sudah beberapa hari ini Sasa tidak masuk ke kantor, berdiam diri di dalam apartemen tidak membuat ia merasa lebih baik. Ia merasa semakin terpuruk dan Ia tidak mampu untuk melupakan Wahyudi sedikit pun.
Sasa masih terpaku di atas tempat tidur nya. air matanya masih selalu menetes. rasa sakit terabaikan begitu melukai nya. setiap saat Ia melihat ponsel nya. berharap Wahyudi menghubungi nya, Ia berharap keajaiban itu akan datang. Nada dering di ponselnya sudah di rubahnya hingga volume tertinggi.
matanya berulang kali melihat layar ponsel tersebut. Ia ingin sekali menghubungi Wahyudi. namun di mana letak harga diri nya. Ia masih berharap dengan Wahyudi.
Sasa memukul-mukul bantalnya, Ia berteriak sekuatnya, dan kemudian Ia menagis sejadi-jadinya
Sudah beberapa hari ini Sasa makan tidak karuan bisa di katakan Ia lebih sering tidak makan seharian. Ia hanya berdiam diri di dalam apartemen miliknya tanpa melakukan apa-apa.
tubuhnya terasa amat lemas, wajah nya mulai pucat.
Sasa berdiri dari tempat tidur, saat dia mendengar kan suara bel. Sasa berlari kearah pintu tersebut. dengan cepat ia membuka pintu , dan berharap Wahyudi lah yang akan datang namun begitu ia membuka pintu yang di lihatnya adalah Rasid.
pria itu tersenyum begitu manis saat melihat nya. wajah Sasa tampak begitu kecewa saat melihat siapa yang datang.
seperti biasanya, orang itu masuk tanpa di persilahkan. Sasa hanya diam melihat sikap sesuka hati tamunya yang menganggu acara menisnya. matanya masih menatap punggung lebar pria tersebut.
"Mbak mandi gie, aku mau ngajak Mbak jalan-jalan romantis." ucap pemuda itu.
"Jalan-jalan romantis?" tanya Sasa
"Naik kapal pesiar?" ucap Sasa yang masih berdiri di tempatnya.
" Bagi orang kalangan atas, jalan-jalan romantis itu baik kapal pesiar Mak. Tapi bagi orang kalangan menengah seperti aku ini , jalan-jalan romantis ya naik motor mbak." Ucap Rasid sambil bergaya sedang menggas motor nya. dengan senyum jenakanya.
Sasa tertawa melihatnya. " Boleh deh Mbak mandi bentar ya," ucap Sasa.
"Ia Mbak," jawab Rasaid sambil mencacarkan pantatnya ke atas sofa.
Hampi satu jam Rasid menunggu Sasa namun Sasa masih belum keluar. sepulang dari kantor, Ia langsung menuju ke apartemen Sasa. Ia berencana untuk mengajak Sasa jalan-jalan. Sasa sudah di anggap nya seperti kakaknya sendiri, begitu juga Sasa yang sudah menganggap Rasid seperti adeknya sendiri.
" Sid, Mbak sudah siap,"ucap Sasa saat dia
berdiri di dekat Rasid. Sasa memakai baju kasual putih, celana jin berwarna dongker dan juga sepatu santai. Sasa memakai kacamata berwarna biru namun transparan untuk menutupi matanya yang sembab
***
"Pakai Mbak," ucap Rashid saat Ia memberikan helm kepada Sasa
Sasa naik ke atas motor tersebut setelah memakai helm di kepala nya. Rasid memutar kepalanya dan melihat Sasa, Ia melengketkan tali pelindung helem tersebut." Centelannya wajib di pakai Mbak," ucapnya Ia kemudian memandang ke depan.
" Siap mbak?" tanya pria itu sebelum mengas motor nya.
" Siap," jawab sasa yang duduk di belakang dengan suara yang cukup keras.
Rasid mengendarai motor matic nya dengan kecepatan sedang. Sasa tidak tahu kemana Rasid akan membawanya namun ternyata Rasid berhenti di warung pecel lele.
"Isi bensin dulu ya Mbak ucapnya sebelum Ia turun dari motor
mereka makan di warung pecel lele tersebut melihat wajah saat sayang sudah mulai memucat, Rasid merasa sangat kasihan melihat Sasa, hatinya terasa begitu sakit. Dia tidak tahu apa yang terjadi namun yang pasti ada hubungan Wahyudi. tidak banyak yang mereka bicarakan saat makan. Sasa tampak banyak melamun.
Setelah selesai makan Rasid mengajak Sasa untuk sholat terlebih dahulu berhubung sudah magrib.
" Kita sholat bentar ya Mbak udah Magrib nih," ucapkan Rasid.
"Tapi Mbak nggak bawa mukena Sid," ucap Sasa sambil memandang Rasid.
"Gak apa Mbak Di masjid ada mukenanya, di sini mukenanya bersih kok mbak soalnya jarang ada yang memakai mukena masjid biasanya jamaah nya membawa mukena sendiri." Ucap pria itu panjang lebar
Sasa menganggukkan kepalanya.
Mereka sholat di masjid tersebut, setelah selesai sholat Rasyid menunggu Sasa di teras masjid. Ia melihat Sasa keluar dari dalam masjid dan mereka menuju ke parkiran motor.
Rasid mengemudi motornya dengan kecepatan standar Iya terus bercerita di atas di atas motor. Sasa tertawa saat mendengar Rasid bercerita, Ia melupakan kesedihannya. saat ini Sasa tidak tau kemana Rasyid mengemudikan motor tersebut. Motor itu menuju ke jalan yang sepi. saat ini mereka melewati jalan setapak yang hanya di lalui kendaraan roda dua kiri kanan ada perobohan.
" Kita mau ke mana?" tanya Sasa.
"Nanti juga tahu kok Mbak , " Jawab Rashid santai.
" Tapi kenapa tempatnya sepi," tanya Sasa yang mulai takut.
Rasid tertawa. " Tenang aja Mbak aku enggak niat kok untuk merampok di sini. lagian kalau niat ngerampok kamu, pasti aku tadi ngotot bawa mobil Mbak. atau Mbak ada harta berharga selain dari mobil, HP," tanya rsaid kembali dengan cengengesan.
Sasa memukul pundaknya. " Emang kamu sid," ucapnya.
Dari atas motor tersebut, Sasa mulai menangkap tujuan kemana rasid akan membawanya. Sasa melihat di depan sudah tampak air yang begitu tenang sepertinya ini merupakan danau.
Rasid kemudian memberhentikan motornya tidak jauh dari danau tersebut.
"Ayo Mbak turun," ucapnya.
pria itu membuka kunci job motor nya dan mengeluarkan tikar lipat dari dalam job tersebut.
Sasa mengikuti langkah Rasyid Mbak boleh bergelayut manja di lengan aku, meluk aku, atau bersandar di bahu aku," ucap Rasid
yang tidak di jawab Sasa.
mereka duduk di pinggir danau Rasyid meletakkan tikar yang sudah dibawanya. " Biar jangan kotor Mbak, aku sengaja membawa tikar, biar kencang kita gak ada gangguan." Ucapnya sambil memandang Sasa yang sudah duduk di sebelah nya.
" Gangguan apa?" tanya Sasa yang memandang ke arah danau yang ada di depan mereka.
" Aku takut celana Mbak jorok dan Mbak bakalan marah deh," ucapnya nyengir
" Disini sangat nyaman tenang Mbak yang pasti nggak ada yang bakalan ngetawain kita, tempat ini juga cukup aman kok Mbak." Ucapnya lagi.
Sasa membuka kacamatanya. Rasyid mengeluarkan batu dari dalam kantong celananya. Melihat batu yang dikeluarkan Rasyid keningnya tampak berkerut " Kapan kamu ngambil batu-batu ini," tanya Sasa.
Rasid tertawa " Aku mungut di jalan Mbak, sebenarnya malu sih Mbak mungut batu di jalan tapi demi Mbak rasa malunya aku tepis," ucapnya sungguh-sungguh.
Sasa tertawa saat mendengar ucapan Rasid.
" Mbak bisa bayangin seperti apa kamu mungutin batu terus orang yang lewat pada mandang-mandangin kamu," ucap Sasa yang tidak henti-hentinya tertawa.
" Senang banget sih Mbak lihat penderitaan Aku," ucap pria tersebut dengan raut wajah yang dibuat sedih.
Aku mungutin batu-batu dijalan biar Mbak bisa melempar-lempar batu ini kedalam danau," Ucapnya kemudian.
Sasa kemudian mengambil batu yang dipegang Rasyid. Ia mulai melemparkan batu tersebut satu persatu kedalam danau. Ia melemparkan batu tersebut sekuat tenaganya. saat batu yang di keluarkan Rasid itu sudah habis, pria itu kembali mengeluarkan batu dari kantong celana nya yang satu lagi. Sasa kembali melempar kan batu-batu tersebut.
" Mbak boleh nangis kok, Aku nggak bakalan nanya apa-apa," ucap Rasid sambil menepuk-nepuk pundaknya petanda Ia memberikan pundaknya untuk Sasa bisa menangis.
Sasa bersandar di pundak Rasid kemudian Ia memeluk tubuh kekar dan keras tersebut. Ia mulai menagis sejadi-jadinya.
" Mbak sudah di tinggalin Mas Wahyudi Sid. dengan begitu mudahnya Dia bilang kalau dia sudah di jodohkan. bagaimana mungkin dia bisa memutuskan Mbak dengan alasan yang kolot seperti itu Sid. kalau Dia benar-benar cinta sama Mbak, Dia pasti akan mempertankan Mbak Sid. tapi nyatanya apa?
Dia bilang 3 bulan lagi dia bakalan menikah,"
ucapnya sambil mempererat pelukannya.
Rasid mengusap punggung Sasa.
" Kita punya hati Mbak, tapi kita tidak tau kepada siapa hati ini akan kita berikan. disaat kita memberikan dengan orang yang tepat, maka kita akan merasa menjadi manusia yang paling bahagia. namun bila kita memberikan untuk orang yang salah, maka kita tidak tau kapan hati kita akan sembuh dan tidak merasa sakit lagi. di saat kita melihat orang yang kita cintai, hidup bahagia dengan orang lain. hati ini perih, namun melihat senyum orang yang kita cintai terlihat begitu bahagia maka kita akan merasa tenang. lucu memang Mbak. namun seperti itu lah hati," ucap pria tersebut.
Sasa memandang Rasid. Setelah apa yang sudah Mbak berikan, dia ninggalin mbak begitu aja Sid," ucap Sasa.
" Aku yakin, mbak akan menemukan yang jauh lebih baik," ucapnya menenangkan.
Sasa menggeleng-gengkan kepalanya.
cukup lama mereka ada di danau tersebut. Rasid mengajak Sasa untuk pulang. saat di lihatnya sudah jam 10.
"Bagaimana kamu tau tempat ini?" tanya Sasa saat Ia Sudah duduk di belakang Rasid.
" Aku sering bawak anak-anak murid aku latihan silat di sini. saptu sore dan Minggu pagi. rumah aku juga dekat sini. ucapnya yang membuat Sasa mengangukan kepalanya
" Makasih ya Sid," ucap Sasa.
Rasid tersenyum dan kemudian mengusap pundak Sasa. " Iya Mbak," jawabnya
*******
like,komen dan votenya ya.
😊😊😊🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Nur Khasanah
nasibmu sama dengan ku sa..
aku baca ini jadi ingat masa lalu...😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
tapi aku bersyukur... di pertemukan dengan suamiku.
yang mau menerima aku apa adanya....
benar apa yang di katakan Rasid...
2021-05-31
0
Wulandari
typo nya itu
kadang bikin bingung mengartikan bacaannya .
2021-02-11
0
Christina Risna
rasyid lah cowok baik jodohnya sasa..
2020-12-03
0