Setelah memarkir mobil abangnya di halaman parkiran kafe, Rafa mengecek penampilannya pada kaca mobilnya terlebih dulu. Meskipun penampilannya selalu rapi, tapi kali ini ia ingin lebih terlihat rapi dihadapan Alita. Meraih tas punggungnya yang berada di jok belakang, buru-buru Rafa keluar dari mobil dan segera masuk ke dalam kafe. Tentu ia tidak ingin Alita terlalu lama menunggunya, karena ia pu. juga ingin segera bertemu dengan Alita.
Kafe itu tidak terlalu ramai siang itu, jadi tidak sulit bagi Rafa untuk mencari keberadaan Alita. Sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah lengkungan saat menangkap sosok gadis yang dipujanya nampak sedang sibuk menulis dibukunya. Melangkahkan kakinya menuju meja tempat Alita duduk dengan senyum lebarnya, Rafa menahan dirinya untuk berlari dan memeluk gadis cantik dihadapannya itu.
"Hai." ucap Rafa sambil menarik kursi dihadapan Alita.
"Ahh, kamu udah dateng rupanya. Aku pikir kamu akan sampai beberapa menit lagi." jawab Alita sambil merapikan alat tulisnya.
"Aku datang sesegera mungkin kesini biar kamu enggak kelamaan sendiri." jawaban Rafa ini sukses memancing semburat merah untuk muncul ke permukaan kulit wajah Alita yang putih bersih itu.
"Pesanlah makanan, aku... akan merapikan barang-barangku terlebih dulu."
"Kamu mengerjakan tugas?" tanya Rafa setelah tangannya terangkat untuk memanggil pelayan kafe.
"Enggak, aku hanya nyari bahan referensi untuk membuat tulisan."
"Tulisan? Tulisan apa?"
"Kadang, aku menulis cerpen saat ada banyak waktu luang."
"Oh iya? Kalo begitu, aku akan selalu siap untuk membaca karyamu." lagi-lagi Alita merasa tersipu dengan ucapan Rafa. Sungguh Rafa memang pandai bersilat lidah, meskipun ucapannya terdengar biasa saja, namun entah kenapa Alita mudah sekali terbawa suasananya.
"Aku... benar-benar tidak menganggumu kan?" tanya Alita memastikan jika Rafa datang kesini tidak karena terpaksa.
"Enggak. Enggak sama sekali." Rafa menggelengkan kepalanya. "Aku baru aja keluar dari kampus waktu kamu telpon, dan berniat untuk pulang ke rumah karena memang aku enggak punya acara lain. Kebetulan sekali kamu ngajakin aku untuk nongkrong disini." Rafa tentu saja berbohong, mana mungkin ia mengatakan pada Alita jika saat Alita menelponnya tadi ia baru saja mengantar kekasihnya.
"Kamu enggak pergi sama pacar kamu?"
Rafa menggelengkan dengan cepat saat Alita baru saja menyelesaikan kalimatnya. "Enggak, aku enggak punya pacar."
Untuk yang satu itu, Rafa memang tidak berbohong. Tentu saja Rafa tidak memiliki kekasih karena satu jam yang lalu mereka baru saja putus.
"Ahh, syukurlah. Sebenarnya, setelah telpon kamu tadi aku agak takut kalau pacarmu akan marah karena aku telah memintamu datang kesini."
"Hahahaha... kamu enggak perlu khawatir soal hal itu, Lit. Aku jomblo, jadi kamu bebas telpon aku kapan pun kamu mau."
Baru saja rona merah diwajah Alita menghilang, namun sekarang kembali muncul saat Rafa mengerlingkan matanya ke arahnya. Jika William mengatakan padanya jika dirinya akan mudah jatuh dalam pesona Rafa, mungkin Alita akan mengakuinya. Karena kini ia benar-benar terpesona pada Rafa.
Berbeda dengan sebelumnya, Alita cenderung pemilih untuk dekat dengan lawan jenisnya. Namun dengan Rafa, hanya dengan sekali pertemuan saja kini dirinya merasa nyaman untuk mengajak Rafa bertemu sekedar untuk bercerita hal-hal yang tidak penting.
"Kamu hanya makan cake aja?" tanya Rafa saat pesanan makanannya datang.
Rafa membandingkan pesanannya dengan pesanan Alita. Jika Rafa memesan sepiring spaghetti carbonara, Alita lagi-lagi hanya memesan sepotong kue dan french fries.
"Kamu enggak lagi diet kan?" tanya Rafa kembali saat Alita hanya tersenyum dengan ekspresi terkejut Rafa.
"Enggak. Aku hanya jarang makan berat di luar kecuali kalo pas lagi pengen. Selebihnya aku hanya ngemil, aku terbiasa makan berat masakan mamaku."
"Oohh, begitu rupanya. Aku pikir kamu lagi diet. Kalo begitu, kita bisa makan bersama spaghetti ini, kebetulan aku juga sudah makan tadi di kantin. Jadi, aku tidak yakin bisa menghabiskan spaghetti ini sendirian."
Kali ini, Rafa memang tidak sedang berbohong. Mungkin dengan Alita dosanya tidak akan lagi bertambah karena selalu berkata jujur dibanding dengan para mantan kekasihnya terdahulu yang mana ia selalu mencari-cari alasan ini dan itu.
"Tidak, Rafa. Makanlah, aku akan makan pesananku sendiri." tolak Alita dengan halus, namun sepertinya Rafa tidak menerimanya begitu saja.
"Tidak, Lit. Kamu harus bertanggung jawab karena telah menyuruhku kesini, kita bisa makan spaghetti ini berdua sambil bercerita. Gimana?"
Alita diam sejenak sebelum akhirnya menyetujui permintaan Rafa. Hingga pada detik selanjutnya, Alita kembali dibuat tersipu oleh sikap Rafa.
"Buka mulutmu, Lit. Spaghetti ini enak banget, cobain deh." Rafa menyodorkan sesuap spaghetti yang telah ia gulung pada garpu.
Alita masih terdiam, menatap Rafa dan sendok suapan yang berada didepannya.
"Ayolah, Lit. Ini hanya sendok. Kalo kamu percaya memakai sendok secara bersamaan itu sama dengan berciuman, maka aku akan katakan kau salah besar. Keduanya berbeda, Lit. Aku adalah orang yang tidak setuju dengan teori itu." Rafa meyakinkan Alita, hingga pada akhirnya Alita mendekat dan menerima suapan spaghetti yang disodorkan Rafa.
"Anak pintar." ucap Rafa sambil mengusap puncak kepala Alita.
Tentu saja hal itu langsung membuat pipi Alita kembali bersemu. Bersama dengan Rafa beberapa menit saja telah membuatnya beberapa kali tersipu, Alita bahkan tidak bisa menebak apa yang akan Rafa lakukan lagi selanjutnya. Setidaknya Alita ingin mempersiapkan dirinya agar tidak mudah jatuh dalam setiap perkataan dan sikap Rafa padanya.
"Sebenarnya, aku membutuhkan bantuanmu untuk cerpen yang sedang aku tulis." Alita berucap setelah selesai mengunyah dan menelan makanannya. "Aku butuh kamu untuk membantuku memberikan sudut pandang dari seorang laki-laki akan beberapa hal. Kamu bisa membantuku."
"Tentu aja bisa, anything for you, Lit." jawab Rafa dengan begitu mantapnya. Lalu kemudian, ia kembali menyodorkan gulungan spaghetti itu ke arah Alita.
Siang itu mereka lewatkan layaknya sepasang kekasih, saling bercengkrama sambil berbagi makanan bersama. Saat Alita memakan kuenya, dia bahkan tak segan membaginya dengan Rafa, dengan sendok garpunya dan tangannya yang terulur untuk menyuapi Rafa, seperti yang Rafa lakukan tadi padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
🌙♡LunettαΔ∀◌⑅⃝●
wewwww
2020-08-24
2
Tini Supandhi
co cuuuwwiiiittt my Rafa...peyuk cium ounty...biar fuceboi tp kamu tetep kesayangan ounty.
2020-08-21
3
༄༅⃟𝐐 ˙❥YanG💋 👉🏻H14T
ah.... bener2 nih si Rafa rajanya gombal.... 🤭🤭
2020-08-21
1