Kun Fan mengaliri energi Qi dalam jumlah besar pada pedang serta kedua kakinya. Kecepatannya sangat meningkat, dia melakukan tebasan tajam pada Lin Hao. Dan benar saja, anak itu kesusahan meladeninya sekarang.
Sulit sekali bertahan dengan kondisinya saat ini. Kun Fan benar-benar memperlebar jarak antara keduanya. Lin Hao bahkan dibuat kewalahan, tersudut dalam waktu cepat. Meskipun fisiknya memang sangat kuat, tapi jauh sekali perbedaan kultivasi antara dirinya dan Kun Fan.
Tebasan lurus berhasil dihindari, tapi gerakan cepat itu membuat tebasan kedua datang secara mendadak. Ayunan pedang cepat seolah tidak menyulitkan Kun Fan untuk mengendalikan arah pedangnya, susul menyusul menargetkan tubuh kecil Lin Hao.
Tak ingin terlalu larut dalam posisi tersudut, Lin Hao diam-diam meminta Lou Dou untuk melepas segel pada mata dewanya. Dia mengambil jarak, dengan sebelah tangan dalam posisi menutup kedua matanya. Kun Fan tak ingin memberikan ruang bagi Lin Hao, lelaki ini terus mengejar. Tapi saat jari tengah dan telunjuk Lin Hao terbuka, Kun Fan terkejut melihat sebelah mata Lin Hao berubah menjadi emas. Itu sekaligus memberikan perasaan aneh yang membuat dadanya sesak. Jantungnya berdegup kencang.
Teknik gila apa lagi ini? Kun Fan merasa seolah jiwanya memberontak gelisah, dirinya tak menemukan posisi tenang. Serangannya mendadak terhenti, dirinya linglung dalam tiga detik.
Lin Hao tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, pupil matanya kembali berubah menjadi cokelat. Dengan pedang yang tergenggam erat, dia berhasil membuat Kun Fan jatuh di atas panggung.
Lin Hao mendekat, “Menjadi abadi dengan mengandalkan kekuatan bersumber dari vitalitas Qi belum tentu membuatmu menjadi dewa. Kau tahu, aku bahkan bisa lebih dari itu. Kau yang hanya memiliki segelintir Qi saja sudah berpikir seolah kau kuat dan dengan seenaknya menindas yang lemah!” Lin Hao semakin mendekat dengan pedang tertenteng di sebelahnya. Pedang itu menggores lantai arena, menimbulkan percikan bunga api.
Kun Fan telah mendapatkan kembali kesadarannya. Melihat Lin Hao maju mendekat, dia refleks mengambil tindakan mundur. Tapi sejurus kemudian bangkit dan melakukan serangan dadakan.
“Kau pikir kau siapa? Bisa menasehatiku seenaknya, hah?” geramnya.
Sayangnya, kali ini gerakannya tak semulus sebelumnya. Tubuhnya masih kaku seolah belum melupakan perasaan kacau tadi. Lin Hao dengan cepat menemukan celah lalu menyerang dengan brutal.
Tinju telak menghantam batang hidung Kun Fan, membuat darah segar mengalir bebas di sana. Lin Hao kemudian meraih tangan Kun Fan dan membantingnya, itu tidak hanya sekali dia lakukan, melainkan berkali-kali. Ke Kanan dan kiri, bahkan panggung arena sampai dibuat tergetar olehnya.
"Mari sini kita lihat, sejauh mana Qi bisa membantumu dalam situasi ini!" ucap Lin Hao.
Dia terus membanting tubuh Kun Fan sampai perasaan dendam setelah dipermalukan dan penghinaan yang dia rasakan di depan umum tadi terbayarkan sekarang.
Setelah merasa puas, Lin Hao menendang tubuh tak berdaya Kun Fan ke arah Kun Lun. Tampak lelaki itu menatapnya dengan mulut terbuka lebar, tak percaya kakaknya bahkan tidak bisa mengalahkan Lin Hao. Lihatlah, kondisi Kun Fan bahkan jauh lebih menyedihkan darinya. Dia tidak bisa berkata-kata selain dengan rasa takut yang dalam terhadap Lin Hao.
“Aku peringatkan kau, jangan pernah mencoba untuk mencari masalah denganku, apalagi dengan saudara Ruo. Aku bahkan bisa bertindak lebih dari itu!” tegas Lin Hao, sengaja dia melantangkan suaranya dengan harapan murid lain bisa mendengar dan tidak berniat mencari masalah dengannya dan Jiu Ruo.
Setelahnya, dia melangkah turun dari arena. Menghampiri Jiu Ruo dan Shi Lin yang telah menunggunya. Mereka lantas beranjak, tapi tiba-tiba saja tiga orang itu dihadang oleh beberapa orang pemuda. Tidak ada tanda-tanda permusuhan dari mereka.
“Saudara Lin, kau sangat hebat, tadi. Kau bahkan bisa mengalahkan Kun Fan hanya dengan teknik mengerikanmu!” ucap salah satu diantaranya.
“Benar, Saudara Lin. Aku juga ingin diajarj teknik Pedang Gila tadi. Itu sangat hebat.” Yang lain ikut menyahuti.
Lin Hao hanya tersenyum kecut menanggapi orang-orang itu. Belum juga dia menjawab, mendadak Shi Lin telah lebih dulu mengambil tindakan.
“Menyingkir dari jalan kami atau kalian akan mendapat masalah!” Kasar sekali gadis itu membentak, membuat para pemuda itu langsung menciut dan memilih memundurkan diri. Tampak wajah mereka yang kecewa sekaligus pasrah. Nona muda itu memang tidak ada lawan.
Lin Hao hanya menggeleng, tak habis pikir dengan sikap Shi Lin. Padahal saat pertama kali mereka bertemu, gadis itu bersikap pemalu dan terkesan pendiam. Tapi, entahlah. Jalan pikir wanita memang sangat sulit ditebak.
“Eh, saudara Hao, sikapku tadi, jangan diambil hati. Aku sebenarnya pemalu, tapi hanya dalam situasi tertentu saja!” Shi Lin memasang senyum kikuk.
Lin Hao hanya memberikan anggukan kecil dan membalas senyuman itu. Mereka melanjutkan perjalanan.
“Omong-omong, Saudara Hao, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Tapi sampai di kediaman Jui Ruo dulu baru aku tunjukkan.”
Shi Lin mempercepat langkah, hingga tak butuh waktu lama mereka telah sampai di kediaman Jiu Ruo.
Shi Lin mengeluarkan pakaian serta lencana giok dengan ukiran simbol Sekte Teratai Awan.
“Seperti yang kukatakan sebelumnya, kau sudah menjadi bagian dari sekte Teratai Awan. Aku sudah memilihkan pakaian yang cocok untukmu. Aku harap, Saudara Hao tidak menolak dan bersedia untuk mengenakannya!” Penuh harap dan sangat tulus Shi Lin mengatakannya.
Lin Hao menerima itu. “Terima kasih, Nona Shi.” Dia kemudian masuk ke dalam kamarnya dan mengganti pakaian yang dikenakan.
Keluar dengan tampilan berbeda, aura ketampanan lelaki itu semakin menonjol sekarang. Shi Lin bahkan tidak bisa berpaling, hingga Jiu Ruo menyadarkan wanita itu.
“Saudara Hao, kau sangat tampan mengenakan pakaian itu!” puji Jiu Ruo, Shi Lin mengangguk cepat, membenarkan.
“Terima kasih, saudara Jiu. Omong-omong, aku berencana untuk mengajarimu teknik dasar berpedang. Apakah kau mau?” Lin Hao berniat mengajari Jiu Ruo seni bela diri. Dia berharap dengan ini, Jiu Ruo akan bisa melawan saat ada yang mengganggunya.
“Benarkah!” Kedua pupil mata Jiu Ruo membesar, dia Tampak senang mendengar Lin Hao akan mengajarinya teknik bertarung.
Lin Hao mengangguk.
“Ehem, apakah aku juga boleh ikut?” sosor Shi Lin. Gadis itu juga terpesona dengan teknik berpedang Lin Hao yang sangat mengerikan sehingga dia juga berniat untuk belajar dari Lin Hao.
“Tentu saja.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Aman 2016
top top markotop ...lanjut
2024-06-15
2
dikoiku
ini baru bagus..mantappppppp
2024-06-11
0
Jimmy Avolution
ayo Thor
2024-06-11
0