Bab 18: Takdir

Seruni duduk di salah satu kursi di restoran hotel setelah sesi sarapan usai. Di hadapannya ada Marsha yang menatapnya dengan ekspresi yang tak dapat Seruni artikan.

"Ada apa kamu mau ketemu sama aku?" Tanya Seruni dengan berat hati. Ia sungguh tak menyukai pertemuan ini.

"Aku cuma mau nanyain kabar kamu. Apa kabar, Seruni?" Marsha mencoba terlihat bersahabat.

"Baik." Sahut Seruni singkat.

Sesaat keduanya terdiam. Sampai Marsha mengatakan, "kamu sejak kapan kerja di hotel ini?"

"Belum lama." Sahut Seruni lagi.

"Sebenernya ada yang mau aku omongin, tapi ngelihat sikap kamu kayaknya kamu udah tahu kalau Aku dan Victor... udah menikah." Ucap Marsha hati-hati.

Hati Seruni seperti diremas kuat mendengarnya. "Iya. Aku udah tahu."

"Aku minta maaf, karena dulu aku bisa dibilang ngerebut Victor dari kamu. Aku udah lama pengen ngomong ini, tapi gak pernah ada kesempatan." Marsha terlihat begitu menyesal.

Penjelasan Marsha membuat Seruni semakin ingin pergi dari sini. "Itu udah lama berlalu. Aku udah gak mikirin itu." Dusta Seruni.

"Syukurlah." Ucap Marsha lega. "Dulu aku sama Victor emang nikah karena kecelakaan. Tapi lama-lama kami saling peduli dan saling jatuh cinta. Kami sama-sama ngerawat anak kami berdua. Mungkin itu ya yang dinamakan takdir."

Seruni meremas kuat kedua tangannya yang ia simpan di atas kedua pahanya.

"Awalnya aku kira pernikahan aku sama Victor gak akan bertahan lama. Aku kira Victor bakal cerai sama aku waktu Jason udah cukup besar dan ngejar kamu lagi, tapi ternyata enggak. Dia lebih milih buat mertahanin pernikahan kami. Victor itu sayang banget sama Jason. Makanya kita pengen ngasih kehidupan keluarga yang harmonis untuk anak kami."

"Kalian udah ngambil keputusan yang tepat..." Suara Seruni tercekat.

Marsha menghela nafas lega. "Makasih ya, Seruni. Aku emang gak terlalu kenal kamu waktu SMA. Tapi aku tahu kamu emang cewek yang baik dan murah hati. Aku lega banget sekarang. Aku janji sama kamu, aku dan Victor akan selalu jadi pasangan yang berbahagia. Apalagi sekarang kamu udah merestui hubungan kami, iya 'kan?"

Seruni tak bisa berkata apa pun. Ia hanya diam membisu. Sekedar mengangguk pun hati Seruni tak mengizinkan. Dalam hati kecilnya, tentu ia tidak sekuat itu sampai merestui hubungan Victor dan juga Marsha.

"Kalau gitu, aku pamit ya. Seneng bisa ketemu sama kamu." Marsha pun bangkit dari kursi dan meninggalkan Seruni.

***

"Kamu milih tinggal di Indonesia karena kamu ketemu Seruni, iya 'kan?!" Labrak Marsha di kamar hotel yang selama ini ditempati oleh Victor.

Victor hanya diam dengan muram tanpa menyahut.

"Jawab! Kamu yang bikin dia kerja di hotel ini?!" Tanya Marsha semakin marah melihat Victor yang tak menyahutinya.

Lalu Victor menatap wajah Marsha dengan dingin. "Iya. Aku ingin kembali bersama Seruni. Aku sudah memikirkan semuanya. Sekarang, ayo kita bercerai."

"Apa?" Marsha terperangah. Ia menghela nafasnya kuat-kuat untuk menahan amarahnya. "Gimana bisa kamu setega ini sama aku? Victor, kita udah nikah selama bertahun-tahun! Terus gimana Jason? Bukannya kamu selalu mau ngasih keluarga yang harmonis buat dia?!"

"Kamu jangan lupa, apa yang selama ini kamu lakukan di belakangku? Bukankah kamu yang sering mengungkit mengenai perceraian? Justru kamu yang tidak memikirkan perasaanku dan juga Jason. Aku sudah berusaha untuk bisa menerima dan memaafkan kamu, tapi kali ini aku sadar, aku sudah tidak bisa lagi. Aku tidak mencintaimu, Marsha. Aku hanya mencintai Seruni."

Kata-kata Victor benar-benar membuatnya kalut. "Vic, udah aku bilang, aku udah putus sama Rafael. Aku cuma jadiin dia pelarian aja. Aku nyari dia juga karena kamu gak pernah ngasih kenyamanan sama aku!"

"Kamu jangan memutar balikkan fakta, Marsha! Kamu tahu betul aku berusaha untuk mencintai kamu! Aku selalu berusaha menjadi suami dan ayah yang baik. Tapi apa yang aku dapatkan? Kamu tidak menghargaiku dan malah lebih sering menghabiskan waktu dengan salah satu modelmu itu!"

"Okay, fine! Aku salah. Aku sangat salah karena selingkuhin kamu selama ini." Marsha mulai meneteskan air matanya. "Tapi aku ingin memperbaiki semuanya, Victor. Aku mohon kasih aku kesempatan! Lagipula gimana sama ayah kamu, ayah gak akan ngerestuin kalau kita sampai pisah dan kamu kembali sama Seruni. Itu malah bikin Seruni jadi targetnya ayah kamu lagi kayak waktu itu. Kamu mau menghancurkan hidup Seruni?!"

Victor kembali dibungkam oleh kenyataan. Ia kesal bukan main. Marsha benar, ayahnya akan sangat murka jika itu terjadi. Bagaimana jika Emran kembali melakukan sesuatu kepada Seruni?

Marsha pun mendekat dan memeluk tubuh sang suami. "Aku cinta sama kamu, Victor. Aku janji akan jadi istri yang lebih baik lagi untuk kamu, Sayang. Aku gak akan kembali sama Rafael. Aku janji." Tekadnya.

***

Hari pun berlalu. Setelah hari itu, Victor tak terlihat lagi berada di hotel. Ia membawa Marsha dan Jason menginap di mansion sang ayah. Namun hampir setiap malam hari Seruni selalu melihat Victor berada di luar pagar rumahnya. Seruni bisa melihat Victor yang duduk di kursi kemudinya dari kamarnya yang ada di lantai dua rumah itu.

Tak pernah sekali pun Seruni keluar untuk menyambutnya. Ia membiarkan dan mengabaikan keberadaan Victor di depan rumahnya. Setelah satu jam, biasanya Victor akan pergi dan menyimpan sebuket bunga di depan pintu pagar Seruni. Namun setelah Victor pergi, Seruni selalu langsung membuangnya.

Minggu pun berganti dan beberapa hari sudah Seruni tak melihat Victor mendatangi rumahnya lagi. Seruni sempat merasa kehilangan. Kemudian Seruni tahu, kabarnya Victor pergi ke luar kota untuk menginspeksi hotel-hotel miliknya yang lain.

Suatu hari Seruni mengajak Shelly bertemu di sebuah kafe. Ada hal yang ingin Seruni konfirmasi kepada Shelly. Mereka pun duduk di meja paling sudut.

"Aku pengen nanya sesuatu sama kamu." Ucap Seruni.

"Tanya apa?" Shelly penasaran. "Tanyain aja."

"Sebenernya, bukan Rifat 'kan yang minta aku kerja di hotel?"

Shelly langsung saja gelagapan. "Itu..."

"Jawab yang jujur, Shel. Apa... Victor yang bikin aku kerja di hotel punyanya dia?"

Shelly berdeham menyembunyikan gugupnya. Tapi kemudian ia menghela nafas. Rahasia itu sudah tak bisa ditutupi lagi. "Jadi lo udah tahu kalau Victor itu CEOnya The Luxury Hart Hotel?"

"Jadi bener ya, Victor yang minta aku kerja di hotelnya? Dia minta tolong kamu sama Rifat biar aku gak tahu tentang hal itu?"

Shelly merasa bersalah. "Iya, Ser. Maafin gue tapi gue juga gak tega sama lo. Terus Victor cuma pengen nolongin lo aja kok. Dia gak niat buat mulai lagi sama lo."

"Enggak, Shel. Dia sempet jadiin aku orang ketiga diantara dia sama Marsha." Jujur Seruni dengan sedih.

"Victor jadiin lo selingkuhan gitu? Tanpa lo tahu dia udah nikah?" Shelly emosi. "Dia ngomong sama gue cuma mau merhatiin lo dari jauh, Ser."

"Kamu tahu hal ini juga, Shel? Tentang Victor... sama Marsha?"

Shelly menatap Seruni dengan sedih. "Semua temen-temen seangkatan kita tahu, Ser. Cuma karena waktu itu lo ngilang jadi..."

Seruni menutup wajahnya dan terisak. "Ya ampun, Ser..." Shelly pun pindah tempat duduk ke sebelah Seruni. Ia merangkul Seruni merasa simpati.

"Kenapa dia harus dateng lagi ke hidup aku, Shel?" Isak Seruni. "Kalau dia udah punya Marsha dan juga punya anak, kenapa dia datengin aku dan ngasih aku harapan?"

"Gue juga gak ngerti, Ser. Okay, gue bakal jujur. Sebenernya, yang nyelametin lo waktu itu, yang bawa lo ke rumah sakit, ngurusin Malik biar dipenjara, juga surat cerai lo, sampai..." Shelly sedikit ragu, namun ia harus mengatakannya. "Rumah yang lo tinggalin, itu sebenernya Victor yang lakuin buat lo."

Seruni begitu terkejut. Ia benar-benar syok, semua bantuan yang ia kira berasal dari Shelly, ternyata semua itu karena Victor. "Apa? Jadi Vic..."

Tiba-tiba Seruni merasa sangat mual. Ia pun segera berlari ke toilet. Shelly yang khawatir mengikutinya. Dan saat tiba di toilet Seruni memuntahkan semua yang dimakannya. Dengan telaten Shelly memijit punggung Seruni.

"Lo kenapa, Ser? Gak enak badan?" Tanya Shelly seraya menyerahkan selembar tisu.

"Gak tahu, Shel." Seruni menerima tisu itu dan menyeka mulutnya. "Akhir-akhir ini aku kayak cepet cape dan muntah-muntah terus."

"Kok, aneh...?" Shelly tiba-tiba membeku, membuat Seruni terheran.

"Aneh kenapa, Shel?"

"Lo tunggu di sini." Segera Shelly pergi ke apotik yang terletak di sisi kafe tersebut. Setelah kembali ia menyerahkan sebuah benda pada Seruni. "Nih, lo pake sekarang."

Seruni mengernyit seraya terhenyak. "Tapi aku..."

"Coba sekarang, Ser. Buat mastiin aja." Paksa Shelly seraya mendorong Seruni ke dalam bilik toilet lagi. Beberapa saat Seruni tak keluar dari toilet itu. "Ser, udah belum? Gimana hasilnya?" Shelly yang cemas mengetuk pintu bilik itu.

Pintu toilet pun terbuka. Seruni keluar dengan wajahnya yang membeku tanpa mengatakan apapun.

"Gimana?" Tanya Shelly tak sabar. Sontak Shelly mengambil benda pipih itu dari tangan Seruni.

Kedua mata Shelly membulat sempurna. Ia bergumam kaget, "dua garis..."

Terpopuler

Comments

Ita Putri

Ita Putri

berarti yg mandul Malik
bukan seruni

2025-02-21

1

Erni Fitriana

Erni Fitriana

tokcer victor

2024-06-26

1

Soeharti Rifangi

Soeharti Rifangi

2 garis merah ,,fiks kamu hamil seruni semoga ada jalan keluar utk permasalahan mu

2024-05-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!