Bab 19: Hamil Seorang Diri

"Gak mungkin..." Seruni masih tertegun.

"Lo hamil anaknya Victor, Ser?" Tanya Shelly yang tak kalah terkejut.

Sontak Seruni menatap wajah sahabatnya itu dengan panik. "Aku gak mungkin hamil, Shel!"

"Lo udah pernah periksa ke dokter?" Dahi Shelly mengerut.

"Udah. Aku bahkan punya hasil tesnya. Dokter udah vonis aku mandul." Seruni begitu bimbang.

"Gak bisa, kita harus ke dokter sekarang juga. Gue curiga selama ini lo dibohongin sama Malik." Segera Shelly menarik tangan Seruni menuju mobilnya.

Kini mereka ada di sebuah ruangan klinik dokter spesialis kandungan. Seruni tengah berbaring di brangkar dan seorang dokter sedang memeriksanya. "Selamat ya, Bu. Anda hamil. Usianya sekitar lima-enam minggu."

Seruni membeku. Ia tak tahu harus merasa senang atau sedih.

"Dokter, beneran gak bohong 'kan? Temen saya ini beneran hamil?" Tanya Shelly memastikan.

"Iya, betul, Bu. Anda lihat lingkaran ini, ini adalah kantung kehamilan." Dokter itu menunjuk ke layar LED yang terpasang di dinding ruangan, seraya menjelaskan kehamilan Seruni.

Setelah pemeriksaan itu mereka sudah berada di dalam mobil Shelly lagi. Seruni kembali meneteskan air matanya. Ia menatap hasil USG yang dipegangnya.

Shelly pun menggenggam satu tangan Seruni. "Jujur gue gak tahu harus ngomong apa sama lo. Gue gak tahu harus seneng atau sedih. Tapi bayi ini tetep sebuah anugerah, jadi gue tetep harus ngasih lo selamat. Selamat ya, Ser. Lo bakal jadi seorang ibu. Lo harus rawat kehamilan lo baik-baik."

Seruni terus terisak. "Aku hamil, Shel... Aku hamil... Aku harus gimana sekarang..." Isak Seruni pilu.

Di satu sisi Seruni merasa sangat bahagia. Setelah penantian yang begitu panjang, Seruni akhirnya bisa merasakan menjadi wanita seutuhnya. 

Satu kenyataan juga kini terkuak. Ternyata bukan Seruni yang mengalami infertilitas, tapi sepertinya justru Malik. Bisa jadi hasil tes itu dipalsukan oleh Malik. Maka dari itu selama ini Seruni tak pernah bisa mengandung. Amarah pun muncul bersamaan dengan bahagia yang Seruni rasakan. Bisa-bisanya selama ini Malik menipunya.

Namun di sisi lain, Seruni sangat menyesal karena ia telah melakukan kesalahan yang sangat besar. Karena kejadian itu, karena ia kembali menyambut kedatangan Victor ke dalam hidupnya. Akibatnya seorang calon bayi yang tak bersalah harus ikut menanggung semuanya.

Bayi itu terlanjur tumbuh di dalam perutnya di saat Seruni sudah sangat mantap menutup hatinya untuk Victor. Seruni begitu bimbang, langkah apa yang harus di ambilnya kini? Yang pasti, Seruni tidak mau memberi tahu Victor mengenai kehamilannya ini.

"Kamu harus kasih tahu Victor." Saran Shelly.

Seruni menggelengkan kepalanya segera. "Enggak. Victor gak boleh tahu tentang ini."

"Ser, Victor harus tanggung jawab. Lo hamil anaknya dia!"

"Gak bisa, Shel! Aku yang salah di sini karena hadir di antara mereka berdua. Aku gak mau ngerusak kebahagiaan mereka. Aku gak bisa. Aku gak mau ngancurin rumah tangga Marsha sama Victor."

"Lo tahu dari mana Marsha sama Victor bahagia? Lo jangan ngorbanin diri lo sendiri, Ser. Lo butuh seorang suami. Lo emang mau anak lo lahir tanpa ayah?!" Shelly jadi emosi sendiri melihat sikap Seruni yang malah lebih memikirkan orang lain dibanding dirinya sendiri di saat seperti ini. Sejak dulu Shelly tidak suka dengan sikap Seruni yang satu ini. Karena sikap inilah Seruni sering kali dimanfaatkan oleh orang lain.

Seruni menggeleng lagi. "Enggak, Shel. Janji sama aku kamu akan rahasiain ini. Victor gak boleh tahu tentang kehamilan aku. Tolong, Shel..." Seruni sampai mengangkupkan kedua tangannya.

Shelly menghela nafasnya kasar. "Tapi sampai kapan? Cepat atau lambat perut lo itu bakal membesar. Victor akan tahu lo hamil."

"Aku akan nabung sampai usia kehamilan aku empat-lima bulan. Setelah itu aku akan pindah dari sini. Pokoknya Victor gak boleh tahu. Aku mohon bantu aku buat nyembunyiin semuanya dari Victor, aku mohon." Mohon Seruni dengan sangat.

Tak ada yang bisa Shelly lakukan jika Seruni sudah keras kepala seperti ini. Ia hanya bisa mengangguk menyetujuinya. "Ya udah, gue bakal bantu lo nyembunyiin ini. Tapi kalau butuh bantuan, lo harus bilang sama gue. Jangan apa-apa sendiri. Lo lagi hamil, Ser. Lo butuh support system."

Seruni mengangguk. Isaknya belum berhenti juga. Kemudian Shelly melingkarkan tangannya di sekeliling tubuh Seruni. "Ya Tuhan, kenapa hidup lo gini banget sih, Ser?"

Sebagai seorang sahabat, Shelly begitu peduli kepada Seruni. Selain itu Shelly pernah merasakan bagaimana beratnya melewati masa kehamilan. Shelly ingat bagaimana ia sangat membutuhkan sosok sang suami untuk melewati masa-masa itu. Ia juga menjadi begitu bergantung kepada sang ibu. Apalagi saat ia sudah melahirkan, ia tak bisa merawat bayinya seorang diri. Pasti harus ada seseorang yang menyertainya.

Tapi bagaimana dengan Seruni? Ia sebatang kara. Ditambah ia harus menjalani kehamilannya tanpa seorang suami, tanpa ada seseorang yang menemaninya. Shelly benar-benar tak habis pikir, kenapa wanita sebaik Seruni memiliki nasib yang begitu menyedihkan?

***

Seruni menjalani kehidupannya seperti biasa. Ia bekerja dengan lebih semangat. Meskipun ia tak tahu bagaimana takdir akan membawanya nanti, untuk saat ini Seruni hanya ingin fokus untuk mencari nafkah dan merawat kehamilannya.

Diam-diam Seruni juga merasa bersyukur, karena ada bagian dari diri Victor yang akan dimilikinya. Meskipun ia tak bisa memiliki Victor, tapi mengandung benihnya, sungguh menjadi kebahagiaan yang tak pernah Seruni sangka akan terjadi.

'Nak, terima kasih karena sudah hadir dalam hidup Mama. Sekarang Mama memiliki alasan kenapa Mama harus berjuang dalam hidup mama yang gak pernah mudah ini. Maafkan Mama karena harus memilikimu dalam kondisi seperti ini. Mama juga minta maaf karena harus menyembunyikan kamu dari Papa. Tapi Mama janji, kamu gak akan kekurangan sesuatu apapun. Mama akan menyayangi kamu dan merawat kamu sepenuh hati Mama. Tumbuh dengan baik di dalam perut Mama ya, Nak. Mama sangat sayang sama kamu.'

Begitulah, Seruni selalu mengatakannya kepada sang calon bayi. Kehamilannya walaupun akan sangat berat untuk dijalani, tapi di sisi lain juga memberi kekuatan yang begitu besar kepada Seruni.

Sore itu, Seruni berjalan kaki ke depan komplek rumahnya. Ia pergi ke apotek untuk menebus resep dari dokter kandungan yang didatanginya kemarin. Setelah mendapatkan vitamin yang diresepkan, Seruni melihat ada pedagang bubur ayam di depan apotek. Ia pun membelinya.

"Ser!" Tiba-tiba terlihat Shelly sedikit berlari ke arahnya. Shelly berjalan dari arah komplek rumah Seruni.

"Shel? Kamu dari rumah aku?" Tanya Seruni saat Shelly sudah berada di sampingnya.

"Iya. Gue tadi dari rumah lo. Terus kata tetangga lo, katanya tadi dia lihat lo jalan ke depan komplek. Lo beli bubur?"

"Iya, barusan aku abis tebus resep. Ada vitamin yang stoknya abis di obgynnya. Kemarin aku gak sempet buat nyari vitaminnya. Jadi baru sekarang deh. Terus ini aku dari kemarin-kemarin pengen bubur, kebetulan ada jadi aku beli sekalian. Kamu mau juga gak?"

Shelly menatap iba pada Seruni. Dulu saat ia mengandung, pasti Rifat yang akan menebus resep untuknya. Ia juga akan dengan manjanya meminta hal yang diinginkannya kepada sang suami. Tapi Seruni harus membeli vitamin dan juga memenuhi ngidamnya sendiri.

"Ser, lo bisa bilang sama gue. Lo bisa minta tolong sama gue kalau lo butuh sesuatu."

Seruni tersenyum gemas. "Gak apa-apa, Shel."

"Tapi Ser..."

"Kalau nanti aku emang butuh bantuan, aku pasti bilang sama kamu." Ucap Seruni, ia tahu Shelly sangat mengkhawatirkannya. "Makasih ya, kamu bener-bener sahabat terbaik aku."

Setelah itu mereka berjalan memasuki komplek rumah. Sambil berjalan mereka mengobrol.

"Gak kerasa ya kehamilan lo udah mau tiga bulan aja."

"Iya, Shel. Aku juga ngerasanya cepet banget. Untungnya sekarang aku udah gak mual-mual lagi. Pokoknya dia beneran ngertiin mamanya banget." Ucap Seruni bahagia seraya mengusap perutnya.

Shelly tersenyum penuh syukur. "Syukur deh. Gue seneng ngelihat lo semangat dan banyak senyum kayak gini."

"Iya dong, orang hamil 'kan harus bahagia terus."

"Iya deh, bumil." Canda Shelly. "Eh coba dong lihat lo diresepin vitamin apa?" Shelly meraih keresek putih yang Seruni pegang di tangannya. Ada sebuah botol kaca kecil berwarna coklat yang tertutup kertas label berwarna putih dan merah muda.

"Oh, ini. Gue juga dulu pake...Yah!" Saat Shelly memegangnya, botol kaca itu terlepas dari tangannya dan jatuh menggelinding. Botol itu terus menggelinding dan berhenti tertahan oleh sepatu yang dikenakan oleh seseorang.

Seseorang itu adalah... "Victor?" Gumam Seruni. Ia terperanjat karena melihat Victor tiba-tiba ada di sana, di depan pagar rumahnya.

Victor membungkuk dan meraih botol kaca itu. Seruni segera menghampirinya dan mengambil botol kaca itu secepat kilat sebelum Victor melihat label yang tertera pada botol berisi vitamin itu.

Seketika Victor khawatir, "apa kamu sedang sakit?"

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

hamil kang ketoprakkkkk....hamillllllll...pegimanah sih luhhhh...nveluat...ngeluat doang gak ada tindakanyahhhh..gemes guah😠😠😠😠😠😠

2024-06-26

1

Asep Saepudin

Asep Saepudin

seruni hamil Viktor,geregt ma Viktor kenapa g bs melindungi seruni dr ayah nya,kn Victor udh g SMA..

2024-05-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!