14. Goals Terakhir

Sebungkus rokok juga satu buah kaleng minuman beralkohol menjadi teman Rega sekarang. Dia tak langsung pulang, melainkan pergi ke sebuah taman di mana itu menjadi tempat dia dan Reyn belajar jikalau suntuk belajar di rumah.

Kepulan asap rokok menguar di udara. Tatapan Rega begitu penuh luka. Melihat Reyn memeluk seorang lelaki membuat hatinya sakit bukan main.

"Apa ini karma untukku?"

Rega meneguk minuman alkohol kalengan. Dia menghela napas kasar. Ponselnya dia hidupkan dan wajah Reyn yang menjadi wallpaper ponselnya.

"Sekalipun itu pacar kamu, aku akan tetap kejar kamu, Reyn. Aku akan lebih ugal-ugalan mencintai kamu."

.

Sang mama pasti akan selalu menunggu Rega pulang. Sekalipun itu tengah malam. Bu Gendis nampak terkejut ketika melihat sang putra yang pulang dengan keadaan kacau.

"Regara, kamu kenapa, Nak?"

Rega tersenyum, dan sedetik kemudian dia memeluk tubuh sang mama dengan sangat erat. Bu Gendis mengusap lembut punggung putranya.

"Reyn sudah kembali, Ma."

Bu Gendis terkejut. Dia segera mengendurkan pelukannya. Menatap dalam wajah Rega yang dalam keadaan setengah sadar.

"Kamu lagi gak ngelindur kan?" Rega pun menggeleng.

"Dia kerja di Wiguna Grup dan dia jadi asisten Rega."

Bu Gendis tersenyum bahagia mendengarnya. Akhirnya, doanya diijabah oleh yang Maha Kuasa.

"Harusnya kamu senang, Nak. Tapi, kenapa kamu malah sedih?" Pipi Rega dibelai lembut oleh sang ibu.

"Reyn sudah berubah, Ma. Rega hampir tak mengenali sikap Reyn yang sekarang."

Jika, sudah mabuk seperti ini Rega pasti akan seperti anak kecil. Hal sepele pun akan dia ceritakan.

"Rega, lihat dan dengar Mama." Bu Gendis sudah menangkup pipi putra tunggalnya.

"Empat tahun bukan waktu yang sebentar, Nak. Apalagi Reyn pergi karena sebuah rasa lelah di mana kamu selalu menorehkan kesakitan untuknya. Wajar hal itu terjadi."

"Tapi, percayalah masih ada bagian dari diri Reyn yang tak hilang. Hanya saja kamu belum menemukannya."

Inilah alasan kenapa Regara Bumintara sangat menyayangi ibunya. Support sistem utama untuknya adalah sang mama. Selalu memberikan wejangan yang menenangkan. Menyemangati dirinya di kala dia tengah down dan selalu ada untuknya.

"Ma, apa sekarang Rega tengah terkena karma? Rasanya sakit sekali melihat Reyn memeluk lelaki lain."

"Hukum tanam-tuai itu memang nyata, Nak. Jangan menangisi dan menyesali karma yang datang karena waktu tidak akan pernah bisa kita ulang," balas Bu Gendis dengan begitu lembut.

"Nikmati karmamu, dan tetaplah kejar goals mu yang belum tercapai."

"Reyn, Ma. Goals terakhir Rega hanya Reyn. Rega mencintainya dan ingin menjadikannya istri dan ibu dari anak-anak Rega."

.

Baru saja seorang pria tampan dan tinggi keluar dari mobil, seorang lelaki yang sudah menunggunya sudah maju dan menarik kerah baju pria tersebut.

"Bang Sat!" teriak lelaki yang menggunakan topi hitam.

"Wih, santai bro."

Pria tampan itu sudah melepaskan cengkeraman tangan si lelaki bertopi. Senyum tipis pun terukir di wajahnya.

"Apa maksud lu nempatin Reyn di sana?"

Wajah Abang Er sudah sangat merah padam. Dia begitu marah.

"Lu mau Reyn kayak dulu lagi?" sergahnya kembali.

Pria tampan itu menepuk pundak Abang Er seraya menenangkan Erzan Akhtar Ranendra. Sedangkan dada Abang Er masih turun naik menahan amarah.

"Kalau sampai hal buruk terjadi, gua--"

"Apa lu lupa Reyn juga lulusan management. Di mana letak kesalahan gua? Dia sudah berada di tempat yang tepat."

"Gua tahu, Pangpang. Tapi--"

"Apa lu lupa dengan permintaan Reyn empat tahun lalu sama kita semua? Sampai kita tidak bisa berbuat apa-apa padahal kita semua marah."

Abang Er pun terdiam. Empat tahun lalu adalah momen yang tak akan pernah bisa mereka lupakan. Ketakutan, air mata, teriakan, tangisan yang begitu riuh. Dan dia tidak ingin berada di kejadian seperti itu lagi.

"Empat tahun bisa merubah segalanya, Njan. Jangan terlalu overthinking. Dan ini adalah kemauan Reyn untuk bergabung bersama Wiguna Grup disisa--"

Apang tak melanjutkan ucapannya. Abang Er pun terbungkam. Sorot mata mereka berdua sudah sangat berbeda.

"Lu tenang aja. Reyn gak akan kecapekan."

Kekhawatiran seorang kakak terhadap adiknya begitu besar. Mendengar Reyn menjadi asisten Rega membuatnya langsung terbang dari Singapura hanya untuk memastikan keadaan Reyn. Dia tidak ingin hal buruk kembali menimpa Reyn karena bertemu lelaki berengsek. Serta mau menanyakan alasan kenapa Apang malah mendekatkan kembali Reyn dan Rega. Dia tidak terima.

.

Menjadi pusat perhatian di pagi hari membuat Reyn ingin segera masuk ke ruangannya. Baru saja hendak menuju mejanya, sudah ada dua buah roti di atas meja. Reyn melihat ke arah meja Rega. Namun, dia tidak ada.

Roti itu dia raih. Seketika bibirnya terangkat sedikit. Matanya mulai nanar karena melihat merk roti yang sudah dia pegang.

"Mama mengirimkan roti kesukaan kamu untuk sarapan." Hati Reyn sedikit perih mendengarnya.

"Beliau ingin ketemu kamu."

Reyn mulai menatap ke arah Rega. Lelaki itu mulai mendekat. Kini, jarak mereka hanya tiga puluh senti.

"I Miss you so much, Reyn. Really I Miss you."

Tubuh Reyn mematung ketika Rega sudah memeluk erat tubuhnya. Air mata yang tadinya menggenang kini luruh begitu saja.

Reyn mencoba menjauhkan tubuhnya dari tubuh Rega setelah dia mengusap air mata. Rega nampak kecewa karena Reyn tak membiarkannya memeluk lebih lama.

"Ingatlah, kita hanya manager keuangan dan asisten manager. Nothing special and don't hug me."

Reyn menjauhi Rega dan duduk di kursinya. Membiarkan Rega tetap mematung dan menatapnya. Dia lebih memilih untuk membuka laporan yang sudah tersedia di atas meja.

"Maaf, jika aku terlalu menorehkan luka yang cukup dalam."

Reyn mulai menegakkan kepalanya. Siluet kesedihan terpancar di wajah Rega.

"Dan ijinkan aku untuk menyembuhkan lukamu itu. Serta menunjukkan perasaanku yang sebenarnya kepada kamu, Reyn."

Tak ada satu buah katapun yang keluar bibir Reyn sebagai balasan dari perkataan Rega. Langkah Rega kembali mendekat. Jantung Reyn sudah berdegup hebat. Reyn merasakan usapan lembut di ujung kepalanya.

"Aku akan meluluhkan kerasnya hatimu. Dan aku akan lebih ugal-ugalan mengejar kamu dari apa yang kamu lakukan lima tahun lalu."

Kalimat Rega semakin membuat tubuh Reyn menegang. Apalagi kini Rega sudah menarik dagu Reyn agar menatapnya.

"I Love you, Reyn."

Rega menyunggingkan senyum yang begitu manis, dan dia mengusap pipi Reyn dengan begitu lembut.

"Selamat bekerja."

Reyn masih terbengong mendengar kalimat demi kalimat yang keluar dari bibir Rega yang seperti bukan dirinya. Reyn menggeleng pelan dan dari arah belakang Rega tersenyum tipis.

"Aku akan terus mengejarmu, Reyn. Sekalipun aku harus terluka dan berdarah-darah, asalkan kamu menjadi milikku selamanya."

...*** BERSAMBUNG ***...

Yuk, tinggalin jejak. Kan bacanya gratis, masa iya ngasih komennya pelit.

Terpopuler

Comments

Medy Jmb

Medy Jmb

Apa Reyn sakitnya seperti Bubu Echa?

2024-11-01

0

Saadah Rangkuti

Saadah Rangkuti

Reyn kena penyakit apa thor? please,jgn sad ending ya nantinya, kasian Rega nya 🥺🥺

2024-08-28

0

Nayla Nazafarin

Nayla Nazafarin

sbenernya sakit ap reyn ini?

2024-08-24

0

lihat semua
Episodes
1 1. Cinta Dalam Diam
2 2. Customer 100 Roti
3 3. Mulai Ugal-ugalan
4 4. Congratulation
5 5. Kembalinya Masa Lalu
6 6. Reyn Di Bawah Rain
7 7. Jangan Salahkan Dia
8 8. Berharap Ada Keajaiban
9 9. Tak Mau Menyakiti
10 10. Terus Mencari Di Tengah Ancaman
11 11. Masih Tetap Mencari
12 12. Asisten Manager
13 13. Dia Kira Mudah, Ternyata Salah
14 14. Goals Terakhir
15 15. Tak Patah Arang
16 16. Tidak Nyaman
17 17. Terluka Membawa Bahagia
18 18. Cinta Pandangan Pertama
19 19. Banyak Bicara
20 20. Botol Obat
21 21. Empat Tahun Yang Lalu
22 22. Wajah Merah Padam
23 23. Penuh Kejutan
24 24. Keras Kepala
25 25. Tersiksa Rasa Cinta
26 26. Cinta Yang Besar
27 27. Begitu Cepat
28 28. Plot Twist
29 29. Hutang Nyawa
30 30. Takut
31 31. Jangan Dilepaskan Genggaman Tangannya
32 32. Rega vs Tiga Pria Garang
33 33. Kejutan Demi Kejutan
34 34. Restu Terakhir
35 35. Cinta Yang Besar
36 36. Ketulusan
37 37. Mimpi (Awan Hitam)
38 38. Physical Love
39 39. Persiapan Pernikahan
40 40. Tahap Selanjutnya Sampai Akad
41 41. ICU
42 42. Kejutan Yang Bersamaan
43 43. Tak Terduga
44 44. Merindukan Tanpa Bisa Memandang
45 45. Fokus Pada Kebahagiaan
46 46. Sudah Diperbolehkan Pulang
47 47. Tiga Bulan Kemudian
48 48. Hadiah
49 49. Si Boy
50 50. Terlambat Mencintai
51 Bonchap
52 Bonchap Akhir
53 New Story
Episodes

Updated 53 Episodes

1
1. Cinta Dalam Diam
2
2. Customer 100 Roti
3
3. Mulai Ugal-ugalan
4
4. Congratulation
5
5. Kembalinya Masa Lalu
6
6. Reyn Di Bawah Rain
7
7. Jangan Salahkan Dia
8
8. Berharap Ada Keajaiban
9
9. Tak Mau Menyakiti
10
10. Terus Mencari Di Tengah Ancaman
11
11. Masih Tetap Mencari
12
12. Asisten Manager
13
13. Dia Kira Mudah, Ternyata Salah
14
14. Goals Terakhir
15
15. Tak Patah Arang
16
16. Tidak Nyaman
17
17. Terluka Membawa Bahagia
18
18. Cinta Pandangan Pertama
19
19. Banyak Bicara
20
20. Botol Obat
21
21. Empat Tahun Yang Lalu
22
22. Wajah Merah Padam
23
23. Penuh Kejutan
24
24. Keras Kepala
25
25. Tersiksa Rasa Cinta
26
26. Cinta Yang Besar
27
27. Begitu Cepat
28
28. Plot Twist
29
29. Hutang Nyawa
30
30. Takut
31
31. Jangan Dilepaskan Genggaman Tangannya
32
32. Rega vs Tiga Pria Garang
33
33. Kejutan Demi Kejutan
34
34. Restu Terakhir
35
35. Cinta Yang Besar
36
36. Ketulusan
37
37. Mimpi (Awan Hitam)
38
38. Physical Love
39
39. Persiapan Pernikahan
40
40. Tahap Selanjutnya Sampai Akad
41
41. ICU
42
42. Kejutan Yang Bersamaan
43
43. Tak Terduga
44
44. Merindukan Tanpa Bisa Memandang
45
45. Fokus Pada Kebahagiaan
46
46. Sudah Diperbolehkan Pulang
47
47. Tiga Bulan Kemudian
48
48. Hadiah
49
49. Si Boy
50
50. Terlambat Mencintai
51
Bonchap
52
Bonchap Akhir
53
New Story

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!