drrrttt... drrrttt.. drrrttt...
Ponsel Brenda pun berbunyi dengan segera dia mengangkatnya.
"Hallo sayang, apa kabar ???" tanya brenda di sebrang telepon dengan suara khasnya yang sangat manja. Laki laki mana yang tidak terpikat mendengar sensasi suara khas milik Brenda
"Aku baik, bagaimana dengan dirimu disana ??? ucap Eric sedikit dingin
Entah hal apa yang membuat Eric bisa sedingin itu menjawab pertanyaan Brenda barusan, namun dengan keadaan Brenda yang masih ngantuk dia memilih diam membiarkan Eric berkata apapun. Karena sebenarnya dia sudah malas jika Eric menelpon.
Setiap telpon Eric selalu menanyakan kapan dia pulang, kapan dia pulang terus hingga membuatnya enggan untuk mengaktifkan ponselnya.
Brenda lebih memilih sering menonaktifkan ponselnya karena dia sudah bosan dengan segala pertanyaan yang Eric lontarkan padanya. Dia beralasan karena dia lagi sibuk atau sedang ada pemotretan jadi dilarang keras untuk mengaktifkan ponsel, kecuali sedang break atau sudah selesai pemotretan.
"Aku sangat baik baik disini sayang." ucap Brenda dengan senyum manisnya yang terpancar di bibir seksinya itu yang membuat kaum Adam terpikat untuk ingin menikmati bibir Semerah buah chery itu
"Apa kau masih lama berada di Paris atau kau sama sekali tidak ingin kembali kesini ??? Tanya Eric dengan tegas dan dingin
"Aku masih 3 bulan lagi disini sayang." jawab Brenda dengan nada sedihnya, dia selalu mengeluarkan jurus jitunya setiap kali Eric akan marah padanya dan membuat Eric diam seketika karena dia tidak ingin bertengkar dengan Brenda.
Eric pun lalu menghela nafas dan dengan berat hati dia mengatakan untuk tetap menjaga dirinya selama berada disana. beberapa menit kemudian sambungan telpon antara mereka berdua pun terputus dan membuat Eric menatap nanar keluar jendela.
Di sebuah kamar yang sangat luas dan mewah, tampak seorang perempuan berbaring dengan lemah diatas ranjang yang masih belum sadarkan diri.
Seketika Bi Asih menatapnya penuh kasihan, dia ingat betul bagaimana perilaku tuannya kepada Narin selama ini. Tuannya bahkan sama sekali tidak pernah menganggap nona Narin sebagai istri dan lebih parahnya dia selalu menyakiti hati istrinya dengan perkataannya seperti sebuah belati yang menusuk relung hati Narin.
"Kasihan non Narin yang selalu saja menderita, semoga tuan bisa melihat sisi baik dari non Narin." ucap Bi Asih dalam hati
Beberapa menit kemudian nampak Narin yang sedang mengerjapkan kedua matanya dan mengedarkan pandangannya ke segala arah. tepat dia melihat Bi Asih yang sedang berdiri di sampingnya, dia pun ingin bangun dari tidurnya tapi dengan cepat bi asih melarangnya karena keadaan Narin yang masih cukup lemah.
"Non Narin mau kemana non ???" tanya bi asih
"Aku ingin turun Bi, badannku rasanya capek tidur terus." jawab Narin sambil menapakkan kakinya turun dari ranjang
Saat Narin mengangkat kepalanya, kepalanya pun tiba tiba terasa sakit sekali sehingga membuat Narin terjatuh diatas ranjang, dengan sigap bi asih langsung membantu Narin untuk berbaring lagi.
"Bi kepalaku sakit sekali." ucap ku sambil memegang kepala
"Non makan dikit ya habis itu non minum obat." kata bi asih
Bi Asih pun keluar dari kamar dan segera menuju ke dapur. Tepat saat Bi Asih yang sedang membawa makanan menuju tangga, tiba tiba terdengar suara bariton yang mengagetkannya dari belakang.
"Bi apa dia sudah bangun ??? Tanya Eric
"Sudah tuan, non Narin sudah bangun barusan. Makanya ini bibi ambilkan makan untuk non biar dia bisa minum obat." jawab Bi Asih sopan sambil memegang nampan yang berisi sebuah piring dan satu gelas air untuk Narin
Dengan langkah yang lebar Eric pun sudah berada di lantai atas tepat dimana Narin berada. Eric pun menatap Narin dengan tatapan yang sangat sulit untuk di artikan karena semenjak kejadian tadi pagi sikap Eric mulai menghangat, entah kenapa hanya dirinya lah yang tau dia bisa menghangat seperti ini.
Narin yang merasa dirinya sejak tadi di tatap, dia merasa risih dan tiba tiba dia berbalik memiringkan tubuhnya sehingga membuatnya membelakangi Eric. Narin sengaja melakukan hal itu karena dia ingin menghindar dari tatapannya Eric, dan mulai sekarang pun Narin sudah berjanji pada dirinya tidak akan pernah bertanya atau pun menyiapkan segala kebutuhannya mulai dari memasak, membuatkan kopi dan lain sebagainya. Karena dia tau bahwa Eric tetap tidak akan bisa mencintainya sampai kapan pun.
Meski dia menghindari Eric namun perasaannya terhadap Eric masih tetap sama seperti dulu. Dia hanya ingin mencoba untuk tidak berharap lagi dengan pernikahannya ini, karena cepat atau lambat mereka pun akan bercerai saat waktunya tiba nanti.
Tok... tok... tok...
Terdengar suara ketukan pintu dari luar dan ternyata Bi Asih lah yang sedang membawa makanan untuk Narin. Dengan suara lantang, Eric pun menyuruh bi asih masuk.
"Masuk" kata Eric
"Permisi tuan ini makanan buat non Narin, bibi permisi dulu ya tuan." ucap bi asih sambil menaruh makanan diatas nakas
Sebelum pergi Bi Asih menoleh ke Narin yang membelakanginya dengan menyuruhnya makan.
"Non ini makanannya, bibi taruh diatas nakas. di makan ya non keburu dingin nanti." Kata Bi Asih dan segera melangkah keluar sambil menutup pintu kamar
Setelah Bi Asih keluar dari kamar, Eric pun segera mendudukkan dirinya di atas sofa yang menghadap ke sebuah ranjang dimana Narin yang tetap terlihat berbaring miring membelakanginya.
Dengan suara yang lantang Eric pun menyuruh Narin segera makan dan meminum obatnya.
"Makanlah dan segera minum obatmu." perintah Eric
Narin pun yang merasa kaget dengan suara Eric namun tetap tidak membuatnya takut sama sekali karena dia sudah kebal dengan suaranya Erik yang memekikkan telinga. Dia pun tetap bergeming di atas ranjang.
Melihat Narin yang mengacuhkannya, Eric pun terlihat menahan emosinya yang sejak tadi dia tahan. tapi sekarang dia sudah tidak bisa menahannya lagi, dengan langkah lebar dia pun berdiri di depan Narin. Sekejap tatapan mereka bertemu saling memandang satu sama lain, namun saat Narin ingin berbalik ke arah lain dengan cepat Eric mencengkram lengannya dengan sangat keras hingga Narin pun tampak kesakitan.
" Auuuch sakit, lepaskan" kata Narin sambil menahan rasa sakit akibat ulah Eric
"Aku tidak akan melepaskan mu, sebelum kau berjanji mau makan dan meminum obatmu itu." ucap Eric dengan tatapan tajamnya
Entah keberanian darimana sosok Narin yang penurut akhirnya dia mengeluarkan kata kata yang mampu membuat Eric semakin marah.
"Apa hakmu menyuruhku makan dan meminum obat ???" tanya Narin dengan lantang sambil menatap kedua manik yang tajam didepannya
Eric pun kaget melihat Narin yang berbicara seperti itu dengan lantang, dengan gerakan cepat Eric mengambil makanan dan menyendokkan makanan tersebut ke mulutnya dan setelah itu memasukkan makanan dari mulutnya ke mulut Narin hingga membuat Narin membulatkan matanya.
Dengan cepat Narin pun mendorong tubuh Eric untuk menjauh darinya dan segera dia mengambil tisu diatas nakas untuk membersihkan mulutnya dari bekas mulut Eric.
Eric pun yang melihat kelakuan Narin tersenyum smirk dan dengan cepat dia melangkah dan membawa piring untuk menyuruh Narin makan.
"Bagaimana apa kau masih tetap tidak mau makan, atau kau ingin aku menyuapimu dengan cara yang tadi ???" tanya Eric dengan senyumnya yang mengejek
Narin pun terpaksa memakannya, dia tidak ingin Eric berbuat seperti itu lagi karena dia juga sudah merasa lapar. Jadi tidak ada salahnya dia memakan makanan itu.
Dengan cepat Narin duduk diatas ranjang sambil menyandarkan kepalanya di headboard. Namun saat dia duduk dia tampak merasakan sakit sekali di kepalanya sehingga membuat Narin meringis kesakitan.
"Auuuch" ucap Narin sambil memegang kepalanya yang terdapat perban di keningnya
Melihat hal itu Eric pun khawatir dan tentu saja dia langsung menyendokkan makanan tepat ke arah mulut Narin. Awalnya Narin menolak dan dengan sigap Eric pun mengancam nya untuk berbuat seperti tadi.
Akhirnya Narin pun mau tidak mau dia menerima suapan dari Eric, dan Eric pun tersenyum smirk karna dia pun sudaah merasa menang dari Narin.
Dengan perasaan dongkol, Narin pun menyudahi makannya dan bergegas minum. 10 menit kemudian Narin meminum obatnya dan segera membaringkan tubuhnya lagi dengan memakai selimut sampai diatas kepalanya.
Narin yang sengaja melakukan itu bertujuan supaya Eric mengira dirinya tidur dan dengan segera Eric keluar dari kamarnya.
Eric pun yang mengerti dia bergegas melangkahkan kakinya keluar dan segera menuju ke kamarnya.
Narin pun merasa lega karena sudah tidak ada lagi Eric dikamarnya, dia merasa sangat ngap saat Eric berada didekatnya. namun Narin sedikit curiga dengan sikap dan perilaku Eric terhadapnya yang tiba tiba dia seakan peduli dengannya.
Apa Eric sudah mulai berubah atau hanya merasa bersalah karena sudah mendorong Narin hingga terjatuh dan menabrak ujung lemari.....
Yuk simak terus kisah Eric dan Narin sampai tuntas yaaaa...
Jangan lupa like, komen,subscribe, vote dan follow author juga yaa...
Terima kasih 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
🌹🌹🌹special for u 🥰
2024-08-06
0
Utayiresna🌷
aduh ada namaku pula😭
2024-07-02
0
🔵꧁ঔৣ⃝𝐊ꪶꪖ𝘳ꪖ❦꧂
ku baca sampai sini dulu, 5 iklan meluncur /Ok/
2024-06-28
1