Rega keluar dari ruangan dosen gila itu dan segera berlari menuju parkiran. Dia melajukan motornya menuju bandara. Berharap Rayyan masih ada di sana.
Ternyata dia tak bertemu dengan Rayyan padahal dia sudah mencarinya bagai orang gila di dalam bandara. Rega mendudukkan tubuhnya dengan napas terengah. Hatinya tetiba perih.
"Apa ada sesuatu yang terjadi dengan kamu, Reyn?"
Ketika hendak keluar dari bandara, dia bertemu dengan sang ayah yang hendak bertugas ke luar kota. Rona bahagia terpancar di wajah pria paruh baya itu.
"Regara!"
Betapa rindunya Tuan Abimana kepada putranya. Dia tak segan memeluk tubuh Rega. Namun, Rega diam saja. Tak membalas pelukan ayahnya.
"Kamu sedang apa di sini? Habis dari luar Kota kah?"
Rega menggeleng. Wajah lelah nampak begitu jelas. Tuan Abimana tersenyum dan menepuk pundak putra tampannya.
"Jangan pernah sungkan meminta atau bercerita tentang apapun kepada Papa. Papa akan selalu ada untuk kamu."
Rega hanya mengangguk. Sang ayah pun pamit karena jadwal penerbangannya sudah tiba.
Rega memang anak broken home, tapi dia masih mendapatkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya. Tuan Abimana masih memberikan nafkah yang lebih dari cukup untuk Regara juga Bu Gendis. Itulah mengapa Rega bisa bersekolah di sekolah yang cukup bonafit padahal ibunya hanya memiliki toko roti.
Namun, Rega tak mau mengungkap siapa dirinya. Biarkan orang-orang melihatnya hanya sebagai anak tukang roti karena dia butuh teman-teman yang tulus.
.
Waktu terus berjalan, dan sampai hari ini Rega belum juga menemukan keberadaan Reyn. Pertemuannya dengan Rayyan adalah pertemuan pertama dan terakhir karena setelah itu dia sudah tak pernah melihat Rayyan lagi. Hingga sebuah kabar beredar jikalau Rayyan sudah pindah kuliah. Begitu juga dengan Reyn. Namun, pihak kampus tak mau memberitahu ke mana mereka berdua pindah.
Rega tak putus asa, dia terus mencoba mencari Reyn. Hasilnya tetap sama seperti pertama, dia tak menemukan apa-apa.
Usapan lembut di pundaknya membuat Rega menunduk dalam. Sang mama memeluk tubuh Rega dengan penuh cinta.
"Harus ke mana lagi Rega mencari Reyn? Rega rindu Reyn, Ma."
Hampir setahun ini Rega tak henti mencari keberadaan perempuan ceria yang pernah mewarnai hari-harinya. Benar kata ketiga sahabatnya, jika sudah tak ada baru terasa betapa berharganya Reyn untuk Rega.
Tangan Rega sudah mengetikkan sesuatu. Setiap hari Rega selalu mengirimkan pesan. Meskipun hanya centang satu Rega tak pernah mengeluh. Dia masih berharap akan ada sebuah keajaiban yang datang.
Hembusan napas kasar keluar dari bibirnya. Dia menatap figura cukup besar di kamarnya. Di mana figura itu berisikan foto dirinya dan juga Reyn. Foto yang dia dapatkan dari akun sosial media Reyn.
"Apa kamu gak rindu aku, Reyn?"
.
Hari ini, hari di mana nilai akhir IPK keluar. Ketiga sahabatnya begitu mencemaskan Rega karena mereka sendiri mendengar ancaman dari Megan. Dan berkali-kali juga Rega dipanggil oleh pak Bahar.
Rega dengan santainya membuka nilai hasil akhir dan senyumnya melengkung lebar. Ketiga sahabat Rega penasaran dan rasa syukur penuh kelegaan pun keluar dari mulut mereka.
"Lu pada kenapa?"
"Gua takut nilai lu jelek dan gak lulus cumlaude."
Rega tertawa mendengar jawaban dari Jamal. Dia menepuk pundak Jamal dengan senyum penuh kehampaan.
"Jangan khawatirkan apapun tentang nilai gua. Gua akan tetap menjadi mahasiswa terbaik."
Ancaman Megan dan ayahnya terpatahkan karena Tuan Abimana turun tangan langsung dan menuntut pihak universitas untuk mengeluarkan dosen tak memiliki kualitas tersebut. Rega bukan orang bodoh, setiap ancaman Megan dan Pak Bahar dia rekam tanpa ada yang tahu. Alhasil, sang ayah dengan mudahnya menuntut ayah dan anak tersebut.
Wisuda pun tiba. Kedua orang tua hadir untuk mewujudkan keinginan putra tercinta mereka. sudah terwujud. Namun, hati Rega masih terasa kosong. Sorot matanya pun tak berbinar seperti yang lain.
"Reyn, apa kamu gak mau datang melihat aku pakai baju toga dan menyandang sarjana management?"
Riuh, tawa bahagia terdengar di mana-mana. Berbeda dengan Rega yang kini sudah berada di warung tenda biru. Tempat di mana Reyn akan selalu menemaninya untuk bercanda dengan ketiga sahabatnya.
"Apa kamu tahu, Reyn? Sekarang aku jadi pecandu rokok."
Kepulan asap rokok menguar ke udara. Kepergian Reyn tanpa jejak membuatnya banyak berubah. Rega yang jarang sekali menghisap rokok kini malah ketagihan. Bahkan, jika hatinya sedang tak baik-baik saja satu bungkus rokok bisa dia hisap dalam sekejap.
Ketiga sahabat Rega menghampiri Rega. Mereka tahu apa yang membuat Rega murung.
"Ga, udahlah. Lulus dari sini kita mulai semuanya dari awal lagi. Mungkin Reyn juga sudah bahagia di tempat kuliahnya yang baru," ujar Dafa.
"Kita kejar mimpi kita, Ga. Dunia harus kita taklukkan." Jamal menambahkan.
Rega tersenyum. Rokok yang masih menyala dia matikan. Dia menatap dalam wajah ketiga sahabatnya.
"Gua akan tetap mengejar mimpi gua. Tapi, gua juga akan tetap mencari Reyn. Sampai kapanpun."
Regara Bumintara ternyata golongan manusia keras kepala. Dia tetap kekeh akan mencari Reyn ke manapun.
Dua tahun berlalu, Rega masih tetap sama. Masih mencari keberadaan Reyn. Dengan uang hasil kerjanya dia bisa menyuruh orang berkompeten untuk melacak keberadaan Reyn. Namun, informasi tentang Reyn sangat sulit untuk diretas.
"Orang yang kamu cari sepertinya bukan orang sembarangan. Keamanan datanya sangatlah sulit ditembus."
Rega teringat akan perkataan Rayyan sebelum dia pergi. Papi, Mami, Zurich. Kota yang ada di Swiss. Juga panggilan Rayyan kepada kedua orang tuanya bukanlah untuk kalangan bawah.
"Apa mungkin Reyn anak orang kaya?" tebak Rega.
"Sepertinya lebih dari kaya."
Rega pun terdiam. Jika, itu memang benar kenapa keluarga Reyn tak berani menghajarnya? Padahal dia sudah menyakiti Reyn.
"Reyn ngelarang gua untuk mukul lu!"
Kalimat Rayyan pun kembali hadir. Hati Rega begitu sakit. Sampai sebesar itu Reyn melindunginya. Sedangkan dia hanya bisa menggoreskan luka di hati Reyn sampai dia memilih pergi tanpa meninggalkan sedikitpun jejak.
.
Sudah hampir tiga tahun Rega berkerja di sebuah perusahaan sangat besar di negeri ini. Perusahaan yang isinya manusia-manusia berkompeten. Kabar baik pun dia terima.
"Selamat kamu akan menjadi manager keuangan mulai hari ini."
Kabar bahagia itu segera dia sampaikan ketika tiba di rumah. Sang mama ikut bahagia, tapi raut wajahnya menunjukkan hal berbeda ketika dia menyerahkan surat undangan pernikahan.
"Dafa akan menikah."
"Rega sudah tahu, Ma."
"Joni dan Jamal sudah akan menjadi seorang ayah. Dafa sudah akan menyusul. Kamu kapan?" Bibir Rega terbungkam.
Pertanyaan Bu Gendis ini sudah berulang, tapi rasanya tetap memilukan.
"Kamu sudah mapan, sekarang jabatan kamu pun sudah tinggi. Tempat kerja kamu sangat terkenal. Finansial kamu jangan diragukan. Lalu, apa yang kamu tunggu, Nak?"
"Reyn, Ma. Rega masih menunggu Reyn."
...*** BERSAMBUNG ***...
Katanya suruh double up, komennya aja lemes. Auto lemes lah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
yg mana yg lemes, Thor??
kaki atau..
kepala??
eh...
jgn jgn tangan ya, Thor..
hihiii becanda..... 😃🥰
2024-09-10
0
Saadah Rangkuti
Seperti lagu Pak Haj ya thor..kalau sudah tiada baru terasa, bahwa kehadirannya sungguh....ah sudah lah 🤗🤗
2024-08-28
0
Yus Nita
tunggu lah ampek lo bangkotan Rega....
biar tau gimana rada ny dakit sebuah penamrian
2024-08-04
0