Air mata yang mengering kembali berlinangan. Persendian terasa sangat lemas sampai tidak bisa Zain gerakkan.
"Zain."
Sang mama memanggil dengan suara pelan. Rasa bersalah kini memenuhi hatinya. Tapi mau bagaimana lagi? Kesalahan besar sudah terjadi. Tidak bisa ditarik kembali.
"Leah ... sudah pergi, Ma. Dia pergi tanpa mengatakan apapun padaku. Bahkan, dia pergi tidak meninggalkan secarik pesan untukku."
"Zain. Maafkan mama, Nak. Semua ... salah mama."
Zain tidak menjawab apa yang mamanya katakan. Namun, saat ini dia seakan mendapatkan tambahan energi untuk bergerak.
Zain pun langsung bangun dari jatuhnya.
"Zain. Mau ke mana kamu, Nak?"
"Aku akan mencari Leah lagi, Ma. Dia tidak boleh berada di luar sendirian. Apalagi sekarang, dia sedang mengandung. Leah tidak bisa dibiarkan keluyuran sendirian."
"Tapi, Zain. Sekarang sudah dini hari. Kamu tidak bisa pergi sekarang. Tunggu hari pagi saja baru kamu lanjutkan pencariannya."
"Tidak, Ma. Aku tidak bisa menunggu. Aku harus mencarinya secepat mungkin. Aku harus memastikan, Leah dan calon anakku baik-baik saja."
Zain pun langsung beranjak. Sang mama ingin menghalangi, tapi tetap saja, Zain tidak bisa dicegah lagi sekarang. Semangatnya untuk menemukan Leah terlalu besar. Zain pun langsung meninggalkan rumah tanpa memperdulikan keadaan dan waktu lagi sekarang.
....
Zain terus mencari dari dini hari menjelang siang. Kemudian, siang berganti dini hari lagi. Dia tidak mengenal lelah untuk menemukan Leah. Panggilan dari sang mama yang mencemaskan keberadaannya ia abaikan begitu saja.
Zain terus mencari hingga dua hari lamanya dia tidak pulang ke rumah. Zain tidak perduli dengan pola makan dan juga tidak perduli dengan dirinya yang lelah. Dia hanya akan beristirahat di dalam mobil jika matanya merasa kantuk. Dia hanya akan minum air jika perutnya terasa lapar.
Singkatnya, Zain tidak perduli dengan apapun yang tubuhnya rasakan. Karena dalam pikirannya hanya ada satu tujuan, yaitu, menemukan istrinya yang pergi dari rumah akibat kesalahan yang sudah ia perbuat.
Semua cara Zain lakukan sebenarnya. Tidak hanya mencari dengan tangan kosong saja. Lewat media sosial dia layangkan pengumuman agar bisa menemukan Leah. Bahkan, dia sudah melaporkan kehilangan sang istri ke kantor polisi. Sayangnya, sudah dua hari berlalu, tidak ada kabar sedikitpun yang ia dapatkan. Orang bayaran untuk menemukan Leah juga tidak membuahkan hasil sedikitpun.
"Di mana kamu, Leah? Aku sudah mencari dirimu selama dua hari, sayangku. Kenapa tidak sedikitpun menemukan petunjuk, Leah?"
Zain langsung menyandarkan diri ke kursi mobil karena terlalu lelah. Baru juga menutup mata, sebuah ketukan terdengar di kaca mobil tempat di sampung tempat duduknya.
Zain pun langsung membuka kaca mobil untuk melihat orang yang baru saja menganggu dirinya. Kaca di buka, Rafa pun langsung terlihat di luar sana.
"Rafa."
"Kak Zain. Aku punya kabar."
"Kabar apa?"
"Tentang mbak, Leah."
Gegas Zain membuka pintu mobil, lalu meminta Rafa masuk ke dalam. Rafa pun langsung mendengarkan apa yang Zain katakan.
Rafa adalah adik kelas Zain selama di sekolah menengah atas, hingga sampai ke perguruan tinggi. Rafa dan Zain jadi sangat dekat karena Rafa sangat dekat dengan Leah.
Leah sudah menganggap Rafa sebagai adik kandungnya. Sebab, mereka sama-sama berasal dari panti asuhan yang sama. Hanya saja, Rafa langsung menemukan orang tuanya ketika dia duduk di bangku sekolah menengah.
Meskipun begitu, hubungan Rafa dengan Leah masih sangat baik. Hanya saja, setelah menikah, Leah jadi punya kehidupan sendiri. Sementara Rafa, dia sangat sibuk dengan hobi yang sedang ia tekuni.
Namun, saat tahu kabar Leah menghilang, Rafa tentu saja tidak bisa tinggal diam. Dia juga merasa cemas dengan keberadaan kakak angkat satu pantinya itu.
"Kabar apa yang kamu punya, Raf? Katakan segera!"
"Seseorang melihat perempuan yang sama persis dengan mbak Leah di rumah sakit Jaya Makmur, Kak. Baru beberapa menit yang lalu aku mendapatkan kabar itu."
"Apa? Dia ... aku yakin itu Leah, Raf. Ayo ke sana sekarang juga!"
"Tenang, kak. Aku sudah menugaskan beberapa orang untuk menyelidiki kebenaran dari laporan yang aku terima. Jika itu benar mbak Leah. Mereka akan langsung menahan agar mbak tidak melarikan diri lagi."
Terlihat wajah Zain yang merasa sedikit lega. Lalu, ringan tangan Zain menyentuh pundak Rafa sekarang.
"Terima kasih banyak, Raf. Kamu masih bersedia membantu aku walau kamu sudah mendengar rumor buruk tentang kehidupanku sebelumnya."
"Aku membantu kamu juga demi mbak ku, kak. Jika saja aku tidak mendengar kabar kalau mbak Leah hamil, aku sudah pasti akan menolak untuk memberikan bantuan pada kak Zain. Karena aku akan mencarinya sendiri tanpa harus bekerja sama dengan kak Zain. Sebab, ulah kak Zain sebelumnya sungguh sangat tidak bisa dimaafkan."
"Rafa. Apa kamu juga tidak bisa mempercayaiku? Aku tidak akan menyakiti hati mbak mu, Raf. Percayalah. Kau kan tahu siapa aku."
"Ya. Aku tahu siapa kamu dan seperti apa kamu sebelumnya, kak Zain. Hanya saja, apa yang dilihat oleh mata sangat tidak bisa membuat hati bersangkal. Tapi, ya sudahlah. Demi mbak ku yang sedang hamil, aku akan berusaha berdamai denganmu, kak Zain. Namun, aku tidak akan setuju jika kamu memaksanya setelah kita temukan dia. Jangan lupakan kesepakatan itu, kak Zain."
"Tidak akan, Rafa. Aku tidak akan lupa. Selagi Leah bisa kita temukan, aku tidak akan memaksa dia untuk pulang. Bagiku sudah cukup aku tahu di mana dia berada. Itu sudah membuat hatiku merasa tenang meski aku tidak bisa membawanya pulang."
"Bagus. Ayo berangkat sekarang!"
Zain langsung mengangguk pelan. Lalu, mobil ia jalankan. Sementara itu, di sisi lain, Leah memang sedang berada di rumah sakit Jaya Makmur untuk memeriksakan kehamilannya.
Namun, dia di buat panik saat tahu kalau ada yang sedang mengawasinya dari kejauhan. Bahkan, hatinya semakin panik saat tahu orang itu benar-benar ingin menangkap dirinya. Tanpa pikir panjang, Leah langsung memasuki ruangan seorang dokter yang pintunya tidak di kunci.
Si dokter tentu saja langsung terkejut akan kemunculan Leah yang datang secara tiba-tiba memasuki ruangannya. Dia yang sedang istirahat langsung menatap aneh ke arah Leah.
"Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke ruangan ku?"
"Aku .... "
Belum juga Leah sempat menjelaskan, pintu ruangan si dokter malah sudah terdengar ketukan. Leah yang panik langsung berjalan cepat untuk bersembunyi. Tidak ia pikirkan pandangan dokter tersebut seperti apa saat ini.
"Hei!"
"Tolong, dok. Selamatkan saya," ucap Leah dengan wajah yang memelas penuh harap. Tak lupa, tangan ia taupkan dan di angkat sejajar dada.
Belum sempat dokter itu menjawab, dua pria yang baru saja mengejar Leah malah sudah membuka pintu dari ruangan si dokter. Wajah kesal si dokter pun langsung terlihat. Dialah dokter Yoga yang terkenal dengan karakter dingin menakutkan yang semua rumah sakit tahu seperti apa dokter muda ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Rafa BODOH,Bukannya mendukung Leah,Malah mendukung Zain..🤦🤦🤦
2025-02-17
0
Qaisaa Nazarudin
KAMU SUDAH PUN MENYAKITINYA,AMNESIA KAMU ZAIN??!!😡😡
2025-02-17
0
Qaisaa Nazarudin
mampus kau,Rasain tuh..
2025-02-17
0