Seruni cemburu melihat kebersamaan Victor dan Marsha. Sepertinya tidak hanya Seruni, karena kini banyak pasang mata yang menatap iri pada dua orang muda mudi yang terlihat begitu serasi itu.
Victor adalah siswa yang pintar, ramah, dan baik hati. Semua orang menyukainya. Secara fisik ia pun sempurna. Tubuhnya tinggi, kulit putih, berwajah oriental khas dengan mata sipitnya, membuatnya sering disebut 'oppa' atau 'koko'.
Victor juga mendapatkan julukan 'chaebol' karena berasal dari keluarga konglomerat dan menjadi pewaris tunggal salah satu perusahaan multi bisnis terbesar di Indonesia. Semua orang setuju bahwa kehadiran Victor di sekolah itu seakan memvisualisasikan tokoh utama drama atau film di kehidupan nyata.
Sedangkan Marsha, adalah gambaran dari seorang siswi populer dengan masa depan gemilang. Ia cantik, ceria, supel, dan ambisius. Keluarganya tidak terlalu kaya, tapi juga tidak bisa dikatakan kekurangan. Yang jelas keluarganya mampu memberikan dukungan apapun demi masa depan Marsha.
Kedua sosok yang nyaris sempurna itu sering kali dijodoh-jodohkan. Semua orang akan setuju jika mereka akan menjadi pasangan yang sempurna. Marsha sendiri memang berkeinginan untuk mengaminkan keinginan orang-orang, karena seperti yang lain, ia juga jatuh hati pada Victor.
Namun tidak dengan Victor. Ia baik, ramah, dan menyambut obrolan Marsha, karena ia memang selalu baik pada siapapun.
Hati seorang Victor hanya milik seorang gadis sederhana bernama Seruni. Seorang gadis yang memiliki kecantikan yang unik dengan rambut hitam panjang, mata yang besar dan ramah, hidung mancung kecil, dan wajah yang bulat. Kepribadiannya cenderung pendiam, mandiri, dan hangat. Apa adanya Seruni membuat Victor terpana dan jatuh hati kepada gadis itu.
Di tengah-tengah obrolannya dengan Marsha, Victor melihat sang kekasih berjalan menuju kantin.
"Gue ke kantin bentar." Pamit Victor. Sesampai di kantin, Victor melihat Seruni menempati salah satu meja bersama dengan Shelly. Victor pun mendekat dan duduk di samping Seruni.
"Hai." Sapa Victor.
Sontak Seruni membeku.
"Lo... bilang 'hai' ke kita?" Tanya Shelly heran, mewakili Seruni yang hanya bisa diam mematung menatap laki-laki di sampingnya itu.
"Iya. Sama siapa lagi? Kan cuma ada kalian di meja ini." Sahut Victor santai. Lalu tatapannya tertuju kembali pada sang kekasih. "Chat aku kenapa gak dibales, Babe? Nanti jadi 'kan? Udah beres makan, aku tunggu di parkiran ya."
Suara Victor saat mengatakannya cukup terdengar oleh orang-orang yang duduk di dekat mereka. Jangan ditanya ekspresi mereka seperti apa. Wajah mereka bingung dan terkejut di saat yang bersamaan.
Apalagi Seruni. Ia mengerutkan dahi sambil menatap galak pada Victor. Seakan ia berkata, 'Victor, apa-apaan sih ini?'
Victor tersenyum gemas melihat wajah Seruni. Ia pun beranjak seraya mengusak puncak kepala Seruni. "Makan yang banyak."
Seiring dengan Victor yang melenggang pergi, semua orang langsung menatap ke arah Seruni. Seruni yang tak terbiasa menjadi pusat perhatian, memilih pergi secepatnya dari kantin. Bahkan Shelly yang memanggilnya tak ia gubris.
Namun bukannya terhindar dari pusat perhatian, Victor yang kembali ke lapangan basket, melihat Seruni keluar dari kantin dengan terburu. Wajahnya panik sekali.
"Babe!" Panggil Victor dengan berteriak, namun Seruni tak menoleh. Teman-teman Victor juga Marsha yang masih berada di lapangan itu kebingungan. Siapa orang yang dipanggil 'babe' oleh Victor?
Lalu Victor berteriak lagi, "Seruni!" Seraya berlari kecil ke arah Seruni.
Kali ini karena namanya yang dipanggil, reflek Seruni menoleh ke arah Victor. Lagi-lagi Seruni menunjukkan raut wajah paniknya, apalagi kini Victor mendekat ke arahnya
Saat Seruni akan melangkahkan kakinya lagi, tangannya sudah berada dalam genggaman Victor. "Kamu mau kemana? Bukannya tadi lagi makan?"
"Victor..." Seruni semakin panik. Ia berusaha menarik tangannya namun Victor tak membiarkannya.
"Babe, jangan takut. Kamu ikut aku, dan jangan lepasin tangan aku."
Seruni tak bisa menolak, karena Victor menggenggam tangannya dengan erat. Victor membawa Seruni menuju lapangan basket, dimana ada Marsha dan juga teman-teman Victor di sana.
Wajah mereka tercengang melihat tangan Seruni dan Victor yang saling tertaut.
"Vic, ada apa ini? Lo sama dia..." Marsha bertanya dengan bingung.
"Sorry, gue kayaknya gak bisa ikut acara kalian. Gue ada acara sama cewek gue. Kita mau ngedate." Victor berucap dengan sumringahnya.
"Cewek lo..."
"Kenalin, ini cewek gue. Seruni dari kelas 12 A 2. Kita udah pacaran sejak kelas 10. Iya 'kan, Babe?"
...***...
Mobil sport berwarna merah itu tiba di depan sebuah mall. Kemudian Victor menyerahkan kunci pada petugas valet sebelum mereka memasuki mall.
Victor membawa Seruni ke arena ice skating. Di sana sepi, tak ada satu pun pengunjung yang datang.
"Aku gak bisa main, Vic." Jujur Seruni.
"Kan ada aku, Babe." Ujar Victor seraya memakaikan sepatu pada Seruni.
"Aku bisa sendiri..."
"Udah, tuan putri diem aja. Tinggal satu lagi, kok." Kemudian sepatu dengan plat besi di tengahnya itu sudah terpasang di kaki Seruni.
Sambil menunggu Victor menggunakan sepatu, Seruni melihat ke sekeliling. "Kenapa di sini sepi?"
"Mall ini punya Ayah aku. Emang aku gak pernah cerita ya? Aku udah minta pengelola buat tutup tempat ice skating ini. Jadi kita bisa main sepuasnya."
Tanpa sadar, Seruni membuka mulutnya tanpa ada kata-kata yang bisa keluar. Victor hanya bisa tersenyum gemas melihat Seruni yang terkejut.
"Yuk." Ajak Victor setelah sepatu ice skating sudah digunakannya juga.
Keduanya kini berada di tengah arena. Keduanya meluncur bersama-sama. Seruni yang memang tidak mahir meluncur, tak melepaskan tangan Victor sedikit pun. Begitu juga Victor, karena ia tak ingin Seruni terjatuh ia selalu menggenggam erat tangan sang kekasih.
Usai satu jam, mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat di tepi arena.
"Nih." Victor memberikan sebotol air mineral pada Seruni. "Makasih." Ucap Seruni seraya membuka botol itu.
Seruni meletakkan botol minum itu di sampingnya. "Aku udah ikutin mau mau buat dateng kesini. Sekarang kamu bilang, kenapa kamu tiba-tiba bersikap kayak tadi?"
"Ya aku pengen aja go public, Babe. Aku 'kan udah bilang. Aku pengen semua orang tahu kalau kita pacaran."
"Kenapa kamu gak bilang dulu sama aku?"
"Emang kalau aku bilang dulu, kamu bakal mau?"
"Tapi di sekolah..." Seruni tak tahu bagaimana ia akan datang ke sekolah besok.
"Babe, kita udah selesai ujian. Bentar lagi kita lulus. Terus aku bakal kuliah di Inggris. Waktu kita buat ketemu tinggal bentar lagi, aku pengen memanfaatkan waktu yang kita punya sebaik mungkin. Nanti kalau aku udah di sana kita cuma bisa ngobrol via video call aja, loh. Masa kamu gak mau ngabisin waktu sama aku sebelum aku pergi?"
Seruni hanya bisa terdiam. Ia pun merasakan hal yang sama. Ia ingin mengukir kenangan manis bersama Victor selagi masih bisa. Apalagi karena kesepakatannya dengan sekretaris Emran Hartono itu. Tak banyak waktu tersisa untuk keduanya bersama.
"Aku seneng banget." Sambung Victor. "Selama ini kita cuma ketemu di danau. Akhirnya kesampean juga kepengen aku buat ngedate kayak gini sama kamu. Gimana, kamu seneng gak?"
Apa tidak apa-apa seperti ini? Batin Seruni resah.
"Babe, kamu jangan peduliin ayah aku. Kamu juga jangan peduliin tanggapan orang-orang. Yang jalanin itu kita. Sekarang aku tanya, lebih penting mana tanggapan orang-orang, atau perasaan aku?"
Seruni pun akhirnya setuju. Di waktu mereka yang tinggal sedikit lagi, ia akan mengukir kenangan manis bersama dengan Victor. Ia pun menjawab, "ya udah, aku setuju kita go public."
Sontak Victor tersenyum sumringah dan merangkul tubuh Seruni yang duduk di sampingnya. Dikecupnya puncak kepala Seruni. "Nah gitu dong, Babe. Makasih ya."
Di sisi lain, kabar keduanya menghabiskan waktu di arena ice skating, sudah sampai kepada Emran. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat seraya melihat ke arah rekaman CCTV di layar laptop miliknya.
"Kamu tahu yang harus kamu lakukan, Sean?" Geram Emran.
"Tapi, bukankah anda setuju sampai sebelum Tuan Muda berangkat ke Inggris..."
"Tidak. Aku tidak bisa menunggu. Pisahkan mereka secepatnya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Erni Fitriana
ehh bapak plin plan
2024-06-07
1
Soeharti Rifangi
egois bgt jadi orang tua ,hanya krn perbedaan status mereka dipisahkan /Frown/lanjuuut thor
2024-04-28
1