"Silahkan." Seruni menyimpan sebuah piring dengan setumpuk pancake yang di berikan sirup dan krim kocok di atasnya.
Victor yang sejak tadi duduk di kursi bar menyaksikan Seruni membuat pancake pun segera melahap menu sarapan khas Amerika tersebut. Tak lupa Seruni juga menyajikan secangkir kopi hitam tanpa ampas untuk melengkapi pancake yang sedang dimakan oleh Victor.
"Enak. Kamu memang memiliki bakat yang sangat luar biasa dalam hal memasak. Semua makanan biasa yang kamu buat, entah bagaimana menjadi sangat luar biasa rasanya." Puji Victor.
"Makasih." Ujar Seruni tersipu.
"Kemarilah." Pinta Victor pada Seruni agar ia duduk di samping Victor. Seruni pun menurutinya.
Victor pun fokus memakan pancake itu dan Seruni hanya duduk di samping Victor. Banyak hal yang sebenarnya ingin Seruni tanyakan, tapi Victor sudah memperingatkannya untuk tidak bertanya apapun padanya. Akhirnya Seruni hanya diam di samping Victor tanpa mengatakan apapun.
Kemudian Victor selesai dengan sarapannya. Ia meraih tangan Seruni dan menggenggamnya, membuat Seruni seketika menjadi gugup. Ia membawa tangan Seruni mendekat ke bibirnya dan mengecupnya pelan, membuat debaran jantung Seruni semakin menggila.
Victor menatap Seruni dengan ekspresi wajah yang tak bisa Seruni artikan. Pipinya kembali diusap oleh Victor. "Bagaimana bisa kau masih secantik dulu, Babe."
Satu kata panggilan itu mengundang air mata Seruni menggenang di pelupuk matanya. Ia sungguh terharu bisa mendengar Victor kembali memanggilnya dengan nama panggilan itu setelah bertahun-tahun lamanya.
"Tuan puteri..." Panggil Victor lagi, membuat Seruni semakin emosional.
"Victor... jangan kayak gini. Sebelum kamu bersikap seperti kita dulu, harusnya kita saling ngasih kabar gimana kehidupan kita selama ini. Dan kamu harus tahu, aku udah nikah, Victor."
Victor terlihat tidak terkejut. Seruni cukup heran melihatnya.
"Tapi sekarang aku udah cerai." Imbuh Seruni. "Kalau kamu gimana? Apa kamu juga..."
"Aku ingin kita kembali seperti dulu."
Tanpa menunggu, Victor mendekatkan bibirnya dan mencium kembali Seruni dengan lembutnya, membuat Seruni seperti melayang ke udara. Kemudian Victor menjauh dan kembali menatap wajah Seruni.
Seruni merasa apa yang mereka lakukan tidak benar. Tidak seharusnya mereka berkontak fisik di saat status mereka belum jelas seperti ini. Seruni pun bangkit dari posisi duduknya. "Aku harus kembali kerja."
Victor tak menahannya. Lagi-lagi Victor hanya memandang Seruni yang tengah sibuk membereskan dapur di kamar hotelnya itu.
"Nanti malam, sepulang bekerja. Datanglah kemari."
Sontak Seruni pun mematung. Ia tercengang. "Ada perlu apa aku harus datang ke sini lagi?"
"Datang saja. Kumohon."
Seruni mengerutkan dahinya. "Victor, sikap kamu aneh. Kamu kayak lagi nyembunyiin sesuatu. Karena itu aku gak akan datang." Tegasnya. Seruni kembali mendorong kereta dorong itu menuju pintu.
Namun langkah Seruni terhenti saat Victor menarik tangan Seruni dan membawanya menuju salah satu kamar di penthouse room itu.
"Victor, kamu mau apa?" Seruni mencoba menggapai handle pintu, namun Victor menahannya.
"Apa kamu tak merindukanku selama ini?" Diraupnya pipi Seruni dengan kedua tangannya. "Waktu yang sudah aku habiskan untuk bisa melupakanmu amat sangat menyiksaku. Susah payah aku mengubur perasaan ini dan tak mengingatmu lagi. Dan bertahun-tahun berlalu aku bisa mengendalikan perasaanku. Tapi sejak kita bertemu lagi di danau itu, aku kembali merasakannya lagi, Seruni. Aku kembali jatuh cinta padamu."
"Victor..."
"Tapi aku tak bisa kembali bersamamu. Aku harus bagaimana..." Ujarnya putus asa.
"Kenapa gak bisa?" Pengakuan Victor telah menyentuh hati Seruni. Perasaan yang sama Seruni rasakan di dalam hatinya. "Apa karena ayah kamu?"
Victor diam tak menjawab.
Seruni melingkarkan kedua tangannya di sekeliling tubuh Victor dan mendekapnya erat. "Kalau itu alasannya, aku gak akan nyerah. Apapun yang ayah kamu lakuin buat misahin kita, aku akan berusaha untuk tetap bertahan di sisi kamu. Kamu gak tahu 'kan, hidup aku selama ini bener-bener nelangsa. Aku terus nungguin kamu nepatin janji kamu. Ratusan kali aku dateng ke danau itu tapi kamu gak pernah dateng. Aku kecewa banget sama kamu."
"Maaf..." Lirih Victor seraya membalas pelukan Seruni.
"Ibuku meninggal saat aku lulus kuliah. Setelah itu aku nikahin seorang laki-laki yang aku harap bisa jadi teman hidup aku, menggantikan kamu yang gak pernah ada kabar. Tapi dia malah jahatin aku selama ini. Dia mukulin aku. Dia kasarin aku." Tangis Seruni pun pecah. Tangis yang selama ini tak pernah bisa sampai pada Victor. "Di saat dia udah nyiksa aku, yang aku inget selalu aja kamu. Aku selalu berharap kamu bisa tiba-tiba hadir di depan aku dan nyelametin aku dari laki-laki sakit jiwa itu. Tapi kamu gak pernah dateng."
Isak pun tak dapat Victor tahan. Rasa bersalahnya muncul lebih besar dari sebelumnya. "Maaf..." Hanya itu yang bisa diucapkannya.
"Aku bahkan pernah hampir mati. Aku berharap Tuhan panggil aku buat pulang. Saat itu aku udah gak tahan lagi. Tapi saat aku udah bener-bener nyerah, aku ngelihat sosok kamu dateng nyelametin aku. Aku gak tahu itu bener kamu atau bukan, tapi yang jelas aku sadar, bahkan saat aku ada di antara hidup dan mati, cuma kamu yang aku pikirin."
Victor melepaskan pelukannya dan kembali menatap Seruni. Ia seka air yang membanjir di pipi Seruni. "Sekarang, aku tak akan meninggalkanmu lagi. Aku akan selalu ada di sampingmu. Aku janji."
Seruni menggeleng. "Jangan bilang janji lagi. Aku udah gak percaya."
"Aku akan membuktikannya. Apa pun yang terjadi, bagaimana pun keadaan kita, aku tak akan pergi darimu lagi. Aku akan menghadapi semuanya demi kita."
"Kamu gak bohong?"
"Aku akan menebus semua waktu kita yang telah hilang selama ini. Aku janji," lirihnya dengan sungguh-sungguh.
Kemudian Victor mendekatkan bibirnya lagi dan mencium bibir Seruni yang memerah. Semakin lama semakin dalam dan dalam. Hingga Seruni memutuskan untuk menyerahkan semuanya pada Victor. Ia membiarkan tubuhnya dimiliki seutuhnya oleh Victor, sumber kebahagiaan yang kini telah kembali padanya.
Usai penyatuan itu, mereka masih terbaring di tempat tidur. Seruni bersandar pada dada polos Victor. "Ada satu yang belum aku kasih tahu sama kamu, Vic."
"Apa?" Tanya Victor.
"Aku... gak bisa punya anak," ucap Seruni dengan berat hati. Ia merasa sudah bertindak egois karena baru mengatakannya sekarang. Seruni berpikir Victor pasti sama seperti pria lain, yang menginginkan seorang anak. Apalagi ia seorang penerus perusahaan.
"Aku tidak peduli itu, Seruni. Aku mencintai kamu, bagaimana pun kamu."
Kata-kata Victor membuat bahagia menelusup di hati Seruni. "Kenapa kamu bisa nerima aku yang kayak gini?"
Victor tersenyum hangat saat Seruni menatapnya dengan tatapan bersalah. "Aku sudah kehilanganmu selama dua belas tahun. Apa kamu pikir aku akan rela kehilanganmu lagi karena alasan itu?"
Seruni kembali memeluk tubuh Victor, ia merasa lega sekali. Beban berat itu seketika terangkat. Keadaan tak sempurnanya yang selalu menjadi salah satu alasan mengapa Malik mengasarinya, ternyata sama sekali tak mempengaruhi perasaan Victor.
Akhirnya Seruni mendapatkan akhir bahagianya. Kini ia kembali bersama dengan Victor, pria tercintanya.
Hanya ada satu lagi rintangan di depannya yaitu restu ayah Victor. Seruni sudah bertekad, ia tak akan melepaskan lagi pria ini. Direstui atau tidak, Seruni tak akan mundur. Seperti apa kata Victor, cukup sudah dua belas tahun penderitaan yang harus dilewatinya. Kini ia hanya akan berjuang sedikit lagi untuk bisa meraih kebahagiaan yang seutuhnya.
Begitulah pemikiran Seruni.
Tanpa Seruni ketahui, Victor sudah menyembunyikan sebuah kenyataan pahit. Ego Victor untuk bisa kembali bersama cintanya yang belum usai membuatnya mengabaikan kenyataan itu. Kenyataan yang suatu hari akan menyakiti Seruni lebih dalam.
***
Keesokan harinya, kembali Seruni mempersiapkan menu sarapan yang akan ia antarkan langsung ke kamar di mana Victor menginap.
"Seruni, kamu masih ditugasin nganter sarapan ke penthouse room itu?" Tanya Mira, seorang rekan kerjanya.
"Iya." Ujar Seruni singkat.
"Kamu aman-aman aja tapinya 'kan? Hati-hati ya, kamu harus bikin pelayanan yang sempurna. Kalau enggak semua orang dapur bakal kena getahnya."
"Kenapa?" Tanya Seruni bingung.
"Kamu emang gak tahu, yang nginep di sana Pak Victor Hartono, 'kan? Dia CEO The Luxury Hart Hotel Company yang baru."
Seruni membeku seketika.
"Kayaknya dia minta kamu ke sana tiap pagi, buat ngelihat kinerja kita, deh. Reputasi kita ada di tangan kamu sekarang." Ujar Mira. "Semangat ya."
Seruni masih tak bisa berkata-kata, Victor adalah CEO dari hotel ini?
"Eh satu lagi, kamu harus hati-hati, jangan sampai bikin skandal. Jangan suka sama CEO kita yang ganteng itu."
"Apa... ya eng-enggak dong." Sahut Seruni terbata menyembunyikan rasa terkejutnya.
"Bukannya apa-apa. Kalau dia masih single sih gak apa-apa."
Bak disambar petir Seruni mendengarnya. "Maksud kamu?"
"Pak Victor 'kan udah nikah dan punya anak. Mereka tinggal di Inggris, gak dibawa ke sini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Erni Fitriana
kyk ketiban tuang listrik y seruni????
2024-06-25
0
Asep Saepudin
bak d sambar petir, kenyataan pahit lagi yg seruni alami..
2024-05-12
1