sasa lebih banyak diam, iya begitu sibuk dengan pemikirannya." ada apa dengan masuk Wahyudi ?" tanya sasa dalam hati.
Sasa mengingat bagaimana saat Wahyudi datang semalam ke apartemen miliknya.
wajah pria itu tampak begitu kacau
biasanya Wahyudi pasti begitu mesrah kepada nya. namun, mengapa kali ini ia berbeda. Ia datang dengan wajah yang begitu kusut tanpa banyak bicara dan kemudian saat salsa bangun Wahyudi sudah tidak ada di sampingnya. sasa sempat berpikir bahwa ia hanyalah bermimpi namun aroma parfum pria tersebut sungguh lengket di baju tidur yang dipakainya. Sasa memijit pelipis keningnya yang terasa begitu berat selama ini ia selalu bersabar untuk menunggu Wahyudi membawanya ke rumah orang tuanya memperkenlkan dirinya. namun sampai saat ini Wahyudi tidak pernah melakukannya , pria itu selalu mengatakan "aku akan mencari waktu yang tepat ." hanya itu selalu yang diucapkan oleh Wahyudi ia menjalin hubungan dengan Wahyudi sudah hampir 2 tahun.
hubungan mereka juga begitu intim. Sasa mengembuskan napasnya dengan begitu keras, seakan ia ingin meluapkan segala sesuatu yang ada di dadanya. sepertinya dugaannya bahwa keluarga Wahyudi tidak menyukainya, namun bagaimana mereka tidak menyukainya sedangkan mereka tidak pernah berjumpa.
*****
habibi memandang layar ponsel nya yang menyala. Ia melihat nama Wahyudi muncul di layar ponsel tersebut. Ia sedikit mengerutkan keningnya dan kemudian mengangkat telpon tersebut.
Habibi menempelkan benda tipis itu di telinganya
"halo ." ucapnya kemudian
"hallo bi lu dimana?" tanya Wahyudi.
" di kantor." jawab Habibi.
" bi, gue mau jumpa sama lo "ucap Wahyudi.
kening Habibi berkerut saat ia mendengar bahwa sahabatnya itu meminta berjumpa dengannya bukankah biasanya sahabatnya itu akan langsung datang ke kantornya bila ada perlu, tanpa pernah mau buat janji terlebih dulu.
"langsung aja ke kantor". jawab Habibie
"Gue nggak bisa ke kantor lu Bi, sekarang gue ada di coffee shop yang tidak jauh dari kantor elu, tempat biasa kita nongkrong. gue tunggu lu di sini ". ucap Wahyu
" ini jam kantor." jawab habibi.
"gue tunggu lu sekarang."
tanpa menunggu jawaban balasan dari sahabatnya Wahyudi sudah mematikan ponselnya.
30 menit setelah ia menghubungi Habibi, sahabnya itu datang ke coffee shop tersebut.
Habibi melihat Wahyudi yang terlihat begitu kacau. pria yang selalu berpenampilan rapi bersih dan gajah tersebut, kini terlihat dengan rambut yang acak-acakan dan juga baju yang sudah tidak karuan. wajahnya tampak begitu menyedihkan. sudah tidak terlihat lagi penampilan rapinya seperti seorang dokter.
"lu kenapa?" tanya habibi.
"kenapa nggak langsung ke kantor gue?" ucap habibi kemudian.
"Gua nggak mau ketemu sama Sasa." jawab nya. sambil mengusap wajahnya dan mengacak-acakan rambutnya Ia juga meremas-remas rambutnya tersebut.
"ada apa?" tanya Habibie kembali
"hati gue hancur bi." ucap Wahyudi liriknya.
" Ada masalah?" tanya habibi yang masih mempertahankan sahabat nya itu.
" Selama ini mama sama papa gak pernah mau menerima Sasa karena mereka mau gue nikah sama Lely. " ucapnya, yang membuat sahabnya itu terkejut.
"Gue gak salah dengar kan? " tanya habibi berusaha untuk menangkap kembali apa yang di katakan Sahabatnya.
Wahyudi menggeleng kan kepalanya.
" Mereka lebih menyayangi Anak pungut nya dari pada gue yang anak kandung." ucap Wahyudi yang memandang entah ke mana
habibi hanya diam, Ia tidak mampu untuk berbicara lagi. Ia sangat tau seperti apa Wahyudi dengan Lely. Ia juga tidak mengerti jalan pikiran Tante Marlina dan juga om Rudy.
Habibi tidak bisa membayangkan bagaimana Lely bisa bertahan dengan Wahyudi dan Wahyudi bisa bertahan dengan lele. selama ini Wahyudi tidak pernah mau berbicara dengan Lily. Wahyudi begitu membenci Lely walaupun Lely terlihat begitu menyukai Wahyudi. Habibie sangat sangat prihatin melihat nasib sahabatnya itu.
"apa Sasa sudah tahu ?" tanya habibi yang memijat pelipis keningnya.
Wahyudi menggelengkan kepalanya" belum." jawabnya.
"Lely sudah di Indonesia ?" tanya Habibi.
"Dalam Minggu ini dia akan kembali." jawaban Wahyudi.
Habibi menghembuskan nafasnya dengan sangat kasar. seakan permasalahan tersebut begitu berat menurutnya.
"Apakah kau tidak bisa meyakinkan Tante Marlina dan Om Rudi." tanyanya kembali.
"percuma bi ." jawab Wahyudi .
"apa lu nggak berusaha agar Tante Marina bisa jumpa sama Sasa ?" tanya Habibi.
"Berulang kali gua minta agar mana dan papa mau berjumpa dengan Sasa. tapi mereka menolak bi."
Habibi kembali diam. pada akhirnya dia hanya diam dan duduk melihat Wahyudi dengan tatapan penuh keprihatinan.
******
beberapa hari ini Wahyudi tidak datang ke rumah sakit, Ia beralasan bahwa Ia sedang sakit. Ia juga tidak mengaktifkan ponselnya. Wahyudi hanya berdiam diri di dalam kamarnya Ia akan keluar dari kamar apabila ia merasa lapar dan juga haus. Ia sudah kehilangan semangat, dia juga tidak sanggup untuk menemui sasa. Wahyudi tidak tahu Sampai kapan ia akan seperti ini . apakah dia akan berbicara dengan Sasa namun membayangkan untuk berbicara dengan Sasa, Wahyudi benar-benar tidak mampu.
Sudah berapa hari ini dia tidak mendengar kabar Sasa dia tidak tahu seperti apa Sasa sekarang.
Lely adalah orang yang paling dibencinya dan sampai kapanpun ia pasti akan membenci Lely . sejak kehadiran Lely ya sudah kehilangan kasih sayang dari kedua orang tuanya Marlina dan juga Rudi lebih membela Lely dari pada Wahyudi bahkan sikap-sikap Marlina tampak berbeda dan Wahyudi sangat membenci Lely. Wahyudi tidak bisa mengungkapkan bagaimana ia membenci Lely. membayangkan menikah dan tinggal serumah sama Lely. sungguh membuat Ia gila.
Wahyudi hanya berbaring baring saja di atas tempat tidur sambil membaca buku.
"siapa ". ucap Wahyudi saat ia mendengar suara ketukan pintu dari luar.
"Bik Iyem deh." jawab bik iyem yang berdiri di depan pintu kamar Wahyudi
" masuk Bi nggak dikunci." jawab Wahyudi yang masih fokus dengan buku yang ada di tangannya.
" maaf den tuan sama nyonya meminta agar aden turun ke bawah . " ucap bik Iyem
" mereka sudah pulang?" tanyalah Wahyudi.
" sudah den." jawab Bi Iyem.
Wahyudi turun dari atas tempat tidurnya dan berjalan dengan begitu malasnya saat ini ia sangat malas untuk berjumpa dengan kedua orang tuanya tersebut ia benar-benar ingin menenangkan pikirannya.
Wahyudi berjalan menuju ke tempat duduk Marlina dan juga Rudi yang berada di sofa ruang tamu.
"Ada apa ?" tanya Wahyudi saat ia sudah duduk di sofa tersebut.
kepulangan Lely lebih dipercepat daripada yang kemarin dikatakannya, dan saat ini Lely sudah di bandara. Mama mau kamu menjemputnya ucap Marlina.."
ya ela ma, tinggal naik taksi aja. selesai kan. ucap dengan begitu kesalnya. "naik taksi juga juga bisa jawab Wahyudi.
"Lely baru datang dari Kanada kamu suruh dia naik taksi online." ingat Lely itu calon istri kamu. ucap Rudi. dengan nada yang terdengar tinggi, menandakan pria itu begitu menaha emosi.
"aku lagi capek pa" jawab wahyuti tanpa memandang Rudi yang ada di depannya ia benar-benar tidak ingin melihat wajah kedua orangtuanya itu rasanya ia masih sangat marah.
"Mama nggak mau tahu kamu jemput Lely." tegas Marlina yang tidak bisa dibantah oleh siapapun termasuk Wahyudi dan juga Rudy.
"aku pusing ma jawab Wahyudi."
Mama nggak mau tahu pokoknya kamu jemput Lely kalau , kamu pusing ya minum obat jawab Marlina dengan begitu kesalnya.
"obat tuh nggak mempan untuk menghilangkan rasa sakit kepalaku ini mah." jawab Wahyudi penuh nada penolakan.
"oh begitu." ucap Marlina.
"ma aku butuh ketenangan." jawab Wahyudi.
"ketenangan Apa yang kamu cari." ucap Marlina yang melotot kan matany
" setelah melakukan perdebatan. sehingga Wahyudi pergi menjemput Lely.
******
like, komen dan vote nya ya reader. biar author lebih semangat .
terimakasih ya atas dukungan reader semu.
😊😊😊🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
kasian Sasa Yudi tak bertanggung jawab
2023-12-02
0
Cahyaniya
menurut aku Si jgn berlebihan orng tuanya knp gk Tumbu sendiri cintanya
2023-07-26
0
Kazutora Kazutora
🤔🤔🤔
2022-12-08
0