Bab 14: Pertemuan yang Tak Seharusnya

Victor tersenyum tipis. "Apa kabar?"

"Baik..." Seruni masih diam mematung, tatapannya terpaku pada pria di depannya.

Tatapan Victor tertuju pada wajan penggorengan. "Kau harus segera mengangkatnya." Sontak Seruni segera mengangkat telur mata sapi itu.

"Ya ampun, ceroboh banget sih, Ser." Tegurnya pada dirinya sendiri, ia melihat bagian bawah telur itu sudah agak gosong. Ia pun kembali memecahkan butir telur yang lain dan menggorengnya.

Tingkah Seruni yang kikuk membuat Victor diam-diam tersenyum gemas. Tanpa sadar Seruni ikut tertawa sambil kembali memandangi wajah tampan itu. Wajah yang kini terlihat lebih dewasa namun dengan lesung pipi yang masih sama.

Dua buah telur mata sapi sudah berada di sebuah piring, kemudian Seruni sodorkan kepada Victor. "Silahkan."

"Terima kasih." Victor menerimanya. Ia pun berbalik dan sebelum ia sempat melangkah, Seruni memanggilnya. "Victor..."

Victor pun kembali menoleh kepada Seruni. "Ya?"

"Kamu lagi nginep di hotel ini?" Tanya Seruni. Entahlah, pertemuan yang baginya sangat kebetulan ini, membuat Seruni ingin menyapa Victor. Sapaan yang baginya hanya untuk sekedar untuk menyapa teman lama, begitu hatinya berkata.

Victor tersenyum ramah. "Iya. Beberapa hari aku akan menginap di hotel ini." Jawabnya kemudian ia mengangguk pamit dan kembali ke mejanya.

Entah mengapa Seruni merasa senang saat mendengar Victor akan berada di hotel tempat bekerjanya untuk beberapa hari. Seruni sama sekali tak berniat untuk mengambil semua ini menjadi kesempatan untuk mereka kembali dekat. Ia tidak mengharapkan apapun dari pertemuan ini, Seruni hanya merasa senang saja.

Sesi sarapan pagi pun selesai. Seruni sedang membereskan penggorengan saat Victor kembali menghampirinya. "Telur mata sapinya enak." Pujinya.

Sontak Seruni menatap pada Victor, ia pun tersenyum senang mendapatkan pujian itu. Meskipun demikian Seruni merasa ini bukanlah sesuatu yang besar, ini hanya telur mata sapi. "Kamu terlalu muji, deh. Semua orang bisa bikin ini."

"Kau bisa buatkan lagi nanti saat makan siang? Antarkan ke kamarku."

"Kamu harus pesen lewat resepsionis. Nanti baru bisa diantar ke kamar kamu." Ujar Seruni menjelaskan prosedur layanan kamar pada Victor.

Victor menghela nafas. "Tapi kamu yang harus mengantarkannya."

"Tugas mengantar makanan, itu bukan tugas orang dapur." Terang Seruni seraya mengulum senyum. Dalam hati ia bertanya-tanya kenapa Victor memintanya untuk mengantar makanan ke kamarnya?

"Aku bisa membuatmu mengantarkannya." Victor mundur beberapa langkah, "siapkan saja telur mata sapinya." Ia pun pergi dari hadapan Seruni.

Seruni tidak bisa tidak salah paham. Sikap Victor memang terasa dingin. Ia tersenyum hanya agar terlihat ramah. Namun entah kenapa Seruni merasa Victor seperti sedang menghapus jarak di antara mereka.

Akhirnya benar saja, siang hari manager dapur sendiri yang meminta Seruni mengantarkan telur mata sapi itu ke kamar tipe paling mewah yang ada di hotel itu. "Tamu yang menginap di kamar itu ingin kamu sendiri yang membuat dan mengantar pesanannya. Katanya telur buatanmu sangat enak." Terang atasan Seruni itu.

"Emang siapa yang nginep di sana, Pak?" Tanya seorang rekan kerja Seruni.

"Tidak tahu, mereka merahasiakannya." Ucap manager itu sekenanya.

Akhirnya Seruni pun datang ke kamar itu dengan membawa semua alat dan bahan yang dibutuhkan. Telur mata sapi harus dimakan dalam keadaan hangat, jadi ia membawa semua yang diperlukan dan akan memasaknya di tempat.

Tak lama Victor membuka pintu. Wajahnya masih terlihat dingin seperti tadi. Kemudian masuklah Seruni ke dalam kamar itu. Seruni membawa semua yang dibawanya ke dapur yang memang tersedia di kamar mewah itu. Ia mulai membuat pesanan Victor dan menyajikannya di meja bar di dapur itu.

"Silahkan." Ujar Seruni.

Victor pun duduk di kursi bar dan mulai memakan telur itu. Ia mengangguk-angguk tanda ia menikmati makanan yang Seruni buatkan untuknya. "Enak. Apa kamu bisa membuat pancake?"

"Pancake?" Seruni terheran-heran.

"Aku ingin kau membuatkanku pancake besok. Seperti ini, buatkan pancake tepat di hadapanku sehingga aku bisa memakannya dalam keadaan hangat."

"Di restoran ada menu pancake, kok. Besok pagi..."

"Aku ingin kau yang membuatnya. Di sini. Di kamarku, seperti sekarang." Tegasnya.

Seruni kembali merasa aneh. Victor yang memintanya membuatkan telur mata sapi dan juga pancake yang padahal semua itu bisa Victor pesan di area restoran di kala sesi sarapan pagi sedang berlangsung, benar-benar membuat Seruni berpikir ada maksud tertentu dari Victor.

Kata-kata dan sikap Victor itu juga sukses membuat rasa penasaran Seruni tak bisa ia bendung lagi. "Victor..."

"Hm?" Sahut Victor seraya menghabiskan telur mata sapi itu.

"Boleh aku nanya sesuatu?" Kesempatan yang sudah Seruni tunggu sejak dua belas tahun lalu, akhirnya datang juga. "Apa yang terjadi waktu itu, Vic?"

Victor tak menyahut. Dengan tenang ia meneguk jus jeruk yang Seruni bawa serta dengan telur-telur yang dibawanya.

"Kenapa kamu gak pernah tepatin janji kamu?" Imbuh Seruni. Namun Victor masih bungkam. Seruni pun melanjutkan, "aku nanya kayak gini bukan pengen memulai lagi yang udah selesai. Aku tahu kita udah gak ada hubungan apa-apa. Tapi aku cuma pengen tahu aja."

Victor menatap Seruni dengan lekat. "Kenapa kamu menanyakan itu? Kejadian itu sudah sangat lama berlalu."

"Karena..." Seruni bingung akan mengatakan apa. Tidak mungkin ia mengatakan bahwa selama ini Seruni masih sering kali berharap hubungannya dengan Victor tidak berakhir, terutama saat ia sudah mendapatkan perlakuan kasar dari Malik. Harapan itu sering Seruni suarakan di dalam hatinya.

"Apa kamu masih mencintai aku selama ini?"

Kata-kata Victor membuat Seruni terhenyak. Apalagi Victor menanyakannya dengan wajah yang dingin.

Seruni segera mengggeleng, "enggak. Bukan gitu..."

"Lalu kenapa?"

Seruni pun mengurungkan niatnya. "Ya udah, gak usah dibahas. Maaf ya aku udah nanya yang aneh-aneh. Lupain aja." Ia pun mulai membereskan semua peralatan yang dibawanya.

Sambil terus membereskan semuanya, Seruni diam-diam merasa tidak tenang karena ia bisa merasakan tatapan Victor tak lepas darinya. Tatapannya itu benar-benar tidak bisa Seruni artikan.

Sikap Victor yang dingin juga begitu membuatnya bingung. Victor meminta Seruni datang ke kamarnya dan bersikap seakan murni ia memanggil Seruni hanya untuk membuatkannya telur mata sapi. Namun tatapannya menyiratkan sesuatu yang lain. Entah apa itu, Seruni tidak tahu.

"Aku pamit." Seruni pun berjalan menuju ke pintu masuk, mengabaikan Victor yang masih diam tak menyahut.

Namun saat Seruni akan memegang handle pintu, ia merasakan tangannya dicengkram dan tubuhnya didorong ke tembok. Tubuh Seruni kini bersandar di tembok dengan Victor berada di depannya menatapnya lekat dengan kedua tangannya ditahan di kedua sisi kepalanya oleh Victor.

"V-victor, kamu mau apa...?"

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Victor mendekatkan bibirnya kepada Seruni dan menciumnya begitu saja. Otak Seruni seketika berhenti bekerja karena apa yang Victor lakukan secara tiba-tiba padanya.

Sesaat kemudian Seruni bisa mengembalikan lagi kesadarannya. Ia pun berusaha mendorong tubuh Victor namun kekuatan Victor terlalu besar. Hingga sesuatu yang terkubur di dalam hatinya beringsut muncul ke permukaan. Bukannya mendorong kembali tubuh Victor menjauh, perlahan Seruni malah menyambut apa yang Victor lakukan padanya.

Setelah beberapa saat, Victor menjauhkan bibirnya dan menatap sedih kedua manik Seruni. Seruni tak tahu apa yang terjadi, namun Victor benar-benar terlihat merasa sangat bersalah. Raut wajahnya sedih. Namun lagi-lagi ia tak mengatakan apa-apa.

"Victor... Kenapa kamu kayak gini..." Tanya Seruni bingung.

Victor pun kembali tak menyahut, kali ini ia merengkuh tubuh Seruni. Erat sekali. Dan semua yang Victor lakukan ini akhirnya berhasil mengundang air mata Seruni menggenang di pelupuk matanya. "Kamu... jangan buat aku salah paham, Vic."

Victor terus memeluk Seruni seakan tak rela jika harus melepaskannya. Seruni pun mulai membalas pelukan itu. Pelukan yang selama ini begitu ia rindukan di tengah-tengah kesakitan hati dan juga fisik yang ia rasakan. Sering kali ia membayangkan bisa memeluk Victor seperti ini, namun semua itu tak pernah berubah menjadi kenyataan.

Namun di luar dugaannya kini tubuh Victor bisa kembali ia rasakan kehangatannya. Angan-angannya itu kini berubah nyata seperti yang selama ini ia harapkan.

Victor pun melepaskan pelukannya. Ia raup kedua pipi Seruni, "ingat kau harus datang lagi besok."

"Victor, ini..."

Victor mengecup kening Seruni, seketika ucapan Seruni pun terjeda. Victor kembali menatap wajah cantik Seruni yang sama sekali tak pernah ia lupakan selama ini. "Jangan katakan apapun, jangan tanyakan apapun. Hanya cukup datang saja. Bisakah kau melakukannya?"

Seruni tak tahu kenapa Victor memintanya untuk tidak mengatakan dan bertanya apapun. Namun apa yang Victor lakukan telah membuat hatinya kembali tertaut lagi pada Victor. Ia pun mengusap pelan tangan Victor yang masih terdapat di pipinya. Ia mengangguk. "Iya, besok aku akan ke sini lagi."

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

sedih bacanya😢😢😢😢

2024-06-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!