Sementara itu, di luar rumah sakit, dua pria yang tadi sempat diusir oleh dokter Yoga kini sudah bertemu dengan Zain dan Rafa. Mereka langsung melaporkan apa yang sedang terjadi pada bos mereka.
"Apa! Kalian sudah melihatnya tapi malah membiarkannya menghilang? Untuk apa aku bayar kalian dengan bayaran yang tinggi jika kalian tidak berguna." Kesal Rafa bukan kepalang.
Dua pria itu langsung memasang wajah tak enak. Sambil menundukkan wajah, salah satu berucap untuk membenarkan diri.
"Maafkan kami. Kami sangat yakin jika perempuan yang bos cari ada di dalam ruangan seorang dokter. Tapi sayangnya, dokter itu tidak membiarkan kami untuk mengeledah ruangannya."
"Ruangan seorang dokter?" Zain menjawab dengan wajah serius.
Setelahnya, Rafa langsung mengajak Zain mendatangi ruangan dokter yang orang bayarannya itu maksudkan.
"Kak Zain. Ayo datangi ruangan dokter itu. Jika mereka yakin mbak ku ada di sana, sudah pasti dokter itu sengaja menyembunyikannya."
"Tunggu! Jangan-jangan si dokter juga ingin menyerahkan mbak Leah padamu. Karena ingin mendapatkan uang yang kamu janjikan itu. Lihatlah ponselmu, apa sudah ada yang menghubungi sekarang?"
Tanpa menjawab, Zain mengikuti apa yang Rafa katakan. Membuka ponsel untuk melihat kabar yang mungkin akan membuat hatinya sangat bahagia. Sayang, bukannya kabar bahagia yang ia dapatkan, melainkan rasa kecewa karena tidak ada satupun kabar yang masuk ke ponsel selain kabar-kabar yang tidak berguna bagi Zain.
"Bagaimana, kak?"
"Gak ada, Raf. Gak ada satu panggilan pun kabar bahagia yang datang."
"Ah! Ya sudah. Mungkin belum menghubungi. A iya, ayo kita datangi ruangan dokter itu sekarang, kak."
Zain langsung memberikan anggukan pelan. Mereka pun segera menuju ke ruangan Yoga. Di sana, Leah masih ngobrol dengan Yoga beberapa masalah. Saat terdengar ketukan di pintu, wajah cemas Leah langsung terlihat. Wajah cemas itu langsung berganti panik ketika Leah mendengarkan suara pria yang ada di depan pintu tersebut.
"Mereka .... "
"Jangan panik, Leah. Tenang. Biar aku urus semuanya. Sekarang, pergilah bersembunyi ke ruangan itu terlebih dahulu," ucap Yoga sambil mengarahkan telunjuknya ke sebuah ruangan dengan pintu kecil yang sedang tertutup.
"Situ? Kamu yakin aku akan aman di sana? Tunggu! Ku mohon, dokter Yoga. Lindungi aku," ucap Leah dengan wajah penuh harap dan sedikit mengiba.
Yoga menatap lekat Leah selama sesaat. Sementara pintu yang sedang ia kunci kini malah semakin keras di ketuk. Seolah, mereka yang ada di luar benar-benar tak sabar lagi untuk masuk.
"Leah. Sekarang! Mereka semakin tak bisa menunggu lagi. Jika kamu tetap di sini, maka aku tidak lagi bisa berbuat banyak untuk membantu kamu."
Was-was, tapi Leah harus mencoba keberuntungannya. Gegas dia beranjak memasuki ruangan tersebut, lalu menutupnya dari dalam. Yoga yang melihat Leah sudah bersembunyi, langsung memindah meja ke samping pintu. Itu adalah ruangan pribadi Yoga yang tidak ada siapapun yang pernah memasukinya.
Setelah memastikan tak ada kecurigaan lagi, Yoga langsung membuka pintu ruangannya. Saat pintu terbuka, tatapan mata Zain dan Yoga langsung bertemu pandang satu sama lain.
"Yoga?"
"Zainal. Ada perlu apa kamu datang ke ruangan ku? Apakah kamu butuh aku mengoperasikan kepalamu supaya otakmu yang rusak itu bisa kembali normal?"
Sontak saja, wajah Rafa langsung dibuat bingung akan pertemuan pertama antara Zain dengan si dokter. Rafa bisa melihat dengan sangat jelas kalau Zain dan Yoga sepertinya sudah saling kenal satu dengan yang lain. Hanya saja, terlihat dengan sangat jelas pula ada yang tidak baik dengan hubungan dari keduanya.
Mereka terlihat seperti orang yang sedang bermusuhan saat ini. Musuh yang bertemu dengan musuhnya. Begitulah raut wajah dari kedua pria yang bisa Rafa simpulkan hanya dengan melihat wajah masing-masing sekarang.
"Kata-katamu, dokter Yoga, sungguh luar biasa. Tapi sepertinya, aku tidak membutuhkan kebaikanmu untuk memeriksa diriku. Karena yang rusak otaknya bukan aku, melainkan dirimu."
"Oh ya? Kamu pikir yang rusak otak itu aku? Bukan kamu? Lalu kenapa kamu bisa menyakiti orang lain untuk yang kesekian kalinya, Zain? Takdir cintamu sungguh buruk. Kau dikutuk, Zain. Dikutuk!"
Yoga berucap dengan nada penuh dengan penekanan. Tentu saja Zain langsung naik tensi akibat ucapan Yoga barusan. Maklum, dia yang sudah hidup tidak teratur selama beberapa hari, sekarang malah diserang dengan kata-kata oleh Yoga. Bagaimana hatinya bisa baik-baik saja, coba?
"Yoga! Sialan kamu! Aku tidak ingin berdebat denganmu lagi sekarang. Karena berdebat denganmu sama sekali tidak ada gunanya. Katakan! Di mana istriku kau sembunyikan."
Bukannya menjawab, Yoga malah tertawa lepas. "Ha ha ha. Istrimu? Kau tanya istrimu padaku, Zain? Sungguh menggelikan hati."
"Aku tidak main-main, Yoga. Katakan! Di mana istriku."
"Hei! Kenapa bertanya istrimu padaku? Apa benar-benar ada yang rusak dengan otakmu, Zain? Mikir saja tidak bisa. Nanya istri pada orang lain. Jika kamu tidak tahu di mana istrimu berada. Apalagi orang lain, Zainal."
"Makanya, punya istri itu dijaga, Zain. Bukan malah sibuk bermain api dengan wanita lain. Saat istrimu pergi, kau baru kelabakan. Basi!"
"Yoga!"
Kesal hati, Zain tidak bisa menahan diri lagi. Sigap ia cengkram kerah baju Yoga. Tak lupa, tinju ia angkat untuk memukul Yoga yang sudah memancing amarahnya sedemikian rupa. Namun, beruntung Rafa dengan sigap menahan tinju itu agar tidak benar-benar melayang. Jika tidak, sudah bisa dipastikan, pertengkaran keduanya akan semakin memanas.
"Kak Zain. Jangan gegabah, kak. Kita datang untuk mencari mbak ku. Bukan untuk mencari masalah."
"Tapi dia sudah sangat keterlaluan."
"Aku tahu. Tapi, cobalah untuk menahan emosi kamu, kak. Jangan tambah masalah lagi. Kita harus segera temukan mbak ku."
"Ingatlah kak dengan tujuan awal kita. Yang paling penting itu adalah menemukan mbak ku 'kan?"
Ucapan Rafa cukup mampu membuat Zain tenang. Perlahan tapi pasti, Leah yang bermain dalam ingatan Zain membuat emosi Zain langsung padam.
"Di mana Leah, Yoga? Katakan! Di mana dia sekarang."
"Hei! Apa sekarang tidak hanya otakmu yang rusak, Zain? Kuping mu juga ikut tidak berfungsi ya? Mana aku tau istri kamu ada di mana."
"Dia tidak akan bicara. Kalian! Geledah saja ruangan ini. Cari di setiap sudut jangan sampai ada yang terlewatkan."
Dua pria bayaran Rafa terlihat sangat enggan untuk memulai apa yang Zain katakan. Namun, karena Zain yang memaksa dengan tegas, mereka pun langsung maju tanpa pikir panjang. Ternyata, Zain sangat berani pada dokter muda yang terkenal sangat dingin dan juga galak ini. Tidak sedikitpun ada rasa takut di wajah Zain sekarang.
Semua bukan tanpa alasan. Singkat cerita, keduanya pernah sangat dekat satu sama lain. Bahkan, pernah sangat-sangat dekat bak saudara kandung. Sayangnya, sebuah kejadian telah merusak hubungan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
MARWAN ERMADI
cerita eek rupanya
2024-11-20
0
Yolandamalika 🌸🌺
ada apa nih yoga sama Zain. jadi penisirin kak 😇
2024-07-16
1
Ruwi Yah
penasaran dengan masa lalu yoga dan zain lanjut kak
2024-06-27
2