Bab 11 Nisa dan Annisa

"Dor!" Annisa berteriak. Mengagetkan Raya yang baru keluar dari gerbang sekolah. "Bocah kecil, kemana saja kamu selama ini, hmm?"

Gadis tomboi itu memeluk Raya, tak lupa mencubit hidungnya yang setengah mancung.

"Nggak kemana-mana," jawab Raya.

"Syukurlah!" Lega rasanya. Annisa pun memperhatikan Raya, menyadari perubahan besar pada mantan pemulung kecil itu.

Anak itu tidak terlihat kotor. Seragamnya pun baru, begitu juga dengan atribut sekolah yang menempel dari kepala hingga ujung kakinya.

Selain itu, kulitnya tampak bersih dan terawat. Dan yang paling membuat Annisa terkesan adalah aura anak itu yang tidak terlihat murung.

"Mamamu sudah sembuh kan?" Annisa memainkan dua tangan Raya. Mengira perubahan besar itu terjadi karena ibu Raya sudah sehat sehingga dia bisa merawat Raya dengan baik.

Raya pun menggelengkan kepalanya. "Mama sudah meninggal."

"Apa? Meninggal?" Annisa cepat-cepat merubah ekspresinya. "Aduh, m-maaf ya? Mbak Annisa nggak tahu!"

Annisa pikir, Raya akan sedih mendengar pertanyaannya barusan. Tapi ekspresi Raya tidak terlihat seperti seorang anak yang baru ditinggal mati ibunya.

Bocah itu menggelengkan kepalanya lagi. Bahkan tersenyum lebar seolah tak terjadi apa-apa. Jujur saja Annisa heran melihatnya. Bukankah seharusnya anak itu menangis?

"Sudahlah!" Annisa menghela nafas berat. Lalu memainkan rambut Raya yang dikepang dua. "Mungkin dia belum mengerti apa itu artinya meninggal dunia," batinnya.

Dan tiba-tiba ...

"Raya?" Annisa memegangi bahu Raya kuat-kuat. "Bagaimana kalau kamu tinggal di rumah Mbak Annisa? Kamu mau, kan?"

Annisa tahu anak itu hanya punya ibu, untuk itulah dia berniat membawanya pulang. Soal mama atau abangnya, Annisa yakin mereka tidak akan keberatan.

Paling-paling Annisa hanya akan dijewer karena membawa pulang anak orang tanpa meminta ijin terlebih dulu.

Lalu, soal biaya untuk menghidupinya, Annisa bisa meminta pada Abiyyu. Menggunakan uang simpanan yang katanya sudah Abiyyu siapkan untuk biaya pernikahannya kelak.

Yah, seperti itulah rencana Annisa. Tapi Raya mematahkan angan-angan indah itu tanpa merasa bersalah sedikitpun. "Tidak mau!"

"Eh?" Otomatis, Annisa mengguncang bahu Raya. "Kenapa nggak mau? Memangnya kamu mau tinggal sama siapa?"

"Sama mama Raya yang baru," jawab Raya.

Annisa benar-benar kesal sekarang. Dia tahu betul kalau Raya tak punya ayah. Jadi mana mungkin Raya punya mana baru. Memangnya orang yang sudah mati bisa menikah lagi?

"Jangan bohong!" Annisa pun berdiri. Mencubit pipi anak itu dan bertanya. "Mana? Mbak Annisa mau lihat!"

"Itu!" Gadis kecil itu menunjuk ke seberang jalan dan Annisa pun menoleh ke arah itu.

Sapuan angin menerpa wajah Annisa. Tapi halangan kecil itu tak cukup untuk menghalanginya melihat sosok Althafunnisa yang berjalan dari kejauhan.

"Mama!" Raya melambaikan tangannya, berlari kecil menghampiri Nisa. Mengabaikan Annisa yang mulai patah hati karena diperlakukan seperti mainan rusak dan dibuang di pinggir jalan.

"Mama!" Raya menarik tangan Nisa. Membawanya mendekati Annisa yang mematung sejak tadi. "Mama, kakak inilah yang sering memberiku roti."

Nisa senang melihat Raya sangat bersemangat. Nisa pun ingin berkenalan pada Annisa. Tapi ada satu hal yang harus dia tanyakan sebelum itu.

Nisa menekuk lututnya. Menyetarakan pandangannya pada Raya dan bertanya, "Kamu memanggil dengan sebutan apa barusan?"

Uniknya, Raya tidak menjawab. Dia hanya menunduk dengan wajah ditekuk. Lalu memberanikan diri untuk mengajukan sebuah pertanyaan pada Nisa. "Boleh nggak Raya memanggil mama?"

Nisa mengangguk. "Boleh!"

"Hore!" Raya tampak sumringah. Anak itu pun melompat karena senang.

Akhirnya, Nisa pun mendekati Annisa yang sejak tadi memperhatikannya. Wanita itu mengulurkan tangannya, mengumbar senyum yang tak terlihat karena tertutup masker.

Disisi lain, Annisa menyambut uluran tangan Nisa. Menampilkan adegan yang membuat Raya tersenyum geli.

"Nisa!" kata Nisa.

"Annisa!" kata Annisa.

Dua orang itu sama terkejutnya. Apalagi mereka menyebut nama mereka di waktu yang hampir bersamaan.

Sekarang mengerti kan, kenapa Raya memanggil Nisa dengan sebutan mama. Karena Raya tidak ingin membuat dua malaikatnya bingung ketika dia memanggil mereka.

"Althafunnisa!" ralat Nisa.

"Annisa!" ulang Annisa.

Seandainya Annisa tahu semuanya, gadis itu pasti akan menuduh Nisa sebagai pencuri. Pencuri pemulung kecil kesayangannya dan pencuri nama pemberian ibunya.

Dan seandainya Annisa tahu bahwa wanita inilah yang dia cari selama ini, pasti Annisa juga akan menuduhnya sebagai pencuri kakak lelaki kesayangannya.

Setelah mengobrol sebentar, Nisa pun mengundang Annisa ke rumahnya. Ingin menjamunya dengan baik sebagai bentuk ucapan terimakasih karena selalu memberikan roti untuk Raya.

Menariknya, Annisa menerima undangannya hanya untuk melihat wajah di balik masker itu.

.

.

.

"Tidak perlu mengantar." Annisa menghalangi Nisa. "Annisa bisa pulang sendiri!"

Hari memang sudah sore, tapi masih cukup terang. Tidak masalah meskipun Annisa pulang sendirian. Toh Annisa sudah terbiasa.

Tapi Nisa bersikeras mengantarkannya. "Tidak. Mbak Nisa akan tetap mengantar kamu pulang!"

Seolah terkena sihir, Annisa menurut. Tidak melawan seperti dia melawan Abiyyu. Gadis SMA itu berjalan mengikuti Nisa dan naik angkutan umum yang akan mengantarkan mereka ke rumahnya.

"Terimakasih, ya?" Nisa membuka obrolan. "Terimakasih sudah menyayangi Raya dan memperlakukannya dengan baik."

"Bukan apa-apa, kok!" Annisa tersenyum tipis. "Terimakasih juga karena Mbak Nisa mau menampung anak itu!"

Kali ini, dua-duanya tersenyum. Mereka pun mulai akrab dan membicarakan banyak hal. Dari sinilah Annisa tahu kalau Nisa adalah seorang janda tanpa anak.

Sementara itu, Nisa juga tahu kalau Annisa tinggal bersama kakak serta ibunya. Tapi Nisa tidak tahu kalau kakak Annisa adalah Abiyyu dan ibunya adalah Hanum-wanita yang dia antar ke rumah sakit sebelum pergi menjemput Raya.

Tak terasa mereka pun sampai juga. "Ayo masuk, Mbak?"

Annisa segera membuka pintu pagar. Lalu menarik tangan Nisa. Tapi Nisa menolak untuk masuk. "Lain kali saja, ya?"

"Kenapa?" Annisa tampak kecewa. "Ibu dan kakakku bisa marah kalau aku tidak mempersilahkan tamu masuk ke rumah."

"Kasihan Raya." Nisa melepaskan tangan Annisa dan mendorongnya masuk. "Buruan masuk, gih!"

Walaupun Nisa sudah menitipkan Raya kepada seorang tetangga yang baik hati, tapi tidak sopan rasanya jika menitipkannya terlalu lama. Makanya Nisa buru-buru pulang.

"Tunggu, Mbak!" Sempat ragu, tapi Annisa memberanikan diri untuk bertanya kepada Nisa. "Kenapa repot-repot mengantarku kalau Mbak Nisa mau langsung pulang?"

"Hanya ingin memastikan tidak ada pria jahat yang mengganggu bunga cantik sepertimu," jawab Nisa dengan senyum manis di bibirnya.

***

Terpopuler

Comments

🌷💚SITI.R💚🌷

🌷💚SITI.R💚🌷

annisa klu tau siapa nisa gmn ya pasti seru de

2024-11-09

0

Jumli

Jumli

hahahaha 🤣
bagaimana kalau dia tau Nisa juga yang merebut hati Abiyyu😂😂😂

2024-06-26

0

Ila Lee

Ila Lee

aku kira ketemu abiyyu

2024-06-19

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Putri Pelacur
2 Bab 2 Di Ujung Perceraian
3 Bab 3 Patah Hati
4 Bab 4 Selingkuh
5 Bab 5 Diceraikan
6 Bab 6 Ikhlas Melepasmu
7 Bab 7 Siapa Pencuri Itu?
8 Bab 8 Gadis Kecil Bernama Raya
9 Bab 9 Nasi Berbentuk Hati
10 Bab 10 Diceramahi Calon Mantu
11 Bab 11 Nisa dan Annisa
12 Bab 12 Ku Temukan Kau
13 Bab 13 Nyatakan Cintamu Sekali Lagi
14 Bab 14 Love Action
15 Bab 15 Upgrade Nama Panggilan
16 Bab 16 Tidak Ada Ciuman Untukku?
17 Bab 17 Mantan vs Masa Depan
18 Bab 18 Jadi, Ibunya adalah?
19 Bab 19 Sepuluh Detik
20 Pengumuman!
21 Bab 20 Ikatan Batin
22 Bab 21 Secercah Harapan
23 Bab 22 Anak Siapa Ini, Abiyyu?
24 Bab 23 Berandal Itu Aku
25 Bab 24 Aku Salah Apa?
26 Bab 25 Rindu Mantan Menantu
27 Bab 26 Penyesalan Arman
28 Bab 27 Kenangan Manis
29 Bab 28 Rujuk?
30 Bab 29 Tidur Denganku Malam Ini
31 Bab 30 OTW Ketemu Mama & Papa
32 Bab 31 Pulang ke Rumah
33 Bab 32 Bertindak Sebagai Ayah
34 Bab 33 Pulang Sekarang
35 Bab 34 Haruskah Unboxing?
36 Bab 35 Ayahmu Pria Brengsek, Nisa!
37 Bab 36 Jangan Potong Burungku, Pa!
38 Bab 37 Selamat Datang di Rumah!
39 Bab 38 Ngintip, Yuk!
40 Bab 39 Mau Lihat? Akan Kutunjukkan!
41 Bab 40 Tikus, Kecoak atau Belalai Abiyyu?
42 Bab 41 Bertengkar
43 Bab 42 Cemburu
44 Bab 43 Kau Bajingan!
45 Bab 44 Ayo Menikah
46 Bab 45 Sah
47 Bab 46 Only 21+
48 Bab 47 Berita Pagi
49 Bab 48 Jangan Curi Anakku
50 Bab 49 Adik & Kakak?
51 Bab 50 Anak yang Banyak dan Lucu
52 Bab 51 Saatnya Pensiun
53 Bab 52 Papa?
54 Bab 53 Hari Apes
55 Bab 54 Mati?
56 Bab 55 Kenapa Kalian Bau
57 Bab 56 Calon Ayah
58 Bab 57 Bukan Aku yang Nakal
59 Bab 58 Butuh Obat
60 Bab 59 Abiyyu is Back
61 Bab 60 Dean Nathan & Zayn Nathan
62 Bab 61 Sampah yang Lucu
63 Bab 62 Bukan Salah Abimanyu
64 Bab 63 Kenapa Zayn Berbeda?
65 Bab 64 Kembar Identik
66 Bab 65 Jempol Dean Nathan
67 Bab 66 Kelakuan Nakal Zayn
68 Bab 67 Testpack Milik Siapa?
69 Bab 68 Nggak Mau Punya Adik
70 Bab 69 4 Tahun Kemudian
71 Bab 70 Proyek Pembuatan Adik (Gagal)
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1 Putri Pelacur
2
Bab 2 Di Ujung Perceraian
3
Bab 3 Patah Hati
4
Bab 4 Selingkuh
5
Bab 5 Diceraikan
6
Bab 6 Ikhlas Melepasmu
7
Bab 7 Siapa Pencuri Itu?
8
Bab 8 Gadis Kecil Bernama Raya
9
Bab 9 Nasi Berbentuk Hati
10
Bab 10 Diceramahi Calon Mantu
11
Bab 11 Nisa dan Annisa
12
Bab 12 Ku Temukan Kau
13
Bab 13 Nyatakan Cintamu Sekali Lagi
14
Bab 14 Love Action
15
Bab 15 Upgrade Nama Panggilan
16
Bab 16 Tidak Ada Ciuman Untukku?
17
Bab 17 Mantan vs Masa Depan
18
Bab 18 Jadi, Ibunya adalah?
19
Bab 19 Sepuluh Detik
20
Pengumuman!
21
Bab 20 Ikatan Batin
22
Bab 21 Secercah Harapan
23
Bab 22 Anak Siapa Ini, Abiyyu?
24
Bab 23 Berandal Itu Aku
25
Bab 24 Aku Salah Apa?
26
Bab 25 Rindu Mantan Menantu
27
Bab 26 Penyesalan Arman
28
Bab 27 Kenangan Manis
29
Bab 28 Rujuk?
30
Bab 29 Tidur Denganku Malam Ini
31
Bab 30 OTW Ketemu Mama & Papa
32
Bab 31 Pulang ke Rumah
33
Bab 32 Bertindak Sebagai Ayah
34
Bab 33 Pulang Sekarang
35
Bab 34 Haruskah Unboxing?
36
Bab 35 Ayahmu Pria Brengsek, Nisa!
37
Bab 36 Jangan Potong Burungku, Pa!
38
Bab 37 Selamat Datang di Rumah!
39
Bab 38 Ngintip, Yuk!
40
Bab 39 Mau Lihat? Akan Kutunjukkan!
41
Bab 40 Tikus, Kecoak atau Belalai Abiyyu?
42
Bab 41 Bertengkar
43
Bab 42 Cemburu
44
Bab 43 Kau Bajingan!
45
Bab 44 Ayo Menikah
46
Bab 45 Sah
47
Bab 46 Only 21+
48
Bab 47 Berita Pagi
49
Bab 48 Jangan Curi Anakku
50
Bab 49 Adik & Kakak?
51
Bab 50 Anak yang Banyak dan Lucu
52
Bab 51 Saatnya Pensiun
53
Bab 52 Papa?
54
Bab 53 Hari Apes
55
Bab 54 Mati?
56
Bab 55 Kenapa Kalian Bau
57
Bab 56 Calon Ayah
58
Bab 57 Bukan Aku yang Nakal
59
Bab 58 Butuh Obat
60
Bab 59 Abiyyu is Back
61
Bab 60 Dean Nathan & Zayn Nathan
62
Bab 61 Sampah yang Lucu
63
Bab 62 Bukan Salah Abimanyu
64
Bab 63 Kenapa Zayn Berbeda?
65
Bab 64 Kembar Identik
66
Bab 65 Jempol Dean Nathan
67
Bab 66 Kelakuan Nakal Zayn
68
Bab 67 Testpack Milik Siapa?
69
Bab 68 Nggak Mau Punya Adik
70
Bab 69 4 Tahun Kemudian
71
Bab 70 Proyek Pembuatan Adik (Gagal)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!