*Episode 5

Leah benar-benar meninggalkan bi Inah setelah memberikan alasan kalau dia hanya keluar sebentar untuk membelikan sesuatu. Perasaannya cukup tidak enak saat membohongi si bibi. Hanya saja, dia tidak punya cara lain. Karena jika ia jujur, maka kejutannya itu sudah pasti akan batal.

Dan, saat ini juga dia tidak ingin mengatakan pada siapapun kalau dirinya sedang hamil sebelum dia bicara pada suaminya. Karena Leah hanya ingin suaminya menjadi orang pertama yang tahu kabar bahagia itu.

"Maafkan aku, ya Allah. Aku berbohong lagi."

Leah berucap pelan sambil masuk ke dalam mobil.

"Jalan, pak!"

"Ke mana, Neng?"

Leah mengatakan alamat yang akan dia tuju pada sopir taksi online yang tadi dia pesan. Maklum, dia tidak punya sopir pribadi karena hanya dianggap duduk manis di rumah saja. Dan, dia pun tidak mempermasalahkan akan hal tersebut.

Beberapa waktu mengendarai mobil, Leah akhirnya tiba ke tempat yang ingin ia tuju. Sayangnya, ketika dia tiba ke tempat tersebut, Leah baru menyadari kalau barang yang ingin ia perlihatkan pada suaminya malah ketinggalan di rumah.

"Ya Allah. Ketinggalan lagi," ucap Leah dengan nada sangat kecewa.

"Ada apa, Neng?"

"Gak ada, Pak. Ketinggalan sesuatu sayanya. Putar balik sekarang, pak!"

"Baik, Neng."

Pada akhirnya, dia menunda niatnya untuk memberikan kejutan. Saat tiba ke rumah, malah hujan turun sangat lebat sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman buat hati Leah untuk melanjutkan perjalanan di saat hujan turun dengan derasnya.

Leah pun memilih untuk menunda perjalanan itu sampai hujan mereda. Sayangnya, hujan bukannya mereda malah semakin lebar. Leah pun memilih untuk membatalkan niatnya mendatangi Zain di tempat acara di laksanakan.

Baru juga Leah selesai mengganti baju dengan piyama. Sebuah pesan dari nomor asing datang. Enggan tangan Leah meraih ponsel ketika benda pipih itu berbunyi. Namum, matanya langsung membulat ketika dia melihat isi dari pesan singkat tersebut.

"Ini .... "

Jantung Leah berdetak kencang. Bagaimana tidak? Saat ini yang ada di depan matanya adalah foto Zain yang sedang berpelukan dengan Mila. Bibir Leah bergetar menahan tangis. Namun, sekuat tenaga ia menyangkal apa yang saat ini matanya lihat.

"Tenang, Leah. Ini hanyalah .... "

Ting. Pesan kedua datang. Kali ini, foto sudah berganti tempat. Mila sedang memapah Zain menuju kamar hotel. Sungguh! Kali ini Leah sudah tidak bisa tinggal diam lagi. Jantungnya terasa terbakar akan apa yang matanya lihat.

"Ya Allah. Bagaimana mungkin ini mas Zain? Apa yang sedang terjadi dengan dia?"

Tanpa pikir panjang, Leah langsung mencarikan taksi online agar bisa membawanya menuju hotel tempat Zain berada dalam waktu singkat. Sayang, hujan menjadi kendala akan kedatangan taksi tersebut sehingga membuat Leah harus menunggu selama beberapa saat.

Buliran bening jatuh melintasi pipi. Hati yang hancur tak bisa Leah tahan. Saat taksi datang, Leah tanpa pikir panjang langsung masuk ke dalam mobil dengan cara menerobos hujan tanpa menggunakan sedikitpun pelindung.

"Neng."

"Apa neng nya baik-baik saja?"

"Jalan, pak!"

"Saya baik-baik saja."

Taksi tersebut berjalan meninggalkan kediaman. Sepanjang perjalanan, Leah terus berusaha menghubungi Zain berulang kali. Sayangnya, nomor Zain yang tidak bisa dihubungi tidak juga berubah sejak tadi hingga saat ini.

Leah terlihat sangat gelisah. Berulang kali ia meminta si sopir untuk mengemudi dengan kecepatan tinggi.

"Neng, maaf. Jalanan sangat licin dan jarak pandang juga terbatas sekarang. Saya tidak bisa mengambil resiko untuk ngebut di jalan seperti ini." Si sopir menjelaskan dengan tenang.

"Tapi, Pak. Ya Allah, saya harus segera tiba ke tempat yang harus saja tuju."

"Sabar, neng. Tidak akan ada yang terjadi jika tidak dikehendaki sang pencipta. Jadi, neng harus percaya yang kuasanya sang maha pencipta yah."

Nasehat itu membuat Leah tidak bisa menjawab dengan kata-kata. Hanya anggukan pelan saja yang ia berikan. Bagaimanapun, Leah juga yakin akan hal tersebut.

Mobil akhirnya sampai ke tempat yang ingin Leah tuju. Gegas Leah turun dari mobil dengan gerakan sangat cepat. Lalu, dia berjalan setengah berlari menuju kamar dengan nomor yang sudah tersemat dalam benaknya tadi.

2904 nomor kamar yang tertanam dalam benak Leah. Ketika ia tiba di kamar tersebut, ada banyak orang yang sedang berkerumun di depan pintu kamar. Langkah Leah seketika melambat. Tubuhnya lemas seakan tidak bertulang saat matanya melihat sang suami sedang ada di atas ranjang bersama wanita yang sangat ia kenali dengan baik.

"Zain. Apa-apaan ini, Nak? Kamu bilang tidak ingin menikahi Mila. Tapi, kalian malah melakukan hal gila di sini. Di mana wajah mama akan mama letakkan Zain?"

"Tante-tante. Aku dan kak Zain ... hiks, kami tidak sengaja, tan. Ada seseorang yang memberikan obat perang* sang pada kami. Makanya kami bisa berbuat hal memalukan seperti ini."

Deraian air mata terus jatuh. Hati Leah yang hancur memaksa kakinya terus melangkah menerobos keramaian yang ada di pintu kamar hotel tersebut. Hingga akhirnya, Leah muncul di depan permukaan.

"Mas Zain."

Sebuah panggilan dengan suara pelan langsung menyadarkan Zain dari kekacauan yang sedang terjadi saat ini. Meskipun suara itu kalah dari keramaian orang-orang, Zain bisa mendengarkannya dengan sangat baik.

Sontak saja, matanya langsung menatap ke arah asal suara. Mata Zain membulat sempurna. Bibirnya bergetar hebat, jantungnya berdegup kencang. Saat ini, Zain merasa seolah dirinya sedang tersapu badai saat melihat wajah Leah yang terlihat sangat kecewa dan terlalu sedih.

Tanpa pikir panjang, Zain langsung menarik selimut yang saat ini sama-sama sedang menutup tubuhnya dan tubuh Mila. Seketika, tubuh itu terlihat dan Mila pun langsung menjerit. Mama Zain langsung menyelimuti tubuh Mila dengan handuk. Sementara Zain, sedikitpun tidak peduli dengan keadaan Mila.

"Zain! Apa-apaan kamu?"

"Leah!"

"Leah-Leah, dengar penjelasan aku, Leah."

Siapa Leah yang bisa tetap bertahan di sana saat Zain berusaha ingin mendekat. Perempuan mana yang sanggup melihat pengkhianatan orang yang paling ia percaya dan sangat ia cinta di depan mata.

Leah menjauh. Menerobos kerumunan meninggalkan Zain. Sementara Zain, dia menerobos kerumunan untuk mengejar Leah dengan cepat. Secepat yang ia bisa.

"Leah! Tunggu!"

"Aku dijebak, Leah! Tolong dengarkan aku, Leah!"

Dunia Leah yang sudah runtuh tidak akan bisa dibangun kembali. Zain sangat tahu akan hal tersebut dengan sangat baik. Hanya saja, dia berusaha membuat Leah percaya. Karena memang, dirinya sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Leah! Tolong, tunggu!"

"Leah!"

Tidak. Tentu saja tidak akan Leah dengarkan apa yang Zain katakan. Dengan langkah yang sangat cepat ia menuruni anak tangga darurat yang ada di hotel tersebut. Beruntung dirinya tidak terjadi apa-apa. Berhasil turun dengan selamat menuju lantai dasar.

Terpopuler

Comments

Sumiati 32

Sumiati 32

kerjaan nenek lampir / mertua sama pelakor

2024-07-20

1

Yolandamalika 🌸🌺

Yolandamalika 🌸🌺

puas kamu mama mertua lucknut menghancurkan rumah tangga anak nya sendiri. kecewa juga sama Zain yg bisa2 nya kejebak ibu nya ini. Gedeg banget kak. lanjut tpi kak ak selalu menanti

2024-07-16

1

cinta semu

cinta semu

awal mula kehancuran rmh tangga 😭 kasian Leah hancur Krn keadaan yg egois ..mertua reseh belum lagi muncul ulat bulu pelakor di jamin Zain kena gatal2 ..

2024-06-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!