“Mengapa kau menghalangi jalanku?!” sungut Kahis tak terima kemudian menjauh dari pria menjengkelkan yang wajahnya tak terlalu begitu asing dilihat olehnya.
Pria itu bangkit berdiri, menatap Kahis ikut tak terima juga sembari memandanginya dari atas sampai ke bawah. “Pengacau!” dengus Glenio menyerdik Kahis.
“Kau yang pengacau sialan, selalu mengacau!” balas Kahis menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
“Apa maksudmu? Oh gadis pribumi arogan itu?!” hardik Glenio dengan tatapan sinis.
“Sialan, dasar manusia tidak tau diri!” teriak Kahis lantang.
“Gadis kolot yang nekat berkuda, jika terjadi apa-apa kudaku bagaimana?!” Gleniopun tak mau kalah hingga akhirnya Carlio datang memandangi keduanya.
“Sudahlah, Kak. Kau jangan mengganggunya,” ujar Carlio kepada Glenio dengan nada rendah, Glenio langsung melotot dan mendengus kesal.
“Apa - apaan? Seenaknya saja membela kekasih padahal dia yang salah!” bantah Glenio kepada Carlio.
“Aku kekasihnya manusia ini? Hingga Indo Belanda berdamai itu tidak akan mungkin terjadi!” tolak Kahis membuat pasangan saudara kakak adik itu bersusah payah menelan ludahnya.
Glenio memutuskan dirinya segera pergi tapi sebelum itu ia menepuk pundak adiknya.
Sekarang hanya tersisa mereka berdua yang sambil bertatap muka. Carlio menghampiri Kahis yang menjatuhkan badannya untuk duduk di atas rumput dan kemudian mengecek bagian kaki untuk memperlihatkan mata kakinya yang tampak terkilir.
Carlio memandangi Kahis dan kesekian kalinya gadis itu meringis. “Kemari, perlihatkan padaku,” pinta Carlio.
Gadis itu belum merespon, dirinya mendongak menatap pria beriris abu-abu itu. Lalu ia meluruskan kakinya, mempersilahkan pria asing itu. Carlio tanpa segan mengangkat telapak kaki Kahis ke pahanya dengan telaten Carlio menarik ulur hingga membuat Kahis meringis.
“Memang sakit tapi nanti perlahan akan sembuh, coba gerakan,” Carlio berbicara banyak dan Kahis menuruti perkataannya, telapak kakinya tidak senyeri tadi.
“Terima kasih, Tuan,” ujar Kahis membuat Carlio menganggukkan kepalanya berkali-kali.
“Aku Carlio, belum sempat kita memperkenalkan diri,” salam Carlio mengulurkan tangan besarnya untuk meminta berjabat tangan.
“Aku tidak perlu memperkenalkan diri, kau juga sudah tahu’kan?” tanya Kahis membuat Carlio menggaruk pelipisnya yang tak gatal.
NGRIIIIKKK!
Derapan langkah milik Crol dari arah belakang Kahis membuatnya terkejut langsung bersiap berlari mengantisipasi tapi sebelum itu Carlio menahan pergelangan tangan Kahis. “Dia sudah merasa aman, ayo.”
“Tidak akan kupercaya omonganmu,” tolak Kahis segera ingin berlari.
“Percaya saja, ayo!” Carlio menarik Kahis untuk mengikutinya menghampiri Crol yang mengais-ngaiskan kakinya berulang-ulang kali.
“Terus apa yang akan kau tunjukkan padaku?” tanya Kahis mengacakkan pinggang.
“Sebelum kau tahu, berikan aku izin terlebih dahulu,” pinta Carlio membuat Kahis keheranan. Lelaki jangkung itu meletakkan tangannya di antara pinggang Kahis, lalu mengangkatnya agar bisa naik ke atas Crol.
“Sialan, tidak sopan!” sentak Kahis setelah berada di atas Crol. “Ah, turunkan! Aku takut dengan kuda ini cepat turunkan!” pinta Kahis dengan nada memelas pada Carlio, lelaki itu tergelak tak terganggu sekali saat Kahis menarik-narik pakaiannya.
“Tenang, Nona!” balas Carlio dirinya langsung menginjak pedal pada Crol dan menjatuhkan diri di belakang Kahis. Gadis itu langsung mendelik.
“JANGAN MACAM-MACAM!” sentaknya sedikit cemas pada Carlio, lelaki itu hanya tersenyum sembari memegang tari pengekang.
“Tidak percaya padaku, Nona?” tanya Carlio pada Kahis, tubuh Kahis terlihat sangat tenggelam di antara Carlio.
“P-percaya tapi tidak juga,” balas Kahis dengan nada gugup, lelaki itu kemudian memegang pinggang Kahis lagi untuk memundurkan lalu mendekatkan posisi tubuh mereka.
“Jangan seperti bebas menyentuh tubuhku,” cicit Kahis membuat Carlio menghela nafas, ia membenarkan rambut Kahis yang terkibas karena angin, menyentuh wajah tegasnya.
“Maaf Nona, nanti kau bisa terjatuh ke depan,” gumamnya sedikit dekat dengan Kahis membuat gadis itu bergidik.
“Pegang tali ini,” Kahis tidak langsung menerimanya, ia berbalik menatap wajah Carlio yang sangat dekat dengan wajahnya, hidung milik mereka pun sudah hampir bersentuhan.
“Modal dusta, bisakah mundur sedikit? Badan besarmu sangat menempel padaku,” dengus Kahis membuat Carlio terkikik geli.
“Nanti saya terjatuh, Nona. Bukankah sebenarnya Nona memang sangat ingin menaiki Crol?” sahut Carlio menaik-turunkan alisnya.
“Tidak, dasar si paling tahu!” sungutnya menggebu-gebu.
“Crol sendiri yang bilang,” balas Carlio.
NGRIIIIKKKKK!
Crol tiba-tiba menaikkan kaki depannya sembari berbunyi keras pertanda tak terima. Kuda itu langsung melesat membuat Carlio dan Kahis terkejut, apakah Crol sudah kesal mendengar perdebatan keduanya.
“Crol, tenanglah! Astaga mengapa kau mengambil jalanan ini?!” teriak Carlio berusaha menarik tali kekang menghentikan tindakan Crol yang secara spontan.
“Aku menyesal percaya padamuuu!!” teriak Kahis pada Carlio, lelaki itu berusaha memeluk Kahis dengan satu tangannya tetapi gadis itu menolak dengan menepisnya.
Kahis memberontak ingin turun sedangkan Crol terus melajukan kakinya tanpa henti membuat Carlio panik. “Nona! Jangan begitu nanti kita bisa terjatuh!!” pinta Carlio pada Kahis.
“Tidak, aku mau turun!!” paksanya berusaha menarik lengan Carlio yang memeluk perutnya erat. Pria itu tetap fokus mengalihkan Crol yang nyatanya sedang sensitif.
Crol membawa mereka ke pemukiman padat penduduk yang selalu ramai berlalu lalang, melewati pusat perbelanjaan daerah mereka sedangkan Kahis terus meronta-ronta meminta turun.
Ya Tuhan! Penduduk pasti mengiranya sedang menculik gadis pribumi, astaga!
“Nona, menurut saja pada lelaki ini ya?” gumam Carlio pada Kahis membuat memelankan dirinya untuk meronta-ronta. Sialan kau Crol!
“Crol! Berhenti!” Crol makin menjadi-jadi bukannya berhenti malah membawa mereka ke arah persawahan, berbelok ke jalan setapak sawah membuat Carlio khawatir jika Crol bisa mengacaukan tanaman sawah.
“Carliooo!!”
GELABRUKKK
Naas, mereka berdua melayang terpental jauh tapi Carlio masih terus memeluk erat Kahis membawa gadis itu bersamanya untuk terjatuh.
Cup.
Benda lembab nan kenyal itu akhirnya bertubrukan membuat Carlio dan Kahis syok, terutama Kahis yang sudah kehilangan tenaga untuk berdiri. Mereka terjatuh di posisi yang tidak semestinya, Kahis berada di posisi atas Carlio.
Lelaki itu jatuh di atas lumpur, semua tubuhnya kotor. Kahis sadar, langsung menjauhi Carlio setelah beberapa saat yang tidak sebentar mereka berciuman secara tidak sengaja.
“Mau mesra-mesra juga atuh!” sahut paman petani saat menyadari ada pria dan wanita memasuki sawah miliknya.
“Minggir!” Pria bernama Glenio tiba-tiba datang di antara mereka, menarik tangan Carlio. Kahis menatap panik pada Carlio yang kini bersimbah penuh lumpur sedangkan Glenio menatap tak suka pada Kahis.
“Bisakah kau jauh - jauh dariku? Gara-gara bersamamu, adikku jadi seperti ini!” sungut Glenio membuat Kahis terhenyak sesaat.
“Jangan salahkan dia, aku sendiri yang salah padanya,” sahut Carlio yang kini bangkit berdiri, menatap Kahis yang sama sama merasa bersalahnya.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Carlio membuat Kahis hanya bisa mengangguk tapi fokus Carlio beralih pada telapak tangan Kahis yang terlihat merah, setetes darah mengucur.
“Apanya yang tidak apa - apa? Lukamu terluka kembali?” Carlio bertanya banyak, menelisik tangan Kahis dengan luka yang belum pulih sepenuhnya.
“Terserahlah aku pulang,” Glenio beranjak pergi dengan memelankan langkahnya, dirinya tak mendapati respon dari adiknya itu. “Dasar kolot, bahkan aku tidak dihiraukan!” dengusnya menghentakkan kaki.
“Tinggalkan jepmu, bawalah Crol!” teriak Carlio pada Glenio membuat pria sangat sensitif itu menghembuskan nafasnya kasar tak terima.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments