16. Tidak Nyaman

Reyn dan sang papi tidak langsung pulang melainkan ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi Reyn.

"Katakanlah apa yang kamu rasakan. Jangan menyembunyikan apapun."

"Iya, Pi."

Di mata orang lain sang ayah bagai monster berbentuk manusia. Tapi, bagi Reyn dia adalah malaikat tak bersayap yang Tuhan kirimkan untuk menjaganya.

"Malam, Dok."

Senyum terukir di wajah dokter berusia tiga puluh tahunan yang begitu tampan. Dia yang akan bertanggung jawab untuk mengecek kesehatan Reyn atas rekomedasi dokter Surya.

"Papi tunggu di luar, ya."

Reyn pun mengangguk. Dan kini hanya tinggal mereka berdua yang ada di ruangan pemeriksaan.

"Apa ada keluhan?" tanya dokter Langit kepada Reyn.

"Tadi sempet sesak dan langsung pusing. Tapi, langsung aku bawa tidur dan bangun tidur sudah membaik."

"Apa kamu kelelahan? Biasanya itu akan terjadi karena lelah dan stress," papar dokter itu.

"Mungkin karena terlalu banyak berkas laporan yang harus aku cek."

Dokter Langit menghela napas kasar. Dia menatap Reyn dengan begitu dalam.

"Lain kali jangan diporsir. Kamu itu berbeda," ucapnya dengan begitu lembut.

Tangannya hendak mengusap lembut ujung kepala Reyn. Namun, Reyn memundurkan kepalanya. Dokter Langit seketika terdiam.

"Reyn--"

"Maaf, Dok. Bisakah kita profesional saja?"

Sebenarnya Reyn sudah menolak untuk ditangani oleh dokter Langit. Dia merasa tidak nyaman. Namun, belum ada dokter yang bisa menggantikan dokter Langit untuk sekarang ini. Dokter dari Singapura juga Melbourne masih sangat sibuk dan belum bisa terbang ke Jakarta.

Selesai pemeriksaan, Reyn segera keluar dan segera menemui ayahnya.

"Sudah?" Reyn pun mengangguk.

Reyn mulai membuka suara ketika mobil sudah melaju menuju rumah.

"Kapan dokter Joice datang ke sini?"

"Baba dan Uncle Khairan sedang mengusahakan. Sabar, ya."

Reyn menatap jalanan yang masih cukup ramai melalu kaca jendela mobil. Matanya seketika perih ketika melewati toko roti Bu Gendis. Tiba-tiba dia teringat akan ucapan Rega.

"Mama merindukan kamu."

Reyn mencoba memejamkan mata. Meskipun, sudah empat tahun berlalu. Ada memori yang tak akan pernah dia lupa dan akan tetap ada.

Tibanya di rumah, sang mami masih terjaga dan menunggu kepulangan sang putri tercinta. Sambutan hangat mami Aleesa berikan kepada Reyn.

"Gimana hasilnya, Reyn?"

"Tidak ada yang perlu ditanyakan, Mi. Masih tetap sama dengan vo--"

"Stop, Reyn! Mami tidak mau dengar itu."

Reyn tersenyum perih. Lalu, meminta maaf kepada ibunya. Tangan sang mami sudah dia genggam.

"Jangan khawatirkan apapun, Mi. Reyn sudah ikhlas."

Mata Mami Aleesa sudah berembun. Pelukan hangat Reyn berikan. Dia pun memejamkan mata sejenak ketika memeluk ibunya..

"Jangan menangis. Jika, waktunya nanti tiba."

Sekuat tenaga mami Aleesa menahan air mata. Dia mengendurkan pelukannya dan menyuruh Reyn untuk beristirahat.

Selepas Reyn menghilang dari pandangan, tangis mami Aleesa pecah. Papi Restu segera memeluknya.

"Sudah, Lovely. Kasihan kalau Reyn dengar kamu nangis dia akan semakin sedih. Itu akan berujung pada kambuhnya sakit Reyn dengan cepat."

"Ibu mana yang gak akan sedih ketika waktu terasa cepat berputar dan sudah mulai dekat dengan yang namanya perpisahan. Aku tidak bisa," lirihnya.

Papi Restu menghela napas kasar. Bukan hanya istrinya yang sakit. Diapun merasakan hal yang sama.

.

Reyn menghembuskan napas kasar. Dia mendudukkan tubuhnya di pinggiran tempat tidur. Dia membenci hal ini, yakni membuat maminya menangis.

Mata Reyn kini tertuju pada meja belajar yang masih sama seperti dulu. Dia menghampiri benda tersebut dan duduk di kursi yang ada di sana. Dia memandang fotonya dan sang Abang dengan penuh bahagia.

"Makasih sudah jadi Abang terbaik di dunia ini."

Senyum yang m melengkung, kini menghilang. Reyn melihat sebuah buku catatan yang diamasih ingat berisi tentang apa. Wajahnya sudah mulai berubah. Perlahan, dia raih buku tersebut. Namun, tak berani dia membukanya.

Matanya kini tertuju pada laci. Perlahan, dia membuka laci tersebut. Sebuah album foto yang dia lihat di sana. Empat tahun berlalu, barang-barangnya masih tersimpan di tempat yang sama. Tak ada yang berubah.

Mata Reyn nanar ketika dia membuka satu per satu foto yang dia simpan. Tak ada senyum, hanya tatapan penuh luka yang dia tunjukkan.

"Aku berharap kita tak pernah bertemu, tapi kenapa Tuhan sengaja mendekatkan aku dan kamu?" Reyn menghela napas kasar.

Album foto itu kembali Ryen tutup. Dia tak mau membuka luka lama yang akan berimbas pada kondisi tubuhnya.

Reyn memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan tubuh. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tak membuka hatinya lagi. Sekalipun, dia masih mencintai. Dia tak mau menyakiti hati siapapun. Di hanya ingin menikmati waktu sebelum Tuhan mengulurkan tangannya untuk membawa dirinya.

.

"Minggu depan dokter Joice yang akan menangani Reyn," ujar baba Radit kepada Restu.

Pada malam itu juga papi Restu langsung menuju rumah ayah mertunya untuk menanyakan dokter yang menangani Reyn. Mendengar aduan sang putri dia tidak bisa tinggal diam.

"Kenapa dengan Langit memangnya?"

"Reyn merasa tidak nyaman."

Baba Radit mengangguk bertanda dia mengerti dengan apa yang dirasakan oleh sang cucu. Semua keluarga tahu bagaimana kisah Langit dan Reyn.

"Terus berikan kenyamanan dan jangan sampai dia merasa tertekan. Jaga mood-nya dan jangan buat dia sedih."

"Iya, Ba."

Baba Radit mendekat ke arah menantu pertamanya. Lalu, menepuk pundak Restu dengan lembut.

"Terimakasih sudah tetap juga menjaga dua wanitamu."

.

Masih pagi sudah kedatangan tamu, yakni Langit Anggara yang tak lain dokter yang sudah sebulan ini menangani Reyn.

"Sarapan dulu," ajak mami Aleesa.

"Makasih, Tante."

Ujung mata papi Restu begitu tajam. Dia yang belum menyantap makanan tiba-tiba membuka suara.

"Reyn, ayo kita berangkat. Papi ada rapat penting."

"Reyn biar aku aja yang antar," sambar Langit.

Papi Restu menatap sekilas ke arah Langit. Dan itu membuat Langit tak berkutik.

"Maaf, Kak. Aku akan berangkat sama Papi."

Reyn pamit kepada sang mami dan sudah merangkul manja lengan ayahnya. Sedangkan Langit hanya bisa menatap sendu ke arah Reyn yang semakin menjauh. Ini bukan kali pertama dia ditolak Reyn, tapi tetap saja rasanya masih sakit.

"Maaf ya, Langit. Biarkan Reyn menikmati waktunya bareng papinya." Langit mengukirkan senyum begitu perih.

Di Wiguna Grup, seseorang yang hampir kena serangan jantung semalam tengah menunggu Reyn. Dahinya mengkerut ketika melihat mobil mengkilap yang biasa digunakan para petinggi perusahaan berhenti di depan lobi. Reyn dan pria penuh kharisma keluar dari mobil itu. Dia melihat sendiri bagaimana sikap Reyn kepada ayahnya. Apalagi ketika Reyn mencium tangan sang ayah sebelum masuk membuat hatinya tersentuh.

Baru saja papi Restu hendak membuka pintu mobil, suara seseorang membuatnya menoleh.

"Selamat pagi, Pak Restu."

Wajah datar nan dingin dapat Rega lihat ketika papi Restu menoleh. Jantungnya berdegup hebat.

"Saya Regara Bumintara, guru les private Reyn ketika SMA dan sekarang menjadi rekan kerja putri Bapak. Di mana saya adalah atasan Reyn sekarang." Rega berbicara lancar, tapi sebenarnya dia gemetar.

"Lalu?"

Jawaban papinya Reyn membuat Rega menelan ludah. Irama detak jantungnya semakin menjadi. Kalimat yang sudah dia siapkan langsung hilang berantakan.

"Saya mencintai putri Bapak."

...*** BERSAMBUNG ***...

Ah, komennya makin lemes.

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

Ember dah penuh, Thor😁

2024-09-10

0

Saadah Rangkuti

Saadah Rangkuti

jangan di buat nyesek terus thor,ni bantal udah basah loh 😂😂

2024-08-28

0

Yus Nita

Yus Nita

penyakit apa yg di derita oleh Reyn.
sebingga mami Alessa begitu terpukul .

2024-08-04

0

lihat semua
Episodes
1 1. Cinta Dalam Diam
2 2. Customer 100 Roti
3 3. Mulai Ugal-ugalan
4 4. Congratulation
5 5. Kembalinya Masa Lalu
6 6. Reyn Di Bawah Rain
7 7. Jangan Salahkan Dia
8 8. Berharap Ada Keajaiban
9 9. Tak Mau Menyakiti
10 10. Terus Mencari Di Tengah Ancaman
11 11. Masih Tetap Mencari
12 12. Asisten Manager
13 13. Dia Kira Mudah, Ternyata Salah
14 14. Goals Terakhir
15 15. Tak Patah Arang
16 16. Tidak Nyaman
17 17. Terluka Membawa Bahagia
18 18. Cinta Pandangan Pertama
19 19. Banyak Bicara
20 20. Botol Obat
21 21. Empat Tahun Yang Lalu
22 22. Wajah Merah Padam
23 23. Penuh Kejutan
24 24. Keras Kepala
25 25. Tersiksa Rasa Cinta
26 26. Cinta Yang Besar
27 27. Begitu Cepat
28 28. Plot Twist
29 29. Hutang Nyawa
30 30. Takut
31 31. Jangan Dilepaskan Genggaman Tangannya
32 32. Rega vs Tiga Pria Garang
33 33. Kejutan Demi Kejutan
34 34. Restu Terakhir
35 35. Cinta Yang Besar
36 36. Ketulusan
37 37. Mimpi (Awan Hitam)
38 38. Physical Love
39 39. Persiapan Pernikahan
40 40. Tahap Selanjutnya Sampai Akad
41 41. ICU
42 42. Kejutan Yang Bersamaan
43 43. Tak Terduga
44 44. Merindukan Tanpa Bisa Memandang
45 45. Fokus Pada Kebahagiaan
46 46. Sudah Diperbolehkan Pulang
47 47. Tiga Bulan Kemudian
48 48. Hadiah
49 49. Si Boy
50 50. Terlambat Mencintai
51 Bonchap
52 Bonchap Akhir
53 New Story
Episodes

Updated 53 Episodes

1
1. Cinta Dalam Diam
2
2. Customer 100 Roti
3
3. Mulai Ugal-ugalan
4
4. Congratulation
5
5. Kembalinya Masa Lalu
6
6. Reyn Di Bawah Rain
7
7. Jangan Salahkan Dia
8
8. Berharap Ada Keajaiban
9
9. Tak Mau Menyakiti
10
10. Terus Mencari Di Tengah Ancaman
11
11. Masih Tetap Mencari
12
12. Asisten Manager
13
13. Dia Kira Mudah, Ternyata Salah
14
14. Goals Terakhir
15
15. Tak Patah Arang
16
16. Tidak Nyaman
17
17. Terluka Membawa Bahagia
18
18. Cinta Pandangan Pertama
19
19. Banyak Bicara
20
20. Botol Obat
21
21. Empat Tahun Yang Lalu
22
22. Wajah Merah Padam
23
23. Penuh Kejutan
24
24. Keras Kepala
25
25. Tersiksa Rasa Cinta
26
26. Cinta Yang Besar
27
27. Begitu Cepat
28
28. Plot Twist
29
29. Hutang Nyawa
30
30. Takut
31
31. Jangan Dilepaskan Genggaman Tangannya
32
32. Rega vs Tiga Pria Garang
33
33. Kejutan Demi Kejutan
34
34. Restu Terakhir
35
35. Cinta Yang Besar
36
36. Ketulusan
37
37. Mimpi (Awan Hitam)
38
38. Physical Love
39
39. Persiapan Pernikahan
40
40. Tahap Selanjutnya Sampai Akad
41
41. ICU
42
42. Kejutan Yang Bersamaan
43
43. Tak Terduga
44
44. Merindukan Tanpa Bisa Memandang
45
45. Fokus Pada Kebahagiaan
46
46. Sudah Diperbolehkan Pulang
47
47. Tiga Bulan Kemudian
48
48. Hadiah
49
49. Si Boy
50
50. Terlambat Mencintai
51
Bonchap
52
Bonchap Akhir
53
New Story

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!