Bab 11: Dunia yang Kejam

"Pak Rifat." Sapa Victor mengulurkan tangan, disambut oleh Rifat dengan kedua tangannya. Lalu Victor menatap ke arah Shelly yang berada di samping Rifat. "Shel, apa kabar?"

"Ya ampun, Vic. Gue sampai deg-degan gini ketemu sama lo sekarang. Bisa-bisanya sekarang lo malah jadi bosnya suami gue." Shelly tercengang seraya menyambut tangan Victor yang mengulur padanya.

"Kamu berlebihan." Ujar Victor seraya tertawa ramah.

Mereka pun menempati satu meja di restoran itu, Rifat dan Shelly duduk bersebelahan, menghadap pada Victor yang duduk di depan mereka.

Rifat menatap ke arah Victor dengan segan. "Saya masih terkejut karena anda tiba-tiba menghubungi saya dan meminta untuk bertemu dengan saya dan juga istri saya, Pak. Saya tidak menyangka anda adalah teman satu sekolah istri saya."

"Anda tidak perlu tegang begitu, Pak." Victor memukul pelan lengan salah satu karyawannya itu.

"Jelas kita tegang, orang ketemu sama pimpinan tertinggi." Celetuk Shelly.

"Aku menemui kalian seperti ini bukan sebagai rekan kerja, tapi sebagai teman lama." Terang Victor. "Kamu tidak berubah, Shelly, tetap ceria seperti dulu."

Shelly terkekeh. "Gimana kabar lo sama Marsha?"

"Kami baik." Jawab Victor sedikit canggung.

Shelly menatap Victor dengan sedikit sinis. "Gue gak nyangka lo nikahnya malah sama Marsha." Ada nada sindiran dari nada bicara Shelly.

"Bun..." Tegur Rifat, ia tak enak karena sang istri bersikap seperti itu pada atasannya.

"Tidak apa, Pak Rifat. Istri anda pantas bertanya seperti itu. Dulu saya berkencan dengan sahabat baiknya, namun tiba-tiba saya menikah dengan teman kami yang lain di angkatan kami. Wajar jika Shelly kesal pada saya."

"Syukur deh, lo ngerti." Ketus Shelly. "Jujur, belasan tahun kita gak ketemu, tapi gue masih ngerasa kesel sama lo. Bisa-bisanya lo putusin Seruni, terus lo bilang sama dia mau ke sini setiap lo liburan, tapi mana? Lo gak pernah datang. Seruni selalu datengin danau itu, tapi lo gak pernah muncul, sekalipun! Ditambah tiba-tiba kabar lo sama Marsha nyampe ke kita. Kok bisa lo setega itu sama sahabat gue?!" Ucap Shelly berapi-api, mewakili rasa kesal yang pasti Seruni rasakan selama ini.

Raut wajah Victor berubah muram. "Apa dia tahu aku menikahi Marsha?"

"Kayaknya enggak. Tapi gak tahu juga. Seruni ngilang setelah dia nikah. Tepat Seruni ngilang, justru kabar lo sama Marsha nyampe ke kita. Yang gue tahu dia pindah ke Bandung dan setelah itu gue udah gak tahu lagi kabar dia."

"Jadi saat kabarku dan Marsha sudah menikah sampai kepada kalian, Seruni justru menghilang?" Ulang Victor memastikan.

Shelly mengangguk sedih. "Dan gue nyesel banget gak nyari kabar tentang Seruni. Kayaknya hidupnya Seruni selama ini susah banget. Untungnya gue gak sengaja lihat dia di jalan lagi nyari kerja kemarin-kemarin. Tapi anehnya dia nyari kerja pakai ijazah SMA, bukan pakai ijazah S1 dia. Gue minta sama Rifat buat nyariin kerja di hotel, siapa tahu ada. Dan ternyata lowongan yang ada buat lulusan SMA cuma ada kerja part time sebagai tukang cuci aja. Awalnya gue gak niat juga nawarin Seruni buat kerja jadi tukang cuci kayak gitu. Gue pikir Seruni gak akan mau. Tapi ternyata tanpa pikir panjang dia langsung bilang iya. Dia bener-bener kayak udah putus asa banget. Tapi belum sehari dia kerja, ada insiden itu. Gue gak nyangka si Malik ternyata berubah jadi kasar kayak gitu." Geram Shelly.

"Kamu mengenal pria bernama Malik itu?"

"Iya. Setahu gue, Malik itu baik dan sayang sama Seruni. Gue juga dateng ke nikahan mereka yang diadain gede-gedean. Waktu itu gue seneng banget Seruni akhirnya bisa bahagia setelah ditinggalin sama lo. Tapi bukannya bahagia, ternyata dia malah nikahin pskopt kayak gitu." Shelly menangkupkan kedua tangannya pada Victor. "Vic, gue tahu sekarang lo bukan siapa-siapanya Seruni lagi, tapi lo bisa anggap dia temen lo yang lagi kesusahan. Please, terima lagi dia buat kerja di hotel lo. Gue bener-bener gak tega ngelihat hidup dia kayak gini. Apalagi waktu denger muka Seruni sampai memar-memar gara-gara si Malik. Gue mohon, Vic."

Tanpa Shelly memohon seperti itu, Victor memang akan melakukan yang terbaik yang dia bisa untuk Seruni. Namun karena statusnya, juga peringatan dari ayahnya, membuat Victor harus berhati-hati. Bantuannya kepada Seruni harus terlihat sebagai rasa simpati yang ia berikan kepada kawan lama, bukan karena keinginan hatinya sendiri.

"Kamu tenang saja, memang ini alasan kenapa aku meminta bertemu denganmu. Aku memang sudah berniat untuk membantunya. Untuk itu, kalian harus membantuku."

***

Seruni duduk di meja makan setelah menata makan malam yang sudah dimasaknya. Ia menunggu sang suami pulang untuk makan bersama. Tak lama pintu depan dibuka. Tanpa menyapa, tanpa mengucap salam, Malik pun bergabung dengan Seruni di meja makan itu. Seakan Seruni tak ada, ia mengambil piring yang sudah tersedia dan mengambil nasi. Saat ia akan mengambil lauk pauk. Ia melempar piring ke meja sehingga nasi yang sudah diambilnya berserakan di meja itu.

"Apaan nih? Cuma makan tempe sama tumis kangkung doang?!" Bentak Malik.

Seruni mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Bersyukur Mal kita masih bisa makan."

"Lo dipecat 'kan?! Dapet duit 'kan lo?" Malik beranjak dan berjalan menuju kamar. Seruni segera mengikuti suaminya itu.

"Kamu mau apa?" Seruni berusaha meraih tasnya yang berhasil ditemukan oleh Malik di kamarnya.

Malik segera mendorong tubuh Seruni hingga ia terjerembab ke atas kasur. Malik menemukan amplop berisi upah Seruni yang di dapatnya dari hotel dan membawanya ke luar. "Gue mau makan enak."

"Malik!" Seruni berusaha merebut kembali amplop berisi uang itu. "Malik! Cuma itu uang yang kita punya!"

Malik menangkis tangan Seruni dan kembali ia menyiksa Seruni dengan tamparan, pukulan, dan juga tendangan. "Kalau lo tahu duit kita tinggal segini, besok lo cari kerja lagi! Jangan males-malesan!"

Kemudian ia pergi meninggalkan Seruni yang meringis sakit di semua tubuhnya. Kembali Seruni hanya bisa menangis tanpa ada yang bisa diperbuatnya.

Seruni sudah sangat lelah dan jengah. Hingga kali ini kesabaran Seruni hilang entah kemana. Ia bertekad mendapatkan kembali uang itu. Ia pun memaksa tubuhnya untuk bangkit dan mengejar suaminya.

Dengan tergopoh, Seruni mengejar Malik yang masih berada di teras rumah. "Malik!" Panggil Seruni. Namun pria itu terus melenggang pergi tak mempedulikan Seruni yang terus memanggilnya.

Hingga saat Malik akan membuka pagar rumah, Seruni berhasil meraih kaos yang Malik kenakan. "Kembaliin!" Paksa Seruni berusaha merebut kembali amplop itu.

"Lo udah mulai berani sekarang?!" Didorongnya tubuh Seruni, dan seketika tubuh Seruni tersungkur di teras rumah kontrakan itu. "Lo mau gue bakar semua ijazah dan semua surat penting lo?"

"BAKAR SEMUA!! AKU GAK PEDULI" Seruni berteriak histeris. Ia sudah tidak kuat lagi. Sambil terisak, akhirnya ia katakan lagi kalimat itu. Kalimat yang akan menyulut amarah Malik mldak hingga ke level tertingginya yaitu... "aku mau cerai..."

Seketika dijambaknya rambut Seruni, mata Victor membulat nyaris akan keluar dari rongganya. "Apa lo bilang?!"

Seraya menahan sakit, Seruni menatap nanar pada Malik mengabaikan rasa sakit yang ia rasakan pada kulit kepalanya. "Aku mau cerai." Tegasnya tak gentar. "Kalau kamu gak mau cerai, bnuh aku sekarang juga! B UNH AKU! "

Kata-kata itu berhasil membuat emosi Malik memuncak. Ia kembali menghujam Seruni dengan pukulan dan tendangan. Seruni pasrah. Ia sudah tak ingin lagi hidup. Batinnya sudah sangat kelelahan. Tak ada hal baik di dalam hidupnya yang perlu ia pertahankan. Kini ia hanya akan menerima semua kesakitan yang Malik sebabkan. Seruni berharap ini adalah penganiayaan terakhir yang ia terima dan memohon agar setelah ini ia dipanggil pulang bertemu dengan sang ibu dan juga ayahnya.

'Ibu... bawa aku bertemu dengan ibu. Aku udah gak tahan, Bu.' Batin Seruni memohon di tengah-tengah rasa sakit yang kian terasa di sekujur tubuhnya.

Perlahan kesadaran Seruni menghilang. Namun sayup ia mendengar orang-orang berdatangan, menghentikan apa yang Malik lakukan padanya. Seruni ingin berteriak, biarkan pria gila itu menghabisinya. Biarkan dirinya pulang ke pangkuan-Nya. Ia sungguh ingin pulang dan meninggalkan dunia yang kejam ini. Namun Seruni sudah tak berdaya bahkan untuk sekedar terisak.

Cairan merah tiba-tiba ia rasakan keluar melalui kerongkongannya dan kemudian dimuntahkannya. Seruni merasa tubuhnya semakin nyeri. Mungkin ini sudah saatnya. Sepertinya Tuhan sedang menjemputnya pulang.

Namun, tiba-tiba dalam keadaan tak sepenuhnya sadar, Seruni mendengar suara yang selalu ia rindukan selama ini. Suara seseorang yang selalu menyebutnya dan memperlakukannya seperti 'tuan puteri'.

'Tuhan, apa ini hadiah terakhir dari-Mu? Engkau membiarkan aku mendengar suaranya untuk terakhir kalinya?' Lirih Seruni dalam hati.

Kini bahkan bukan hanya suaranya yang bisa Seruni dengar, tapi wajahnya pun bisa Seruni lihat.

"Seruni!" Suaranya sangat panik.

"Vi..." Ucap Seruni lirih sekali.

"Seruni, ini aku. Aku mohon bertahan. Aku akan membawamu..."

Suara Victor tak terdengar lagi karena kesadaran Seruni kini benar-benar pergi dari tubuhnya.

Terpopuler

Comments

Ita Putri

Ita Putri

ya ampun....😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

2025-02-21

1

Erni Fitriana

Erni Fitriana

aduh deg degan victor ketemu seruni lagiiiii

2024-06-25

1

Asep Saepudin

Asep Saepudin

semoga Viktor dpt membantu seruni bebas dari Malik, kasihan seruni.kasih kebahagiaan bt seruni,

2024-05-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!