi bentar ya hehehehe...."
"Enggak usah, ntar ngerepotin kak Rafa. Mau pacaran malah keganggu harus nganterin aku juga."
'Udah, biar Rafa yang anterin kamu. Tunggu bentar ya."
Alita segera masuk ke dalam tempat fotokopi, sementara Rafa merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya dan menelpon om Taufik, memberitahu jika ia yang akan mengantar Hanna pulang ke rumah.
"Santai Om, kasian tau anaknya. Udah mau mewek aja tadi pas ketemu Rafa." goda Rafa yang kemudian mendapat pukulan dilengannya dari Hanna.
"Siap, Om. Om Taufik chat Hanna aja nih biar enggak nangis lagi hehehehe...."
Setelah memutuskan panggilan teleponnya, Rafa menoleh ke arah Hanna yang mungkin sedang membalas chat dari ayahnya itu.
"Wildan sering nelantarin lo kayak gini?"
Hanna mendongak menatap Rafa, masih dengan tatapan sedihnya. "Ya sejak kak Wildan masuk kuliah."
"Lagian ngapain sih lo sekolah jauh disini. Coba kalo di sekolah gue sama Wildan dulu, si Wildan enggak bakal males jemput lo sekolah."
"Hanna yang sekolah, kenapa kak Rafa yang rempong?"
"Ehh? Gue bukannya rempong, bocah! Gue cuma ngasih tau, ini tuh kejauhan banget, Han. Kan banyak juga sekolah yang deket rumah lo."
"Tapi kan Hanna maunya disini, lagian kan ini sekolah favorit, kak."
"Iya juga sih." Rafa mengiyakan sambil menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal itu.
Alita berjalan keluar dan menghampiri Rafa dan juga Hanna. "Kita pulang sekarang?" tanya Alita yang kemudian mendapat anggukkan kepala dari Rafa.
"Kamu anterin aku dulu aja, sayang. Dari sini kan lebih deket kalo ke rumahku, jadi setelahnya baru kamu anterin Hanna sekalian pulang."
"Ehh.. enggak usah, kak. Aku nungguin ayah aja."
"Yeee... bocah bandel amat. Gue udah telpon om Taufik juga. Ayo, cepetan masuk mobil." Rafa beranjak dari duduknya dan menepuk pundak Hanna.
Hanna mengikuti perintah Rafa, lalu ketiganya masuk ke dalam mobil.
Selama perjalanan ke rumah Alita, hanya Alita dan Hanna yang asik membicarakan guru-guru serta makanan yang ada di kantin sekolah mereka. Seakan mereka lupa jika di dalam mobil itu juga ada Rafa yang sama sekali tidak mengerti obrolan mereka bahkan terkesan diabaikan oleh keduanya.
Hingga mobil yang dikemudikan oleh Rafa berhenti di depan pagar rumah Alita yang menjulang tinggi itu, barulah Alita dan Hanna mengakhiri percakapan mereka.
"Next time kita sambung ceritanya lagi ya, Han, kalo kita ketemu." ucap Alita sambil menoleh ke arah bangku belakang. Hanna tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Hati-hati nyetirnya, jangan lupa kabarin kalo udah sampai di rumah." kini Alita berganti menatap Rafa yang sedari tadi menatapnya.
"Iya, sayang." jawab Rafa sambil mengusap rambut Alita dengan lembut. Alita melambaikan tangannya kepada Rafa dan Hanna sebelum akhirnya turun dan masuk ke dalam halaman rumah, dimana satpam rumahnya telah membukakan pintu gerbang itu untuknya.
Rafa menoleh ke arah Hanna dibangku belakang, gadis itu nampak asik menatap ponselnya dengan sesekali tersungging senyum simpul dibibirnya.
"Han."
"Ya?" Hanna mendongakkan kepalanya menatap Rafa.
Rafa menepuk bangku penumpang di sebelahnya. "Pindah depan sini loh, gue bukan sopir lo ya."
Menyadari kesalahannya, Hanna tersenyum canggung dan segera meraih tasnya. Lalu turun dari mobil dan berpindah duduk di sebelah Rafa.
"Maaf ya, kak. Hanna enggak ngeh hehehehe...."
"Gue jitak juga nih." Rafa menjitak kepala Hanna, cukup keras hingga menyebabkan gadis itu mengaduh dan membalas memukul Rafa.
Tak lama mobil yang dikemudikan Rafa pun melaju, meninggalkan rumah Alita dan melanjutkan perjalanan untuk mengantarkan Hanna pulang. Sebelum akhirnya Rafa pulang ke rumah orangtuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Metha Sofia
jgn lama2 dooonk up x....
2020-10-03
3
Tini Supandhi
aroma..aromaa ini...sok atuh mangga dilanjutkeun..
2020-10-02
2
༄༅⃟𝐐 ˙❥YanG💋 👉🏻H14T
kadang aku pengen komen tp aku gak tau mau komen gimna... mau bilang apa...😆😆 jd lnjut aja deh thor... aku nunggu up slnjutnya... 😉😉
2020-10-01
1