7. Jangan Salahkan Dia

Rega menatap layar ponselnya. Di Mana pesan yang dia kirimkan hanya ceklis satu.

"Ke mana kamu, Reyn?"

Selesai jam kuliah, Rega mulai mencari Reyn ke kelasnya. Namun, teman sekelas Reyn mengatakan jikalau Reyn tidak masuk. Rega segera ke warung tenda biru.

"Lu liat Reyn gak?"

"Bukannya kemarin dia bilang mau ngomong penting sama lu," balas Jamal.

"Dia gak datang. Padahal gua nunggu sampe hujan reda."

"Tapi, kemarin gua liat Reyn jalan buru-buru dari arah warung ini."

Mata Rega melebar. Dia segera pergi dari sana dan meninggalkan ketiga sahabatnya yang terlihat kebingungan. Rega sudah sampai di parkiran, dan suara seseorang memanggil namanya.

"Rega, antar aku--"

"Sorry, Megan. Aku buru-buru."

"Rega, aku hanya--"

Rega segera menghidupkan mesin motornya dan meninggalkan Megan. Di tengah perjalanan, Rega berhenti. Dia bingung mau mencari Reyn ke mana. Selama dia mengenal Reyn, dia tidak pernah tahu di mana rumah perempuan yang selalu menempel padanya.

"Panti asuhan."

Tibanya di sana, Rega segera menemui pemilik panti. Dan tak ada informasi yang dia dapat sama sekali tentang Reyn. Alhasil, dia memilih untuk ke toko roti sang mama.

"Tumben pulang cepat? Biasanya kalau belum malam belum pulang."

"Ma, Rega boleh pinjam hape Mama gak?"

"Buat apa?" Dahi sang ibu pun kemudian mengkerut.

"Rega mau hubungin Reyn."

"Kamu berantem sama Reyn?"

"Enggak, Ma."

Rega sudah memegang ponsel sang ibu. Dia berharap pesan dari ibunya ceklis dua. Ternyata sama saja.

"Rega, janganlah kamu sakiti Reyn. Dia sangat baik dan Mama sudah menganggap dia seperti anak Mama sendiri."

Perlahan kepala Rega pun menegak. Dia menatap dalam wajah sang ibu yang tengah serius.

"Apa pernah Reyn mengeluhkan sikap Rega kepada Mama?" Bu Gendis pun menggeleng.

"Dia bukan anak yang suka mengadu. Dia adalah tipe anak yang senang memendam. Membiarkan dia yang merasakan sendiri. Mama melihat itu dari diri Reyn."

"Ma, kalau nanti Mama ketemu Reyn. Hubungi Rega, ya. Tapi, jangan sampai Reyn tahu." Bu Gendis menukikkan kedua alisnya.

"Rega mohon, Ma."

.

Rayyan tak kuasa menitikan air mata ketika melihat tubuh sang kembaran terlelap dengan penuh kesedihan. Semalam, Reyn pulang dalam kondisi basah kuyup dan menggigil hebat.

"Gua kalah, Yan."

Begitu lirih kalimat itu. Rayyan segera memeluk tubuh Reyn. Tak dia pedulikan tubuhnya ikut basah. Dan air matanya luruh begitu saja. Sedangkan Reyn seperti manusia yang sudah tak mampu mengungkapkan perasaannya. Berdiri bagai patung tanpa membalas pelukan Rayyan.

Setelah Reyn berganti pakaian, dokter pun datang untuk memeriksa kondisi Reyn. Senyum melengkung indah di wajah Reyn karena dokter yang datang bukanlah dokter keluarga.

"Itu direkomendasiin sama Abang."

Mendengar nama sang kakak membuat wajah Reyn kembali sendu. Rayyan meraih tangan Reyn.

"Apa perlu gua kasih pelajaran?" Reyn menggeleng dengan cepat karena wajah Rayyan terlihat begitu murka.

"Semuanya bukan salah dia, Yan. Gua yang salah karena sudah bodoh mencintai seseorang yang memang gak cinta sama gua. Gua yang emang keras kepala terus berjuang, padahal dia gak memberikan signal. Jadi, jangan pernah lukain dia. Jangan pernah salahkan dia. Salahkan saja gua."

"Disaat seperti ini lu masih bisa bela dia?" Rayyan sedikit geram.

"Gua gak bela dia, Yan. Emang semua kesalahan ada di gua. Kalau gua gak seugal-ugalan ini, gua juga gak akan sesakit hati ini."

Rayyan memeluk tubuh Reyn dengan mulut yang tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Jangan pernah salahkan dia."

Rayyan menyingkirkan anak rambut yang menghalangi mata Reyn. Sebagai seorang kembaran dia sangat merasakan apa tengah Reyn rasakan. Dia juga sudah menghubungi sang Abang, lelaki yang kuliah di Singapura itupun murka. Namun, sama seperti dirinya, Abang Er tak bisa melakukan apapun karena Reyn melarang. Rasa sayang yang Reyn miliki sangat tulus. Meskipun sudah disakiti, tapi dia tak mau orang yang dia cintai dilukai.

"Gua harap lu semakin survive meskipun dia sudah gak lagi menjadi alasan lu untuk tetap berjuang bersama kami di sini."

Rayyan mengusap lembut rambut Reyn. Juga mencium kening Reyn dengan begitu dalam.

"Gua dan Abang akan selalu jaga lu, Empok. Jadi, tetaplah hidup sampai kita menemukan kebahagiaan kita masing-masing."

.

Sudah seminggu ini pesan yang dikirim Rega hanya ceklis satu. Bukan hanya Rega, pesan yang Bu Gendis kirimkan pun hanya ceklis satu.

"Ke mana kamu, Reyn?"

Wajah Rega terlihat tak bersemangat akhir-akhir ini. Matanya terus terfokus pada layar segiempat yang tengah dia genggam.

"Lu ngegalauin Megan apa Reyn?"

Rega tak menjawab. Dafa pun penasaran dan dia terbahak ketika melihat layar ponsel sang sahabat.

"Goblokk sih!" umpat Dafa.

Ponselnya bergetar dan Rega berharap itu adalah Reyn. Ternyata sang mama yang mengabarkan jikalau Reyn ada di toko roti sekarang.

"Tahan Reyn dulu, Ma."

Rega bergegas pergi dari sana. Dia berlari menuju parkiran motor. Lagi dan lagi Megan menghadangnya.

"Anterin aku pulang. Aku--"

"Sorry, aku bukan tukang ojek."

Rega yang biasa bersikap lembut, kini mulai sedikit kasar kepada Megan karena sudah berani menghalangi jalannya.

Di toko roti, Bu Gendis sudah menggenggam tangan Reyn. Menanyakan apa yang tejadi pada Reyn dan juga Rega. Dia melihat semakin ke sini hubungan Reyn dan Rega semakin menjauh.

"Kami tidak bertengkar kok, Bu." Reyn mencoba meyakinkan wanita yang sudah tiga tahun ini sangat baik kepadanya.

"Kalau Rega ada salah, katakan kepada Ibu. Biar Ibu yang memarahi dia."

Reyn mengusap lembut punggung tangan Bu Gendis. Dia pun menggeleng dengan pelan.

"Kak Rega anak baik. Mana mungkin Kak Rega jahat sama aku. Emang akunya aja yang salah. Aku terlalu optimis bisa mendapatkan cinta Kak Rega. Ternyata, aku yang kalah."

Senyum penuh kesedihan dapat Bu Gendis lihat. Wanita paruh baya itu segera memeluk tubuh Reyn.

"Kamu adalah teman perempuan satu-satunya yang tak bisa membuat Rega menjaga jarak. Dia adalah anak yang anti disentuh oleh perempuan. Tapi, disentuh sama kamu dia tak pernah marah."

"Tapi, hatinya bukan untuk aku, Bu. Aku bisa menyentuh tubuhnya, tapi tidak bisa menyentuh hatinya."

Reyn melonggarkan pelukannya. Dia tersenyum dengan mata yang mulai memerah.

"Maafkan putra Ibu ya, Reyn."

"Kak Rega gak salah, Bu. Harusnya aku yang minta maaf sudah selalu merepotkan Ibu dan Kak Rega. Makasih, sudah baik banget sama aku."

"Jangan bilang seperti itu. Kamu sudah Ibu anggap seperti putri Ibu. Selamanya kamu akan menjadi anak Ibu."

Hati Reyn terenyuh. Air matanya ingin menetes, tapi dia mencoba untuk tidak menangis.

"Empok!"

Untung saja Rayyan memanggil. Kode dari adiknya itu membuat Reyn pamit kepada Bu Gendis.

"Aku pulang ya, Bu."

Baru beberapa langkah Reyn menjauh, suara lirih Bu Gendis membuat langkahnya terhenti.

"Kamu gak akan pergi kan?"

Reyn kembali memutar tubuhnya. Dia tersenyum dengan gelengan kepala pelan.

"Aku gak tahu, Bu."

Itulah arti dari gelengan kepala Reyn. Baru saja Reyn pergi dengan mobil hitam mengkilat, motor Rega sudah berhenti di depan toko.

"Ma, mana Reyn?" Wajah Rega nampak tak sabar.

"Baru saja dia pulang.

Rega segera mengecek cctv di toko roti ibunya. Dia begitu serius dan plat mobil yang membawa Reyn sudah dia kantongi.

"Ma, Rega kejar Reyn dulu."

...*** BERSAMBUNG ***...

Kalau mau aku up banyak, yuk banyakin juga komennya.

Terpopuler

Comments

Saadah Rangkuti

Saadah Rangkuti

nyesek banget thor 😭😭😭😭

2024-08-28

0

Susi Yanti

Susi Yanti

rasain luuu,ditinggal reyn br kapok

2024-08-11

0

Ida Farida

Ida Farida

loe yg terlalu bego rega mau ajja di jadiin tukang ojek,,
biar rega ngerasain yg namanya mengejar cinta agar tau...

2024-07-30

1

lihat semua
Episodes
1 1. Cinta Dalam Diam
2 2. Customer 100 Roti
3 3. Mulai Ugal-ugalan
4 4. Congratulation
5 5. Kembalinya Masa Lalu
6 6. Reyn Di Bawah Rain
7 7. Jangan Salahkan Dia
8 8. Berharap Ada Keajaiban
9 9. Tak Mau Menyakiti
10 10. Terus Mencari Di Tengah Ancaman
11 11. Masih Tetap Mencari
12 12. Asisten Manager
13 13. Dia Kira Mudah, Ternyata Salah
14 14. Goals Terakhir
15 15. Tak Patah Arang
16 16. Tidak Nyaman
17 17. Terluka Membawa Bahagia
18 18. Cinta Pandangan Pertama
19 19. Banyak Bicara
20 20. Botol Obat
21 21. Empat Tahun Yang Lalu
22 22. Wajah Merah Padam
23 23. Penuh Kejutan
24 24. Keras Kepala
25 25. Tersiksa Rasa Cinta
26 26. Cinta Yang Besar
27 27. Begitu Cepat
28 28. Plot Twist
29 29. Hutang Nyawa
30 30. Takut
31 31. Jangan Dilepaskan Genggaman Tangannya
32 32. Rega vs Tiga Pria Garang
33 33. Kejutan Demi Kejutan
34 34. Restu Terakhir
35 35. Cinta Yang Besar
36 36. Ketulusan
37 37. Mimpi (Awan Hitam)
38 38. Physical Love
39 39. Persiapan Pernikahan
40 40. Tahap Selanjutnya Sampai Akad
41 41. ICU
42 42. Kejutan Yang Bersamaan
43 43. Tak Terduga
44 44. Merindukan Tanpa Bisa Memandang
45 45. Fokus Pada Kebahagiaan
46 46. Sudah Diperbolehkan Pulang
47 47. Tiga Bulan Kemudian
48 48. Hadiah
49 49. Si Boy
50 50. Terlambat Mencintai
51 Bonchap
52 Bonchap Akhir
53 New Story
Episodes

Updated 53 Episodes

1
1. Cinta Dalam Diam
2
2. Customer 100 Roti
3
3. Mulai Ugal-ugalan
4
4. Congratulation
5
5. Kembalinya Masa Lalu
6
6. Reyn Di Bawah Rain
7
7. Jangan Salahkan Dia
8
8. Berharap Ada Keajaiban
9
9. Tak Mau Menyakiti
10
10. Terus Mencari Di Tengah Ancaman
11
11. Masih Tetap Mencari
12
12. Asisten Manager
13
13. Dia Kira Mudah, Ternyata Salah
14
14. Goals Terakhir
15
15. Tak Patah Arang
16
16. Tidak Nyaman
17
17. Terluka Membawa Bahagia
18
18. Cinta Pandangan Pertama
19
19. Banyak Bicara
20
20. Botol Obat
21
21. Empat Tahun Yang Lalu
22
22. Wajah Merah Padam
23
23. Penuh Kejutan
24
24. Keras Kepala
25
25. Tersiksa Rasa Cinta
26
26. Cinta Yang Besar
27
27. Begitu Cepat
28
28. Plot Twist
29
29. Hutang Nyawa
30
30. Takut
31
31. Jangan Dilepaskan Genggaman Tangannya
32
32. Rega vs Tiga Pria Garang
33
33. Kejutan Demi Kejutan
34
34. Restu Terakhir
35
35. Cinta Yang Besar
36
36. Ketulusan
37
37. Mimpi (Awan Hitam)
38
38. Physical Love
39
39. Persiapan Pernikahan
40
40. Tahap Selanjutnya Sampai Akad
41
41. ICU
42
42. Kejutan Yang Bersamaan
43
43. Tak Terduga
44
44. Merindukan Tanpa Bisa Memandang
45
45. Fokus Pada Kebahagiaan
46
46. Sudah Diperbolehkan Pulang
47
47. Tiga Bulan Kemudian
48
48. Hadiah
49
49. Si Boy
50
50. Terlambat Mencintai
51
Bonchap
52
Bonchap Akhir
53
New Story

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!