Belum sempat Zain angkat bicara, papa Mila yang bicara duluan.
"Ratna. Kamu jangan gila seperti ini. Kita masih bisa bicarakan masalah ini dengan baik-baik. Tidak dengan cara mengancam untuk mengorbankan nyawa kamu sendiri, Rat."
"Tapi, Anuar. Anakku sudah tidak lagi sayang padaku. Dia sudah tidak lagi menganggap indah diri ini. Aku hanya punya dia satu-satunya sebagai keluarga. Suamiku sudah pergi meninggalkan aku duluan. Tapi ... ya Tuhan .... "
Tidak punya kata-kata untuk dia ucapkan, Zain malah langsung bersimpuh di depan mamanya. Dia tundukkan kepala dengan air mata yang berlinangan.
"Mama. Jangan bunuh diri mama hanya karena aku yang tidak mau mendengarkan apa yang mama katakan. Tapi, bunuh lah aku agar mama tidak lagi punya anak yang tidak penurut seperti aku."
Deg. Nyatanya, sang mama baru menyadari kalau anaknya punya hati yang terlalu keras. Meski sudah diancam dengan bunuh diri juga, anaknya tidak goyah sedikitpun. Bahkan, anaknya malah yang meminta dibunuh hanya karena tidak ingin menuruti apa yang dia katakan.
Sebaliknya, keadaan itu menyadarkan keluarga Mila kalau usaha pemaksaan mama Zain untuk membuat Zain berubah pikiran tidak akan berhasil. Papa Zain pun berpikiran cepat untuk mengambil sebuah keputusan yang tidak akan merugikan mereka.
"Zain. Om punya jalan penyelesaian terakhir untuk masalah ini. Jika kamu benar-benar tidak ingin menjadikan Mila sebagai istrimu, maka nikahi Mila hanya untuk memberikan dia status sesaat saja. Setelah kamu menikah dengannya, kamu boleh langsung menceraikan dia, Zain."
Sontak, mata Mila dan mamanya langsung membulat sempurna. Mila yang sangat tidak percaya kalau papanya akan berkata begitu, langsung menghampiri papanya dengan wajah kesal.
"Papa."
"Mila. Jangan paksa Zain untuk menjadi suami kamu. Masih ada banyak pria yang bersedia menikah denganmu di luar sana. Karena gosip sudah beredar, papa hanya ingin kamu punya status sebagai jandanya Zain nantinya. Status itu sudah cukup untuk meredakan gosip yang sedang memanas."
Pikiran Zain mencerna dengan keras apa yang papa Mila katakan. Dan, dia yang sudah tidak punya pilihan lain itu pun memilih untuk menerima tawaran tersebut. Sang mama pun menjatuhkan gunting yang ada di tangannya.
Kesepakatan pun di buat. Zain akan menikah dengan Mila tak lama lagi. Namun, setelah menikah, dia akan menceraikan Mila secepatnya.
Setelah pertemuan itu usai, Zain langsung menuju kamar Leah. Namun, hatinya tidak berani untuk bertatap muka dengan Leah sekarang. Dia yang berniat untuk memperbaiki hubungan dengan Leah, malah dihadapkan dengan masalah baru. Bagaimana caranya dia bisa berbaikan dengan Leah sekarang coba? Jika Leah tahu, dia akan menikah dengan Mila walau hanya untuk status saja.
Zain hanya bisa menyentuh pintu kamar yang terkunci dari luar. Bibirnya bergetar menahan tangis. Dia dekatkan pipinya ke daun pintu. Meski tidak bisa melihat wajah Leah secara langsung, cara itu sudah cukup untuk Zain mencium napas kehidupan dari istrinya yang saat ini sedang terkurung di dalam kamar sana.
"Aku merindukanmu, Leah. Maafkan aku yang tidak bisa menepati janji yang telah aku buat. Tapi percayalah, aku pasti akan memperbaiki semua kesalahan yang sudah aku perbuat."
Setelah berucap kata-kata itu, Zain langsung beranjak meninggalkan kamar Leah. Dia menuju kamarnya sambil membawa isak tangis yang susah payah dia tahan. Sementara itu, di lantai dasar, sang mama melihat semuanya dengan tatapan tajam penuh amarah.
'Leah! Anakku berubah banyak karena kamu. Wanita mand*ul seperti kamu tidak layak untuk anakku. Kenapa kamu bisa sangat berarti untuk anakku. Apa yang sudah kamu berikan pada anakku, Leah.' Mama Zain bicara dalam hati sambil menggenggam erat tangannya.
'Tidak. Aku tidak akan membiarkan kamu bertahan di samping Zain lagi mulai dari sekarang. Aku akan buat kamu pergi dari kehidupan anakku. Dengan begitu, Zain pasti akan bisa membuka hati untuk Mila. Terutama, setelah pernikahan Zain dengan Mila nanti. Aku yakin, Mila pasti akan mampu menggantikan Leah menjadi istri Zain selanjutnya.'
......
Dua hari berlalu, Leah masih di kurung di dalam kamar. Sedangkan Zain tidak sekalipun datang untuk melihat keadaan Leah. Setiap hari, yang datang hanya bi Inah yang terus menyiapkan semua kebutuhan Leah. Mulai dari makanan, sampai semua yang Leah inginkan. Si bibi lah yang datang untuk mengantarkannya.
Tapi hari ini sepertinya berbeda. Mama Zain tiba-tiba saja ingin melihat Leah ke kamar dengan alasan ingin membicarakan sesuatu dengan menantunya itu.
"Tapi, nyonya. Den Zain tidak mengizinkan siapapun masuk ke dalam selain saya."
"Apa? Kamu ingin membangkang apa yang aku katakan?"
"Inah, kamu itu pelayan di rumah ini, bukan? Apa aku tidak layak untuk menjadi majikan mu sekarang, ha?"
"Bu-- bukan begitu, nyonya. Saya ... saya hanya-- "
"Sudah. Jangan banyak bicara. Berikan kunci kamarnya pada saya. Aku ingin bicara dengan Leah sekarang juga."
"Tapi-- "
"Inah!"
"Iy-- iya, nyonya."
Si bibi langsung mengeluarkan kunci kamar yang ada di saku dasternya dengan berat hati. Melihat kunci yang si bibi berikan, mama Zain meraihnya dengan kasar.
"Mau ngasi kunci kamar aja lama kamu."
Setelah berucap, mama Zain langsung beranjak meninggalkan bi Inah. Namun, langkahnya tertahan sesaat setelah ia melangkah beberapa langkah saja. Mama Zain langsung memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan bi Inah kembali.
"Ingat, bi! Jangan sampai Zain tahu tentang hal ini. Jangan sesekali bibi ngadu pada anakku soal aku yang memaksa minta kunci kamar Leah pada bibi."
"Dengar tidak!"
"Iy-- iya, Nya. Iya. Dengar nyonya, dengar."
"Hm."
Mama Zain langsung melanjutkan langkahnya setelah memberikan peringatan pada asisten rumah tangganya itu. Pasrah, si bibi hanya bisa terdiam melihat majikannya naik ke atas lalu membuka pintu kamar milik Leah.
Sementara itu, di kamar, Leah sedang duduk sambil sibuk dengan ponselnya. Matanya membulat saat dia melihat status di aplikasi biru yang baru saja dia kunjungi. Sayang, belum sempat Leah mencerna dengan baik apa yang baru saja ia lihat, kedatangan mama mertuanya itu langsung mengalihkan perhatiannya dari apa yang matanya lihat.
"Mama."
"Cih. Enak banget kamu sekarang ya, Leah. Duduk manis sambil sibuk dengan gawai. Nikmatin hidup banget deh kek nya kamu sekarang."
"Mama datang ke sini dengan maksud apa, ma? Untuk menghina aku atau untuk apa?"
"Hei! Mulut kamu itu ya. Aku datang ke sini untuk melihat menantuku tercinta yang sedang menikmati hidupnya. Makan dianterin. Minum dianterin. Apapun yang dibutuhkan datang dengan cepat. Nyonya besar banget kamu sekarang."
Leah langsung bangun dari duduknya.
"Mah, aku di sini bukan menikmati hidup. Melainkan, di sekap oleh anak mama agar tidak keluar dari rumah ini."
"Hah? Di sekap? Hei! Mana ada orang yang disekap hidup enak, Leah."
"Ah! Tapi aku tidak perduli dengan hal itu. Aku datang juga punya maksud lain. Aku ingin mengatakan padamu satu hal, Leah. Kamu kalah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Liana CyNx Lutfi
Q ikutan gondok sama yg nmanya mertua gondrowo ini
2024-07-18
0
Yolandamalika 🌸🌺
pengen tak Jambak itu mulut mertua mu Leah. ehh 🤭
2024-07-16
1
Uba Muhammad Al-varo
ini mah bukan hanya anak saja durhaka definisi b.Ratna juga ini yang disebut orang tua durhaka.hadeuh.....
2024-07-09
1