Wisnu menoleh dan terkejut melihat kedatangan sang istri yang tiba-tiba. "Eh, ini perban Aya harus diganti, tadi lukanya kena pintu jadi darahnya keluar lagi. Jadi, ya aku bantuin dia untuk ganti perban!" jawab Wisnu.
Anna berjalan mendekati mereka berdua, sedangkan Aya, gadis itu tampak khawatir jika saja sang kakak marah dan curiga kepadanya.
"Maafkan aku, Mbak Anna. Aku nggak bermaksud menggoda suamimu, semoga saja Mbak Anna tidak berpikir macam-macam!" gumam Aya dengan rasa bersalahnya.
Sesampainya di dekat Aya, Anna melihat bagaimana cara Wisnu membuka perban adiknya, Aya terlihat meringis kesakitan karena luka itu terasa semakin perih.
"Awwwwww jangan keras-keras, Mas! Sakit!" pekik Aya.
"Iya sabar, memang sedikit sakit karena perbannya lengket ke lukanya, aku akan hati-hati, kamu tahan ya!" balas Wisnu sembari membuka perban itu sepelan mungkin. Aya kembali menjerit kecil sembari menggigit bibirnya. Melihat adiknya yang nampak kesakitan, bahkan Aya terlihat sampai menangis. Anna pun memaksa Wisnu untuk berdiri.
"Minggir, Mas! Kamu tuh sebenarnya bisa nggak sih buka perban? Buka gitu nggak becus! Kamu nggak lihat adikku sampai nangis gitu! Biar aku saja yang gantiin, kamu ambilkan saja larutan NaCL di kotak obat, biar aku lepas perbannya dengan itu supaya steril!" titah Anna kepada suaminya, lalu ia menggantikan posisi sang suami duduk di lantai.
Wisnu pun terkejut dengan sikap sang istri yang terlihat kasar. "Anna, dia sudah berani berkata kasar padaku? Ada apa sebenarnya? Apa yang terjadi padamu, Anna! Ini memang sangat aneh!" batin Wisnu yang memilih untuk mengikuti permintaan sang istri. Sedangkan Aya, gadis itu pun tak kalah terkejut melihat sikap sang kakak kepada kakak iparnya.
"Mbak Anna kok gitu ya sikapnya sama Mas Wisnu? Nggak seperti biasanya!" gumam Aya sembari melihat wajah Wisnu yang pasrah dengan sikap sang istri. Pria itu pun berdiri lalu segera pergi untuk mengambil larutan NaCL yang diminta oleh sang istri.
Aya melihat kepergian Wisnu, entah kenapa gadis itu tiba-tiba merasa kasihan kepada kakak iparnya lantaran sikap kasar yang ditunjukkan oleh Anna, istrinya sendiri.
"Kasihan sekali Mas Wisnu, dia kan cuma mau menolongku tapi kenapa Mbak Anna justru marah-marah!" pikir gadis itu mulai bingung. Setelah Wisnu keluar untuk mengambilkan larutan NaCL, Aya lantas berkata kepada Anna.
"Mbak Anna kenapa memarahi Mas Wisnu? Mas Wisnu nggak nyakitin aku kok, dia udah hati-hati, cuma aku aja yang nggak tahan sakit!" ucap Aya mencoba mencoba membela Wisnu.
"Mas Wisnu itu kasar. Mbak nggak tega lihat kamu kesakitan kayak tadi, Ay! Udah, biarin aja dia!" jawab Anna yang terkesan tidak mau perduli.
"Maaf sebelumnya, Mbak. Mbak kenapa sekarang kok jadi kasar sama Mas Wisnu? Padahal dulu Mbak nggak pernah ngomong dengan nada tinggi ke Mas Wisnu. Ada apa, Mbak?" Aya benar-benar penasaran dengan apa disembunyikan oleh sang kakak.
Anna tersenyum smirk lalu berkata. "Tidak apa-apa, Mbak cuma memberikan pelajaran kepada seseorang dan ...," Anna tidak melanjutkan kata-katanya karena ia tidak ingin Aya mengetahui rahasia yang ia sembunyikan.
"Dan apa, Mbak? Seseorang siapa yang ingin Mbak hukum? Mbak ingin menghukum Mas Wisnu? Tapi kenapa, Mbak?" Aya memberondong banyak pertanyaan kepada Anna, karena ia khawatir jika hubungan terlarangnya dengan Wisnu diketahui oleh Anna.
"Bukan, bukan apa-apa! Lupakan saja!" sahut Anna yang masih tidak ingin menutupi rahasianya. Tak lama kemudian, Wisnu datang dengan membawa larutan NaCL lalu ia memberikan larutan tersebut kepada istrinya.
"Ini NaCL-nya!" ucap Wisnu. Anna menoleh dan langsung menerima benda itu dari tangan suami. Tanpa berkata apa-apa, Anna segera menyiram larutan tersebut pada luka di lutut adiknya, lalu ia buka secara perlahan agar tidak menimbulkan infeksi.
Setelah perban terbuka, Anna kembali memerintah Wisnu. "Ambilkan obat Aya, Mas. Cepetan nggak pakai lelet!"
"Obat!" sahut Wisnu yang kembali terkejut dengan sikap Anna yang kasar.
"Iya obat! Kurang jelas ya aku ngomong?" ucap Anna dengan nada yang cukup keras.
"Hmm baiklah, aku akan ambilkan!" Wisnu pun beranjak pergi untuk mengambil obat luka yang sudah diresepkan oleh dokter untuk Aya. Sementara itu, Aya makin tidak tega melihat sang kakak ipar yang selalu disuruh-suruh.
"Ya Tuhan, apa yang terjadi pada Mbak Anna? Aku memang kesal sama Mas Wisnu, tapi jika Mbak Anna memperlakukan Mas Wisnu kek gini, kasihan juga dia. Kek nggak berharga banget jadi suami!" gumam Aya sembari memperhatikan Wisnu yang sedang mengambilkan obat untuknya.
Setelah Wisnu mendapatkan obat tersebut, pria itu segera memberikannya kepada Anna. "Ini obatnya!" seru Wisnu. Tanpa berucap apapun atau terima kasih, Anna mengambilnya dengan cuek.
Anna segera mengoleskan obat itu pada luka di kaki adiknya. Setelah itu, Anna kembali menutup perban yang baru agar luka itu bisa menutup.
"Sudah, sekarang lukamu sudah tertutup. Sebaiknya kamu tidur saja, Ay. Kamu harus banyak istirahat!" ucap Anna sembari meletakkan kaki adiknya di atas tempat tidur. Setelah itu ia kembali menyuruh Wisnu untuk mengembalikan obat itu pada tempatnya.
"Dan kamu, Mas! Kembalikan obat ini di sana, setelah itu kita tidur!" ucap Anna sambil menunjuk ke arah sebuah meja kecil di samping tempat tidur Aya. Tanpa basa-basi, Wisnu pun menuruti permintaan istrinya meskipun, sebenarnya dalam hati pria itu menyimpan berjuta pertanyaan kepada Anna.
Wisnu meletakkan obat itu di atas meja, setelahnya Anna segera mengajak Wisnu untuk meninggikan adiknya agar Aya bisa istirahat.
"Ayo kita pergi! Biarkan Aya istirahat!" titah Anna. Namun, rupanya Wisnu menolaknya. "Kamu duluan saja, nanti aku menyusul, aku baru saja membuatkan Aya makanan, dia pasti belum makan, bukannya kamu nggak masak hari ini. Jadi, aku membuatkan omelette untuknya!" seru Wisnu yang seketika membuat Anna menyipitkan matanya melihat omelette yang tersaji di atas piring di sebuah meja di kamar adiknya.
"Kamu membuatkan Aya makanan? Kamu pikir aku kakak yang jahat, Mas! Membiarkan adiknya kelaparan begitu! Tentu saja tidak, Mas! Aku sudah menyuruh Bi Asri untuk menyediakan makanan untuk dia. Jadi, kamu nggak usah sok pahlawan membuatkan Aya makanan, ngerti!" ucap Anna dengan tatapan matanya yang tajam sembari berjalan menghampiri omelette buatan Wisnu untuk adik iparnya.
"Hmm jadi kamu sudah membuatkan makanan untuk Aya, tapi kenapa kamu tidak memasaknya untukku juga? Aku suamimu, An! Ah tapi sudahlah, tidak penting juga. Kalau begitu biar aku bawa saja makanan ini dan biar aku makan sendiri!" jawaban Wisnu yang benar-benar membuat Aya semakin iba dengan pria itu. Kenapa Anna bisa secuek itu sekarang.
"Ya sudah, bawa lagi tuh makanan keluar. Aya nggak butuh makanan seperti itu, pasti itu tidak bergizi sama sekali. Baiklah, Ay! Mbak mau keluar dulu ya! Kamu istirahat saja, jika nanti kamu butuh sesuatu kamu bisa ngomong ke aku. Biar nanti Mbak nyuruh Mas Wisnu untuk mengambilkannya!" ucap Anna pamit. Setelah itu, Anna segera keluar dari kamar adiknya tanpa berkata apa-apa kepada sang suami yang hendak membawa omelette itu lagi.
Wisnu menghela napas berat sembari melihat omelette yang ia bawa. Mubazir sudah ia membuatkan Aya makanan. Pria itu beranjak pergi meninggalkan kamar sang adik ipar dengan perasaan kecewa karena sikap istrinya.
"Aku ingin tahu, seberapa jauh sikapmu kepadaku, Ann? Siapa kamu sebenarnya?" gumam Wisnu yang diliputi beribu pertanyaan untuk istrinya.
Pria itu lantas melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Namun sayangnya tiba-tiba Aya memanggil nama sang kakak ipar.
"Tunggu, Mas!"
Wisnu langsung menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang. Tampak Aya sedang menatap dirinya penuh iba sembari melihat ke arah piring berisi omelette buatan kakak ipar.
"Ada apa? Katanya kamu sudah makan, pantas saja kamu bilang nggak mau makan. Ya sudah, daripada tidak ada yang makan, biar aku bawa pergi saja ke dapur!" ucap Wisnu sembari tersenyum pasrah.
Tiada hujan tiada angin, tiba-tiba Wisnu terkejut saat mendengar ucapan sang adik ipar yang terdengar begitu jelas. "Nggak usah dibawa pergi. Sini, biar aku yang memakannya, sepertinya enak, apa aku masih boleh mencicipinya?"
Wisnu membulatkan matanya mendengar permintaan Aya yang tiba-tiba ingin memakan makanan buatannya itu, padahal sebelumnya gadis itu menolak dengan tegas.
"Kamu mau mencicipinya?" tanya Wisnu tak percaya. Aya tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
rahasia 🤔
2024-05-23
0
Kotin Rahman
eeeeemm smuanya msih mnjdi misteri.....baik anna atopun wisnuu.....entah siapa yg lebih dulu saling membuka tabir rahasia ituu....smgat Thoorr......👍👍👍💪💪💪💪
2024-05-18
2
19senja Kimpluk87
Perlu diselidiki...
2024-05-18
1