“Menurutmu sebagai wanita atau karena aku gadismu?” tanya Kahis penuh selidik membuat Carlio mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
“Ah sialan! Entah aku yang lemah atau kau yang pandai membaca isi hati orang,” ujar Carlio mencebik, Kahis hanya mengedikkan bahu dan menarik lelaki itu untuk kembali menghadapnya.
Kahis sedikit bangkit dari duduknya karena jarak tinggi mereka sedikit jauh berbeda. Carlio menahan nafasnya karena ia begitu dekat dengan gadisnya, Kahis menahan tubuhnya dengan satu tangannya di pundak Carlio. Pria itu kini bertelanjang dada.
“Tidak sekalian aku pangku saja?” ledek Carlio membuat Kahis kesal dan menekan kapas ke wajah Carlio hingga empunya meringis ngilu.
“Sakit, Kahisyana,” rengek Carlio gemas.
“Sebentar,” Lelaki itu mengerucutkan bibir namun setelah mendapati sesuatu yang tak seharusnya ia lihat langsung saja menutup matanya rapat.
“Nona,” cicit Carlio yang dibalas deheman Kahis. “Kancingkan dulu pakaianmu, jangan buat aku menyesal tidak melihatnya,”
Kahis langsung menjauhkan dirinya dari Carlio, menatap pakaiannya … astaga, sialan!
“Mesum, kenapa tidak dari tadi kau beritahu,”ringis Kahis menahan malu, belahan dadanya sangat terbuka hampir terlihat seluruhnya.
“Tidak perlu malu, aku sudah pernah melihatnya saat menemukanmu dan saat bangun tidur bersama dirimu,” goda Carlio kepada Kahis yang terkejut.
“Lupakan itu, jangan membuatku telat mengobati dirimu,” lontar Kahis mengalihkan topik, tubuhnya segera bangkit mendekatkan pada Carlio.
Kahis meletakkan telapak tangannya lagi pada pundak Carlio, fokus mengobati. Carlio yang tengah melawan nyamuk yang tiba-tiba datang untuk menyerang Kahis segera membuat pukulan mematikan di lengan Kahis hingga keseimbangan keduanya tidak stabil.
Cup.
Keduanya terkejut bukan main, benda kenyal nan basah itu saling bertubrukan dan alhasil Kahis terjatuh dalam pangkuan Carlio. Kahis beranjak bangkit tiba - tiba namun Carlio menahan pinggang Kahis agar semakin mendekat.
Carlio menyesap lalu melumat bibir Kahis lembut, gadis itu tidak bisa menolak. Kahis menikmati lumatan dari Carlio yang semakin dalam. Carlio tetap menikmati benda merah yang selalu menarik baginya, manis. “Buka sedikit, Nona,”
Kahis yang tidak tahu apa-apa menuruti Carlio, mempersilahkan lidah lelaki itu melesat menautkan dengan lidahnya sendiri. Kahis bergerak tak nyaman, tetapi masih menikmati ciuman Carlio. Seperti ini’kah bercumbu? Kahis meletakkan kedua telapak tangannya di dada bidang Carlio, lelaki itu bertelanjang dada.
Carlio menahan pergerakan Kahis yang bisa saja mengusik tempat yang lain, mempersempitkan jarak mereka. Carlio memegang tengkuk Kahis, mendorong gadisnya itu lebih dekat dengannya. Kahis semakin merasa tak nyaman setelah merasakan rasa yang begitu membuncah.
Gadis itu tidak kuat menahan napasnya, memukul dada bidang Carlio meminta ruang bernapas. Carlio mendesah kecewa, terpaksa melepaskan pagutan mereka. Kahis menghirup udara banyak - banyak setelah bisa mendapatkan napas sebebasnya.
“Gadisku gemas,” ujar Carlio sembari mencubit hidung Kahis hingga merah, bibir mungilnya itu terlihat membengkak memerah akibat ulah Carlio. Kahis mengerucutkan bibirnya sebal, Carlio dengan sergap memberikan kecupan berkali-kali pada Kahis.
Kahis ingin memberontak tetapi Carlio menahannya. “Ssttt, jangan bergerak seperti itu,” ucap Carlio sayu, memeluk Kahis yang kebingungan. Memangnya kenapa?
“Kenapa?” tanya Kahis bingung.
“Sedikit tahu lebih baik,” ujar Carlio menepuk-nepuk rambut Kahis membuat gadis itu mengerucutkan bibir.
“Siapa yang menamparmu?”
Deg. Kahis bingung.
Lelaki itu membelai lebam kemerahan di pipi Kahis, tapi gadis itu menolak dan menyembunyikan wajahnya. Sialan, bagaimana?!
“Aku habis membentur tembok,” gumam Kahis, lelaki itu menyerengitkan kening lalu menggeleng pelan sembari memaksa Kahis memperlihatkan pipi gadisnya yang bebercak kemerahan.
“Jangan berbohong ini sungguh tamparan,” serdik Carlio mengelus pipi Kahis dengan lembut, tapi itu sangat nyeri.
“Sakit,” desis Kahis dengan rengekan membuat Carlio nenahan emosinya.
“Baiklah jika kamu tidak memberitahuku, aku akan mencari tahu sendiri,” tutur Carlio enteng membuat gelagapan saat Carlio akan beranjak, mengangkat Kahis dari pangkuannya tapi gadis itu menahan Carlio sembari menggeleng pelan menatap wajah calon kekasihnya.
“Jangan membuatku bertindak kasar padamu,” sahut Carlio, tanpa ia harapkan Kahis tiba-tiba menelusupkan wajahnya pada dada bidang Carlio lalu memeluknya erat.
“Apa kau tidak mau bermalam bersamaku?” cicit Kahis terdengar seperti bergumam, lelaki yang dipeluknya itu terkekeh kecil.
“Bermalam apa?” tanya Carlio yang masih terkekeh, Kahis mendongak menatap bingung Carlio yang kini tengah menaikkan alisnya sembari menyunggingkan senyum, ia menggeleng pelan.
Carlio mengecup berkali-kali bibir mungil Kahis, berpindah ke pipi, hidung lalu kening. Gadisnya hanya bisa menerima serangan kecil dari Carlio. “Tidak mau tidur bersamaku?” tanya Kahis sekali lagi.
“Tidak, bukan begitu.”
Tanpa aba-aba lelaki itu mengangkat Kahis yang masih memeluk dirinya. Merebahkan Kahis ke ranjang dengan hati-hati dan Carlio segera menyusul berbaring di samping Kahis yang menatap wajahnya lalu bergulir ke dada dan perut Carlio yang tercetak sangat jelas, bisep dan perut kotak-kotak sangat menonjol menghiasi badan kekarnya.
“Tidak pakai baju?” tanya Kahis pada Carlio yang juga tersadar.
“Hanya dilihat olehmu tidak apa-apa’kan?” goda Carlio.
Dengan ragu ia mendekatkan diri pada Carlio, tangannya terangkat lalu ia letakkan di perut Carlio. Ia merasa penasaran lalu mengelus perut tak rata itu, saat pergerakannya hampir mengenai perut bawah lekaki itu segera menahan lalu menggeleng.
“Entah kau yang memang benar-benar polos atau sengaja menggodaku, Nona.” tutur Carlio dan Kahis baru tersadar dengan apa yang ia perbuat.
“Semua pria sama saja!” ketus Kahis segera berbalik memunggungi Carlio. Lelaki itu tersenyum, menghampiri Kahis lalu memeluknya dari belakang dan mengecup pipi Kahis hati-hati.
“Aku mencintaimu,” gumam Carlio berbisik pada Kahis yang sedang tersadar. Gadis itu memilih untuk diam, menentukan perasaan yang membuncah dalam dirinya yang entah benar benar didasari oleh perasaan atau naluri yang hany mengikuti rasa penasaran.
Ceklek
“Bocah zaman sekarang, enak banget mesra-mesra aku kok enggak pernah,” ujarnya dengan pelan, mengambil selimut yang sempat terjatuh dari ranjang lalu menyelimuti keduanya yang saling memeluk erat.
Langkahnya berporos ke arah yang lain, menghampiri jendela yang terbuka dengan tirai yang kelebes akibat hujan dan mulutnya berdecak menghela napas. Menatap kekosongan yang terasa saat melihat alam luar, tiba-tiba ingatannya mengingat kejadian yang lalu hingga membuatnya menggelengkan kepala.
“Apalah aku ini, udah lama gitu masih dipikirin,” keluhnya sembari menyunggingkan senyum dan kemudian senyumnya itu memudar, ia berbalik menatap satu pasangan yang tengah nyenyak berhangatan lalu ia bersidekap dada.
“Gimana lagi kalo udah jadi perasaan,” tuturnya lagi, melangkahkan kaki meninggalkan ruang kamar lalu menutup pintunya dengan sangat hati-hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
hazelsgn
hehe
2024-05-04
3