Sosok yang merupakan manifestasi dari Mata Dewa hanya bisa tersenyum dingin saat tiba-tiba Lin Hao mengajaknya untuk bertarung. Jelas sekali dia akan menang.
“Baiklah! Kau memang paling mengerti!”
Sosok itu langsung menyerang tanpa memberi aba-aba. Pukulan datar namun mengandung energi mematikan dilancarkan secara gencar-gencaran. Lin Hao menghindari pukulan itu, sesekali dia akan menepis dengan lengannya.
Saat ini Lin Hao dipaksa dalam keadaan bertahan. Beberapa kali sosok itu menendang cepat, beruntung Lin Hao cukup gesit menghindar.
“Kau cukup mampu, namun bagaimana kau akan menahan serangan ini?”
Sosok itu melakukan gerakan tangan, lalu melepaskan serangan energi.
Lin Hao memasang wajah buruk, dia belum bisa mengendalikan energi Qi sehingga tidak mungkin bisa menahan serangan itu. Hanya berlari menghindar sebagai jalan satu-satunya untuk selamat.
Tapi percuma saja. Serangan itu masih mengejar. Lin Hao berakhir terlempar dengan punggung yang kebas oleh serangan energi tersebut. Sosok itu kembali menciptakan serangan energi untuk menyerang kedua kalinya. Namun sebelum menyentuh Lin Hao, serangan energi itu telah lebih dulu lenyap. Sosok lain muncul, namun bukan berwujud manusia, melainkan pedang.
Lin Hao mengernyit, pedang itu persis seperti pedang yang diberikan ibunya semalam. Tapi ini memiliki aura yang sangat kuat, bahkan kehadirannya mampu membuat wajah sosok yang mirip dengannya itu menegang.
“Aku menyuruhmu memanggil jiwanya bukan untuk kau serang, melainkan untuk kau latih!” tekan pedang itu.
“Tu–tuan… kami memang sedang berlatih. Benarkan?” Sosok itu mencari alasan sembari menoleh ke arah Lin Hao.
“Hah?” Lin Hao sempat bingung, namun pada akhirnya dia tetap mengangguk.
“Hmm, baiklah. Nak, perkenalkan aku adalah Sin Dou. Jiwa pedang yang terpanggil oleh Mata Dewa milikmu.”
“Dan aku adalah Lou Dou. Perwujudan dari Mata Dewamu. Kami berdua yang akan menuntunmu mulai sekarang.” Sosok yang mirip dengannya itu menambahkan.
Lin Hao mengernyit, “mengapa?”
“Cukup rumit menjelaskannya sekarang dengan usiamu yang sangat muda. Namun lambat laun kau akan mengerti!” jelas Sin Dou.
“Nak, lanjutkan latihanmu, aku ingin melihat seberapa besar potensimu dalam bertarung.” Sin Dou melanjutkan.
Tanpa banyak berpikir, Lin Hao kecil mengambil sikap ancang-ancang, siap bertarung. Sementara Lou Dou memasang senyum samar.
“Kebetulan sekali. Aku memang ingin menghajarmu!” batinnya Lou Dou.
Bukk
Bukk
Beberapa tinju masuk tanpa bisa ditepis oleh Lin Hao.
“Nak, sangat buruk!” ucap Lou Dou setelah berhasil mendaratkan beberapa pukulan telak.
***
Entah sudah berapa tahun Lin Hao berada di dimensi jiwanya. Anak itu memperlihatkan kemajuan yang signifikan. Tinjunya semakin keras, sekali dua kali dia sudah bisa memberikan perlawanan sengit terhadap Lou Dou.
Teknik berpedang yang diajarkan ayahnya juga semakin sempurna. Anak itu pintar sekali mengembangkan teknik dasar berpedang menjadi teknik yang mematikan.
Latih tanding baru saja selesai. Sama seperti sebelumnya, Lin Hao mendapat pukulan yang membuat lelaki itu tersungkur sana sini. Akan tetapi karena ini adalah dunia jiwa, sehingga tidak terjadi luka serius yang diterima Lin Hao.
“Lou Dou, kapan kita akan berlatih mengumpulkan Qi. Aku sudah lama ingin merasakan jalan kultivasi.” Lin Hao bertanya untuk kesekian kalinya.
“Kau masih sangat muda, terkait dengan kultivasi itu adalah hal yang sangat mudah. Kau bisa meningkat dengan cepat setelah fondasi dalam tubuhmu terbentuk sempurna.” Ini adalah jawaban yang sama setiap kali pertanyaan tersebut dilontarkan oleh Lin Hao.
Lelaki itu cukup kecewa, namun pada akhirnya tetap dia terima. Meskipun saat ini dia masih terbilang sebagai manusia biasa, namun potensi tarung Lin Hao tidak kalah dengan para pengendali Qi.
Adapun untuk fondasi tubuh yang dimaksud oleh Lou Dou di sini adalah setiap kali Lin Hao berlatih di dimensi Jiwa, maka secara otomatis akan berpengaruh terhadap tubuh fisik Lin Hao di dunia nyata. Ini merupakan salah satu keunggulan dari mata dewa yang menyambat antara tubuh fisik dan jiwa. Sehingga apapun yang dilakukan oleh Lin Hao melalui jiwanya, secara otomatis akan berefek pada tubuh fisiknya juga.
“Lin Hao, kau sudah tiga tahun berada di dimensi jiwa ini. Entah akan seperti apa tubuhmu diluar sana. Sepertinya sudah saatnya kau kembali ke dunia nyata!”
Mendengar perkataan Sin Dou, seketika mata Lin Hao melebar. Tiga tahun berada di sini berarti tiga tahun pula dia tidak mengonsumsi makanan? Bukankah itu sangat lama?
“Mengapa tidak bilang dari dulu kalau ragaku masih di dunia nyata?”
“Tidak sempat. Tapi kau tenang saja. Ada seseorang yang mengurusinya. Dia yang memberimu makanan selama ini. Termasuk juga membersihkan tubuhmu!” ujar Lou Dou.
“Membersihkan tubuh? Wanita atau laki-laki?” Lin Hao mengangkat sebelah alisnya.
“Wanita!” jawab Lou Dou santai.
Lin Hao semakin melebarkan matanya, bukankah berarti kemaluannya akan di–.
“Kau masih kecil, burungmu juga. Jadi tidak usah berpikir seolah-olah kau dewasa.”
“Tapi—?”
Belum sempat Lin Hao melanjutkan protesnya, terlebih dahulu sesuatu menarik jiwanya. Dirinya berputar-putar, hingga cahaya yang sangat terang menelannya.
Perlahan kelopak mata Lin Hao terangkat. Dia bangkit dan memperhatikan sekitar.
“Ini di mana?” gumam Lin Hao kala menyadari bahwa dirinya berada di tempat yang asing. Sekelilingnya adalah dinding yang terbuat dari kayu yang mulai rapuh. Beberapa bekas gigitan rayap juga nampak yang membuat kamar itu memiliki banyak lubang kecil.
Lin Hao bisa mendengar suara langkah kaki menuju ke arahnya. Dia mempersiapkan diri untuk menyambut, namun sejenak, laki-laki itu tiba-tiba saja merasakan matanya yang perih dan sangat panas. Dia meringis kesakitan, bola matanya seolah akan dibuat pecah.
Seorang gadis cantik masuk sembari membawa baskom berisi air hangat. Kedua mata gadis itu menangkap sosok pemuda yang selama ini selalu dirawatnya telah terbangun. Tentu itu sangat membuatnya kaget sampai tidak sadar baskom itu terjatuh ke lantai. Bahkan gadis itu juga berteriak kaget.
Lin Hao refleks membuka kedua matanya karena kaget mendengar teriakan itu. Awal mula dia merasakan penglihatannya yang buram, lama kelamaan mulai normal hingga terpaku pada sosok gadis cantik yang berdiri beberapa meter di hadapannya. Tapi gadis itu malah pergi dengan wajah takut.
“Kakek Jiu…!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Kembang Pasir
itu BOCAH Thor bukan LELAKI,, OTAK ENTE DI DENGKUL UMUR 7 TAHUN DISEBUT LELAKI??🖕🖕🖕🖕
2024-11-11
0
aidaaaa
tanggung jawab gk thor?!😭 udh bikin ngakak malem" mna dibilang gila lagi sma ibu🥲
2024-07-08
5
Zee
wkwkwkwk malu dia
2024-07-04
1