Setelah bekerja hari itu, Victor mengendarai mobilnya tak tentu arah. Sebenarnya ada satu tempat yang ingin ditujunya, namun ia tak mendapat izin dari logikanya. Akhirnya ia malah berputar-putar tak jelas.
Hingga tak tahu mengapa logikanya kalah. Perasaannya melakukan pembenaran, ia hanya ingin mengetahui di mana Seruni tinggal. Setelah ia mengetahuinya, ia akan segera pulang.
Ia pun memarkirkan mobilnya di bahu jalan, dan memasuki sebuah gang sempit. Ia terus mengikuti arahan dari GPS untuk mencapai alamat yang ditujunya, yaitu alamat Seruni yang ia dapat dari data para pegawainya. Saat semakin dekat menuju rumah Seruni, Victor melihat orang-orang berkerumun di depan sebuah rumah sederhana.
Betapa terkejutnya ia saat melihat tubuh Seruni terkapar di lantai dengan cairan merah memenuhi sisi bibir dan juga dagunya. Muntahan berwarna merah pekat juga terlihat menggenang di lantai.
Victor segera menerobos kerumunan. Ia melihat seorang pria ditahan oleh beberapa warga. Pria itu pasti pelakunya. Wajahnya menyiratkan bahwa ia sama sekali tak merasa bersalah. Benar-benar mengundang amarah Victor untuk memberikan pelajaran kepada pria itu. Namun Victor menahannya. Saat ini keadaan Seruni lebih harus ia prioritaskan.
Victor mengambil alih posisi seorang wanita yang akan meraih kepala Seruni. Ia bawa kepala dan pundak Seruni pada pangkuannya dan mencoba memeriksa keadaannya. Syukurlah, Seruni masih sadar, meskipun terlihat ia sangat lemah. Victor segera membopong tubuh Seruni menuju mobilnya.
Di rumah sakit, Seruni segera ditangani. Sambil menunggu kabar dari dokter, Victor mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Shelly.
"Shelly." Sapa Victor segera saat teleponnya terhubung. "Tolong datang sekarang ke rumah sakit. Seruni dianiaya lagi oleh suaminya."
"Apa?! Lo lagi bareng Seruni? Terus keadaannya gimana?"
"Dia sedang ditangani oleh dokter. Dengarkan aku, kau harus berada di sini saat ia sadar. Jangan katakan aku yang membawanya ke sini. Ada beberapa hal yang harus aku urus. Nanti kabari aku mengenai keadaannya."
"Ya udah, gue sekarang ke sana. Tapi, kenapa lo bisa sama Seruni?"
Victor menimang-nimang, haruskah ia jujur pada Shelly? Tapi sepertinya Shelly memang harus mengetahui ini. Ke depannya Shelly akan menjadi orang yang akan menghubungkan dirinya dengan Seruni.
"Aku mencarinya karena aku ingin melihatnya. Dan aku sangat bersyukur karena telah mengikuti apa kata hatiku untuk mendatangi ia di rumahnya."
"Tunggu. Lo masih punya rasa sama Seruni?"
"Benar. Rasa untuk Seruni masih aku simpan, dan kini aku merasakannya lagi."
***
Seruni membuka matanya. Kesadarannya itu membuat Seruni tahu bahwa harapannya untuk pergi dari dunia ini ternyata tak terkabul. Buktinya kini ia bisa merasakan kembali sakit yang terdapat di sekujur tubuhnya.
"Ser..."
Seruni sedikit menoleh ke arah samping, dilihatnya wajah sahabatnya ada di sana. "Shel..." Lirihnya.
"Syukurlah, lo udah sadar." Tentu melihat Seruni membuka matanya, membuat Shelly pun bisa bernafas lega. Pasalnya, Seruni sempat tak sadarkan diri setelah menjalani operasi karena cedera yang dialaminya di bagian perut.
"Dimana... aku..." Tanya Seruni lemah.
"Kamu di rumah sakit, Ser." Shelly mengusap lembut rambut Seruni. "Gue bener-bener gak tega ngelihat kondisi lo waktu dibawa ke sini. Kenapa sih lo biarin Malik aniaya lo kayak gitu?" Kedua mata Shelly basah karena air mata. Ia begitu bersimpati pada sahabatnya itu. Seruni, gadis baik hati itu, kenapa harus mengalami semua hal buruk ini?
Sontak Seruni ingat, ada sosok Victor yang datang ketika dirinya terkapar lemah. "Aku... dibawa ke sini... sama siapa?"
"Sama..." Shelly nampak bingung sejenak. "Sama tetangga-tetangga lo, Ser. Terus tetangga lo ada yang hubungin gue pakai HP lo. Akhirnya gue dateng ke sini."
"Makasih... Shel..." Ujarnya dengan susah payah. "Vic... tor..."
"Victor?"
"Dia...di mana..." Seruni sangat ingin berterimakasih padanya.
"Lo ngomong apa, Ser? Victor gak ada di sini."
"Aku... lihat dia..."
Shelly menghela nafasnya. "Lo kayaknya salah lihat. Victor gak ada di sini." Ujar Shelly hati-hati.
Seruni yakin ia mendengar suara pria itu. Ia juga yakin melihat wajah paniknya sebelum ia pingsan. Namun kenapa Shelly mengatakan ia salah lihat?
"Sekarang lo jangan mikirin apa pun. Lo harus banyak istirahat biar cepet sembuh. Malik udah gak akan ganggu lo lagi. Dia udah dilaporin ke polisi. Udah bisa dipastikan dia akan dipenjara dalam waktu yang lama." Ucap Shelly dengan puas.
"Beneran...?" Seruni tak percaya.
Shelly mengangguk pasti. "Gue juga udah bantu lo buat gugat cerai dia. Gue punya kenalan pengacara. Gue bakal pastiin Malik gak akan ganggu lo lagi, dan juga hubungan lo sama Malik selesai sampai di sini."
Seruni meneteskan air mata haru. Akhirnya.
Shelly dengan telaten menyeka air mata Seruni yang menetes di sisi matanya. "Jadi sekarang lo jangan khawatir lagi ya. Pokoknya sekarang lo harus bangkit, jalani hidup lo lebih baik. Rifat juga bakal ngusahain lo kerja lagi di hotel, tapi kali ini pakai ijazah S1 lo."
"Shel... aku gak tahu... harus... bilang apa lagi..." Seruni begitu bersyukur, akhirnya ia berada di hilir penderitaan yang selama ini membersamainya.
"Lo gak usah bilang apa-apa sama gue, Ser. Sekarang lo harus makan yang banyak, minum obat, dan istirahat. Gue cuma pengen lo cepet sembuh."
Setelah itu Shelly pamit pulang, ia tak bisa menemani Seruni lebih lama karena anak-anaknya sudah menunggunya.
Tiba di mobilnya ia menghubungi Victor. Tak sampai dering kedua, telepon itu diangkat.
"Bagaimana keadaan Seruni?" Tanya suara di seberang sana tak sabar.
"Seruni udah siuman." Seketika Victor menghela nafas lega. "Semua instruksi lo udah gue lakuin. Seruni gak tahu kalau lo yang nolongin dia dan bawa dia ke rumah sakit. Soal Malik dipenjara dan perceraian itu, gue juga udah bilang gue yang bantu dia. Masalah dia kerja lagi di hotel, gue juga bilang Rifat yang bantu dia. Pokoknya gue jamin dia bakal tidur nyenyak setelah ini. Gue juga udah titipin dia ke perawat yang udah lo hire khusus buat jagain Seruni."
"Syukurlah, terimakasih banyak, Shelly." Ujar Victor tulus.
"Sama-sama. Gue yang makasih lo bantuin Seruni sampai kayak gini."
"Tolong rahasiakan tentang ini dari semua orang, termasuk Rifat."
"Iya gue tahu, lo tenang aja. Gue ngerti posisi lo. Rahasia lo ini aman di tangan gue. Tapi gue juga pengen wanti-wanti sama lo, lo jangan sampai kemakan sama omongan lo sendiri. Gue setuju lo nutupin ini semua. Inget, lo udah punya istri sama anak. Jangan sampai lo bikin Seruni berharap buat memulai apa yang udah kalian akhiri. Kasihan dia, Vic."
"Aku tahu, Shelly." Lirih Victor. "Aku tak mungkin bersama dengan Seruni lagi. Aku hanya akan selalu memastikan bahwa dia baik-baik saja. Aku hanya akan melihatnya dari jauh. Dan aku harap, kau akan terus membantuku."
"Ya ampun, Vic. Kalau lo masih ada rasa sama dia, kalau lo secinta ini sama Seruni, kenapa lo putus sama dia waktu itu?"
"Suatu hari, jika ada kesempatan, aku akan menceritakan semuanya padamu."
***
Hari pun berlalu. Berangsur-angsur kondisi Seruni semakin membaik. Hingga akhirnya ia diperbolehkan untuk pulang. Shelly menjemput Seruni dan membawa Seruni ke suatu tempat.
"Kamu mau bawa aku kemana, Shel?"
"Ada, deh." Senyum Shelly penuh arti.
"Harus segimana berterimakasihnya lagi aku sama kamu, Shel. Kamu udah bantu aku banyak banget."
"Kalau lo berterimakasih sama gue, lo cukup hidup dengan baik sekarang. Apapun masalah lo jangan lo pendem sendiri. Cerita sama gue."
Seruni menatap Shelly yang tengah menyetir dengan penuh rasa syukur. "Makasih banyak, Shel."
"Udah deh, jangan makasih terus." Shelly Pura-pura mendumel. "Nah kita udah sampai." Shelly menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah dengan eksterior yang begitu cantik. "Selamat datang di rumah lo, Ser."
Dahi Seruni mengerut. "Rumah aku?"
Shelly mengangguk semangat. "Mulai hari ini, ini akan jadi rumah lo. Dan beberapa hari lagi, setelah lo bener-bener pulih, lo bakal masuk kerja sebagai kitchen crew, di The Luxury Hart Hotel."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Erni Fitriana
alhamdulillah
2024-06-25
0
Asep Saepudin
smga menjadi awal bt kebahagiaan buat seruni.benar kata Selly Victor sudah berkeluarga,jgn memberi harapan bt seruni, br seruni menata kembali hidupnya tanpa Malik atw Victor.
2024-05-09
1