Malam semakin larut,
Rhain yang sudah bisa tenang dan mulai mampu mengendalikan dirinya nampak berdiri di sisi jendela.
Gadis yang tengah berusaha mati matian mempertahankan kewarasannya itu masih terlihat betah membuka matanya ketika jarum jam di dinding kamarnya menunjuk angka satu dini hari.
ke dua matanya menatap bintang bintang yang berkelip nun jauh di atas sana.
Beberapa jam telah berlalu sejak kepergian kedua orang tuanya juga bik Jumi fan pak Sastro setelah tadi ia meyakinkan mereka bahwa ia akan baik baik saja.
gadis cantik berambut panjang lurus sepinggang itu kini nampak sedikit termangu.
Apa yang harus ia lakukan kini. Ia tak menginginkan anak ini sama sekali.
Ia bahkan tak rela anak ini akan tumbuh dalam rahimnya.
Anda saja ia bisa, ingin sekali rasanya ia mencongkel janin itu dari dalam rahimnya kemudian melemparkannya ke wajah menjijikkan Rexy.
Sejenak gadis itu nampak memejamkan mata, untuk menenangkan jiwanya, Rhain terdengar menghela nafas.
Ia seolah tak lagi ingat akan pesan ayahnya tentang janin yang kini dalam kandungannya itu sama sekali tak berdosa dan tak bersalah
Yang ia tahu kini hanyalah rasa jijik kepada seseorang yang telah menabur benihnya dalam rahimnya.
Dan akhirnya berimbas pada rasa bencinya pula pada janin yang kini juga tumbuh di rahimnya.
Bukan salahnya jika ia tak bisa menerima keberadaan bayi itu.
Bukan salahnya juga jika ia pun sama sekali tak menginginkannya.
Gadis itu perlahan memutar tubuhnya dan melangkah ke arah meja nakas.
Mengambil sebuah smartphonenya dari dalam nakas itu dan kemudian mencari sebuah nomor.
Sebuah nomor yang dulu selalu rutin mengiriminya pesan namun terhenti sejak beberapa minggu sebelum kejadian itu hingga sekarang.
( aku hamil )
pesan Rhain terkirim.
Hingga beberapa menit kemudian, pesan itu tak kunjung mendapat balasan.
Gadis itu menggeram kesal.
Pesannya hanya centang hitam, dua.
( kenapa tak membacanya, kau takut....? Dasar pengecut.
Tak kusangka sebrengsek itukah kamu sebenarnya?
Bawa dia bersamamu..aku sama sekali tak menginginkannya )
Kembali Rhain mengirim pesan, dan seperti pesannya yang pertama, pesan itu hanya centang dua dan berwarna hitam.
( dasar brengsek kamu, bajingan...pengecut. Aku bersumpah aku tidak akan pernah memaafkan mu sampai aku mati sekalipun.
Semoga kau tak akan per ah bisa tenang menjalani hidupmu apalagi untuk bahagia )
Maki Rhain lagi dalam pesannya, kemudian gadis itu nampak mengeluarkan kartu simnya dari smartphonenya itu dan kemudian melipat lipatnya dengan kasar.
Selanjutnya, ia melempar kartu itu jauh keluar jendela.
Sedang di tempat lain, tepatnya di sebuah ruang ICU rumah sakit.
Sesosok tubuh nampak terbaring tak berdaya di atas brankar rumah sakit.
Mata seseorang itu terpejam.
Sebuah smart phone di atas meja nakas ruang itu sempat berkedip sesaat tanpa suara sebelum akhirnya kembali tak berkedip lagi.
Thit...thit.....thit ...
Ruangan itu kembali sepi, hanya terdengar suara mesin pendeteksi detak jantung yang terdengar pelan mengisi ruangan itu.
cklek....
Pintu ruangan itu terbuka, nampak kedua pasangan paruh baya memasuki ruangan itu.
Mata kedua pasangan itu nampak menatap sendu sesosok tubuh itu.
Tiba tiba...
" Rhainnnnnnnn.......!!! " seseorang yang terbaring itu tiba tiba membuka matanya dan berteriak dengan kencang.
" Rexy....." pak Setiawan menghambur mendekat ke arah sang putra kemudian di susul oleh sang istri.
" ada apa pi ? " seorang penuda yang nampak baru saja masuk terkejut melihat kepanikan di dalam ruangan itu.
" panggil dokter Ryu, panggil dokter...abangmu bangun, cepat Ryu...." teriak bu Setiawan dengan panik.
Kedua pasangan itu hanya terfokus pada kesadaran sang putra tanpa memperhatikan teriakan putranya itu.
Mereka berpikir, mungkin itu teriakan ketakutan Rexy menjelang kecelakaan itu.
Ryu yang baru saja masuk segera kembali keluar dan langsung menuju ruang dojter yang menangani sang abang sambil berlari.
Hingga beberapa saat kemudian.
Saat ini, dokter Syam dan timnya nampak tengah memeriksa Rexy yang baru tersadar dari komanya dengan sangat intensif.
Sudah hampir dua minggu oria itu tak sadarkan diri paskah operasi yang ia jalani setelah kecelakaan tunggal yang ia alami yang dokter Syam sendiri tak tahu di mana.
" bagaimana keadaan putra kami dokter ?! " tanya pak Setiawan.
" ini sungguh suatu keajaiban tuan Setiawan " dokter Syam bertutur sopan kepada pria di hadapannya itu.
Dengan wajah sumringah, dokter berusia 50 an tahun itu sesekali menatap Rexy yang masih terbaring.
Meski tak terbuka lebar, namun bola mata Rexy nampak membuka.
Kini selang yang membantu pernafasan pemuda itu dan peralatan yang terhubung di tubuhnya dengan mesin pendeteksi detak jantungnya pun telah di lepas.
Hanya tinggal selang infus yang tertancap di pergelangan tangannya.
Kembali dokter Syam menatap pria yang masih betah berdiri di hadapannya itu.
Ia jelas tahu siapa sosok di hadapannya itu.
Hengky Mahardika Setiawan.
Pria itu adalah pemilik rumah sakit ini, meski pria itu tak memimpin langsung rumah sakit ini dan lebih memilih dirinya sebagai direktur rumah sakit ini.
Dan seseorang yang kini tengah dalam penanganannya itu adalah putra sulung sang pemilik rumah sakit.
Oleh karenanya, ia memutuskan untuk
menangani sendiri Rexy sejak kedatangannya dua minggu lalu dan sudah dalam keadaaan tak sadarkan diri.
Pemuda itu merupakan pasien pindahan dari rumah sakit daerah.
Mungkin ia di rawat lebih dulu di daerah ia mengalami kecelakaan, sebelum akhirnya keluarganya memindahkannya ke sini.
Kerumah sakit milik keluarganya sendiri.
" apa maksudnya dokter ? " tanya ibu Rexy yang bernama Inggrid Gracia Wijatmoko.
Dan kini lebih di kenal sebagai nyonya Inggrid Gracia Setiawan.
" Mas Rexy tidak mengalami gegar otak sama sekali.
Mas Rexy juga sudah melewati masa kritisnya.
Tinggal perawatan dan pemulihan saja nyonya " jawab dokter Syam.
" syukurlah ya Tuhan...Engkau masih menyayangi putra kami " pak Setiawan mengangkat kedua tangannya sembari mengucapkan syukur, dan di ikuti oleh sang istri dan putra keduanya, Ryu Mahardika Setiawan.
" kami akan segera memindahkan mas Rexy ke ruang perawatan besok pagi tuan Setiawan " jelas dokter Syam lagi dan di angguki oleh pak Setiawan.
Udara malam terasa semakin dingin menusuk tulang ketik Bu Inggrid mendekat ke arah Rexy yang nampak seperti tengah berusaha mengambil sesuatu di atas nakas.
" mau cari apa bang ? " tanya wanita berwajah lembut itu,
Ia memang tipe orang yang peka terhadap suara dan gerakan ketika tidur.
Itulah kenapa ia pun bisa terusik ketika Rexy berusaha bergerak dari berbaringnya.
" hand phone Rexy mana my...? " tanya Rexy.
" o... hand phone, tadi mommy minta Ryu membawanya, kayaknya rusak itu bang.
Ganti aja ya..." kata wanita itu lagi
" nggak nggak my, jangan, biarin aja..." Rexy seketika seperti panik medengar penjelasan sang momy.
Bu Inggrid mengerutkan keningnya.
" ada apa bang ?! " tanya Ryu yang ikut terbangun karena kegaduhan yang di sebabkan reaksi rexy atas kata kata sang momy.
" hand phone ku ada sama kamu ?! " tanya Rexy kemudian.
" o..hemm, ini ada di tas.
Kenapa emang.....rusak kayaknya bang. Ganti aja " kata Ryu sama seperty sang mommy.
" nggak usah, nanti aja abang benerin sendiri ke counter hand phone, atau kalau enggak ke anak anak lah... " jawab Rexy membuat mata mommy Inggrid dan Ryu membelalak.
Mareka tahu, anak anak yang di maksud Rexy pasti teman temannya.
Selama ini mereka cukup tahu Rexy mempunyai sangat banyak teman dari segala golongan di karenakan pergaulannya yang tergolong liar.
mereka juga tahu jika putra pertama mereka terkenal cukup badung dan urakan.
Asal tidak mecuri, bermain narkoba atau mabuk dan judi pak Setiawan dan bu Inggrid mencoba memaklumi kenakalan putra pertama mereka itu.
Mereka percaya, semua ada masanya...setiap anak juga memiliki karakter yang berbeda.
Sepertinya halnya Ryu putra kedua mereka yang sangat jauh berbeda dengan sang kakak.
Jika Rexy terkenal liar dan urakan.
Ryu justru terkenal lebih kalem dan anak rumahan.
Pemuda itupun mengikuti jejak sang kakek dari garis keturunan sang ibu yang berprofesi sebagai dokter.
" Di benerin...?! bukan di ganti aja ?! " tanya Ryu mengulang kata kata Rexy dan seolah tak percaya dengan ucapan sang abangnya itu.
Rexy tak pernah mau memakai barang yang cacat,
Itu yang selama ini ia tahu.
Tapi ini...
" nggak papa...sini in " minta Rexy kemudian, dan Ryu pun mengambil hand phone yang ada di tasnya dan menyerahkannya pada sang abang.
Rexy menatap hand phone yang layarnya sudah retak retak itu dengan dalam.
" kegencet kayaknya bang, keluarin sim nya aja kali kalau takut memorynya ilang " kata Ryu lagi.
Rexy hanya berdiam, dia masih sibuk menatap layar hand phonenya yang tak lagi berujud apik itu.
Entahlah..
Kenapa sejak ia terbangun dari ketidak sadarannya tadi, ia begitu ingin membuka hand phonenya itu.
Ia pun sangat kecewa ketika tahu, hand phonenya rusak dan tak bisa di buka.
Hand phone dengan harga selangit itu nyatanya menjadi salah satu korban kecelakaan tunggalnya.
Ia pun merasa sayang untuk mengganti hand phone itu. Karena di sana,
Di dalam memory hand phone itu banyak tersimpan foto foto çandid seseorang yang ia dapatkan dengan cara susah payah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Sabaku No Gaara
pantengin ahh...ampe akhir dari rexy
2024-05-31
0
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞꙳ᷠ❂ͧ͜͡✯ͣ۞ͪ௸
di tunggu up nya lagi kak
2024-05-31
0
Khafiza Achmad
cinta tak harus miliki .kamu tak disukai jangan memaksa,,,oh cinta memang membuat bisa gila/Shhh//Shhh//Shhh//Smirk//Smirk/
2024-05-30
0