4. Congratulation

Dua Minggu kemudian Reyn baru menampakkan diri. Dia mengunjungi toko roti Bu Gendis.

"Reyn! Ke mana aja?"

Bu Gendis menghampiri Reyn dan memeluk tubuh mungil Reyn yang sedikit kurus. Ibu dari Rega sudah menganggap Reyn seperti putrinya sendiri.

"Kamu berantem sama Rega?" Gelengan kepala menjadi jawaban.

"Terus, ke mana kamu selama dua Minggu ini? Ibu kangen."

"Lagi ada urusan keluarga di luar Kota. Makanya, aku gak pernah ke sini."

"Syukurlah. Ibu takut tidak bisa bertemu kamu lagi."

Reyn tersenyum. Sungguh dia merasakan ketulusan dari setiap kata yang diucapkan. Tengah asyik berbincang, suara seseorang membuat mereka menoleh.

"Reyn!"

Rega berlari menuju tempat di mana Reyn duduk. Senyumnya begitu manis dan sorot matanya terlihat bahagia.

"Ibu aja kangen sama aku, masa kamu enggak kangen sama aku."

Senyum Rega pun pudar, dan Reyn malah tertawa. Lalu, berkata.

"Bercanda, Kak.'"

.

Reyn dan Rayyan sudah siap dengan kebaya juga jas hitam. Hari ini acar wisuda mereka berdua. Abang Er pun sudah mengenakan batik yang senada dengan sang ayah. Begitu juga dengan mami Aleesa yang begitu cantik dengan kebaya berwarna soft.

Wajah penuh kecemasan terlihat begitu jelas. Dia menghela napas kasar.

"Pengen dipeluk aja kudu jadi siswa dengan nilai ujian tertinggi. Sampe masuk rumah sakit karena kerja rodi biar jadi siswa pinter," gerutunya.

"Susah banget ya ngejar cintanya Kak Rega," gumamnya kembali.

"Nasib cewek bodoh mencintai cowok kelewat pinter ya begini."

Sedangkan di kampus, Rega terus menatap percakapan dirinya dan Reyn semalam. Setiap kali Reyn mengirimkan pesan kepadanya, ada makna kesedihan tersirat dari peran tersebut.

Dua tahun, bukan waktu yang sebentar. Selama itu Reyn terus berjuang mendekatinya. Tak kenal lelah mengatakan cinta. Namun, sampai saat ini dia belum menjawab ungkapan cinta dari Reyn.

Hembusan napas keluar dari mulut Rega. Dia juga teringat akan ucapan sang ibu semalam.

"Reyn itu baik banget dan tulus. Ibu aja sayang banget sama dia."

Lamunannya harus buyar ketika ketiga sahabatnya datang. Rega pun berdecak kesal.

"Banyak pikiran banget, Pak," ejek Jamal.

"Palingan juga lagi mikirin anak muridnya," timpal Dafa.

"Gua sih yakin tuh cewek cantik banget. Mana mau Bapak Regara sama cewek pas-pasan," tambah Joni.

"Rusuh kata gua mah!" omel Rega.

Ponsel yang dia genggam bergetar. Rega segera fokus pada layar benda pipih. Jamal, Dafa dan Joni segera ikut melihat layar ponsel Rega. Mereka sontak menganga melihat gambar yang baru dibuka oleh Rega.

"Subhanallah!" Jamal memuji kecantikan gambar yang ada di ponsel Rega.

"Pantesan gak mau dikenalin ke kita." Dafa menambahkan.

"Buat gua boleh kali!" Joni pun menggoda.

"PALA MU!"

.

Reyn tak menyangka dan dia begitu bahagia. Dia sendiri tak expect jika akan mendapat nilai tertinggi.

"Selamat, Sayang."

Sang papi terlihat begitu bangga kepada anak perempuan satu-satunya. Begitu juga dengan sang mami yang sudah meneteskan air mata.

"Lu nyuruh si mbak kunkun dan om poci buat nyolong jawaban ya."

Plak!

"Sembarangan congor lu!"

Kedua orang tua Reyn hanya menggelengkan kepala melihat anak kembar mereka yang selalu saja ribut.

Reyn sangat tidak menyangka jika dia berhasil menjadi pemilik nilai tertinggi. Tak sia-sia tubuhnya drop. Sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dia melengkungkan senyum ketika membacanya.

"Kapan mau ke sini? Mama mau nyambut keberhasilan kamu."

Esoknya Reyn datang ke toko Bu Gendis. Benar saja Bu Gendis menyambutnya dengan cake yang begitu cantik.

"Congratulation, cantik!"

Reyn tersenyum dan berhambur memeluk tubuh ibunya Rega. Ketulusan Bu Gendis dalam menyayanginya dapat dia rasakan.

"Kak Rega belum pulang?"

"Dia di rumah. Ke sana aja gih."

Reyn mengangguk dan sangat bersemangat menuju rumah Bu Gendis. Rumah itu nampak sepi. Namun, Reyn mencoba untuk mengetuk pintu.

"Kak Rega!"

Berkali-kali Reyn memanggil, tapi Rega tak jua muncul. Menghubungi Rega pun tak dijawab. Reyn merasakan ada yang menutup matanya. Tangannya mulai menyentuh tangan tersebut dan senyum manis Rega menyambutnya.

"Congratulation!"

Tangan Rega sudah terbuka lebar. Reyn segera memeluk tubuh Rega dengan senyum yang melengkung indah.

"Selamat, ya. Aku bangga."

Reyn tak menjawab. Dia memejamkan mata dan merasakan aroma tubuh Rega yang begitu segar. Juga alunan detak jantung Rega yang sangat menenangkan.

"Reyn--"

"Jangan dilepas dulu, Kak. Lima menit aja."

Rega tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya pun mulai memeluk Reyn lebih erat. Ada sesuatu yang beda yang Rega rasakan.

.

Rega terkejut ketika di tahun ajaran baru Reyn sudah menyapa dirinya dengan senyuman khas.

"Ngapain kamu di sini?"

"Aku kan mahasiswi di sini."

Rega sangat terkejut karena Reyn tak pernah bercerita sebelumnya.

"Aku juga ambil jurusan yang sama kayak Kak Rega."

Sedang asyik berbincang, ketiga sahabat Rega datang. Mereka menatap perempuan yang bersama dengan Rega dengan penuh kekaguman.

"Lu mahasiswi baru?" Reyn pun mengangguk.

"Boleh kenalan?" Joni sudah mencuri start.

Sontak Rega menarik tangan Reyn menjauhi ketiga sahabatnya hingga membuat Reyn bingung.

"Jangan gaul sama orang gak bener," ucapnya sambil berjalan.

Wajah kesal Rega membuat Reyn mengukirkan senyum. Ada secercah harapan yang bisa terwujud.

Meskipun Rega melarang Reyn bergaul dengan ketiga sahabatnya, Reyn tetap akan pergi ke warung tenda biru ketika mata kuliah selesai. Di mana itu adalah tempat nongkrong Rega dan ketiga temannya.

Tak segan Reyn akan merangkul lengan Rega. Dia juga akan bergelayut manja bagai seorang kekasih.

"Kata gua mah udah sih jadian," ujar Jamal yang lelah melihat hubungan Reyn juga Rega.

"Kita restuin kok," tambah Joni.

"Tau nih, Kak Rega. Tinggal bilang love you too doang juga susah bener."

Reyn mengeluhkan sikap Rega. Sudah hampir satu tahun menimba ilmu di universitas yang sama agar bisa selalu dekat, tak membuat Rega meluluhkan hatinya. Reyn pun mulai melepaskan rangkulan tangannya. Dan mulai menjauh.

"Mau ke mana?"

"Ambil jajanan."

Rega mencekal tangan Reyn di depan ketiga sahabatnya. Ini bukan kali pertama Rega melakukan itu. Ketiga sahabat Rega sangat gemas dengan sikap Regara Bumintara.

"Aku lapar, Kak."

"Mama udah masak. Makan di toko aja."

Rega menarik tangan Reyn dan membuat ketiga sahabatnya menggelengkan kepala.

"Tuh anak kenapa sih?" geram Dafa.

"Dia gak sadar apa sikapnya itu menunjukkan banget," timpal Jamal.

.

"Harus sampai kapan sih aku cinta sendiri?"

Rega yang tengah mengemudikan motor mendengar apa yang digumamkan oleh Reyn. Namun, dia hanya diam.

"Setidaknya kasihlah aku kepastian. Ya, kalau emang Kak Rega gak suka bilang. Biar aku yang mundur perlahan."

Motor pun direm mendadak hingga tubuh Reyn menempel dengan punggung Rega.

"Kenapa?" tanya Reyn.

"Aku gak suka dengan kalimat kamu tadi."

...*** BERSAMBUNG ***...

Kok makin sepi sih komennya?

Terpopuler

Comments

Saadah Rangkuti

Saadah Rangkuti

baca untuk yg kedua kalinya thor...

2025-03-27

0

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

makin rumit jln si Reyn..
jd sad deh....

2024-09-10

0

Saadah Rangkuti

Saadah Rangkuti

gak suka ucapan rayn tapi gak pernah di jawab cintanya 🥺🥺

2024-08-28

0

lihat semua
Episodes
1 1. Cinta Dalam Diam
2 2. Customer 100 Roti
3 3. Mulai Ugal-ugalan
4 4. Congratulation
5 5. Kembalinya Masa Lalu
6 6. Reyn Di Bawah Rain
7 7. Jangan Salahkan Dia
8 8. Berharap Ada Keajaiban
9 9. Tak Mau Menyakiti
10 10. Terus Mencari Di Tengah Ancaman
11 11. Masih Tetap Mencari
12 12. Asisten Manager
13 13. Dia Kira Mudah, Ternyata Salah
14 14. Goals Terakhir
15 15. Tak Patah Arang
16 16. Tidak Nyaman
17 17. Terluka Membawa Bahagia
18 18. Cinta Pandangan Pertama
19 19. Banyak Bicara
20 20. Botol Obat
21 21. Empat Tahun Yang Lalu
22 22. Wajah Merah Padam
23 23. Penuh Kejutan
24 24. Keras Kepala
25 25. Tersiksa Rasa Cinta
26 26. Cinta Yang Besar
27 27. Begitu Cepat
28 28. Plot Twist
29 29. Hutang Nyawa
30 30. Takut
31 31. Jangan Dilepaskan Genggaman Tangannya
32 32. Rega vs Tiga Pria Garang
33 33. Kejutan Demi Kejutan
34 34. Restu Terakhir
35 35. Cinta Yang Besar
36 36. Ketulusan
37 37. Mimpi (Awan Hitam)
38 38. Physical Love
39 39. Persiapan Pernikahan
40 40. Tahap Selanjutnya Sampai Akad
41 41. ICU
42 42. Kejutan Yang Bersamaan
43 43. Tak Terduga
44 44. Merindukan Tanpa Bisa Memandang
45 45. Fokus Pada Kebahagiaan
46 46. Sudah Diperbolehkan Pulang
47 47. Tiga Bulan Kemudian
48 48. Hadiah
49 49. Si Boy
50 50. Terlambat Mencintai
51 Bonchap
52 Bonchap Akhir
53 New Story
Episodes

Updated 53 Episodes

1
1. Cinta Dalam Diam
2
2. Customer 100 Roti
3
3. Mulai Ugal-ugalan
4
4. Congratulation
5
5. Kembalinya Masa Lalu
6
6. Reyn Di Bawah Rain
7
7. Jangan Salahkan Dia
8
8. Berharap Ada Keajaiban
9
9. Tak Mau Menyakiti
10
10. Terus Mencari Di Tengah Ancaman
11
11. Masih Tetap Mencari
12
12. Asisten Manager
13
13. Dia Kira Mudah, Ternyata Salah
14
14. Goals Terakhir
15
15. Tak Patah Arang
16
16. Tidak Nyaman
17
17. Terluka Membawa Bahagia
18
18. Cinta Pandangan Pertama
19
19. Banyak Bicara
20
20. Botol Obat
21
21. Empat Tahun Yang Lalu
22
22. Wajah Merah Padam
23
23. Penuh Kejutan
24
24. Keras Kepala
25
25. Tersiksa Rasa Cinta
26
26. Cinta Yang Besar
27
27. Begitu Cepat
28
28. Plot Twist
29
29. Hutang Nyawa
30
30. Takut
31
31. Jangan Dilepaskan Genggaman Tangannya
32
32. Rega vs Tiga Pria Garang
33
33. Kejutan Demi Kejutan
34
34. Restu Terakhir
35
35. Cinta Yang Besar
36
36. Ketulusan
37
37. Mimpi (Awan Hitam)
38
38. Physical Love
39
39. Persiapan Pernikahan
40
40. Tahap Selanjutnya Sampai Akad
41
41. ICU
42
42. Kejutan Yang Bersamaan
43
43. Tak Terduga
44
44. Merindukan Tanpa Bisa Memandang
45
45. Fokus Pada Kebahagiaan
46
46. Sudah Diperbolehkan Pulang
47
47. Tiga Bulan Kemudian
48
48. Hadiah
49
49. Si Boy
50
50. Terlambat Mencintai
51
Bonchap
52
Bonchap Akhir
53
New Story

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!