Nikah kilat dan dadakan telah usai. Petugas patroli yang merazia Btari dan Fauzan sudah meninggalkan kamar. Begitu juga dengan petugas KUA yang menikahkan mereka juga sudah meninggalkan kamar ini.
Fauzan duduk di tepi ranjang dengan raut yang tak terbaca. Rupanya laki laki ini sedang memikirkan rencana selanjutnya terkait pernikahan yang tak diinginkannya.
Fadil berdiri kaku di tengah kamar, tidak tahu apa yang harus dilakukan. di atas kursi, Btari meremas remas tali tas cangklongnya dengan gugup. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan.
Btari ingin pulang. udara kamar ini terasa pengap dan menyesakkan untuknya. Seandainya tadi ia menuruti kata hatinya yang sudah ragu saat menerima tawaran memijat dari Sodiq, Btari yakin dirinya masih baik baik saja. Tidak digrebeg satpol lalu dinikahkan secara kilat seperti ini.
Tapi semuanya sudah terjadi. Tidak mungkin diubah kembali. Hanya yang jadi persoalan, apakah Fauzan akan memintanya hidup bersama atau hidup terpisah seperti sebelumnya, dan berpura pura tidak ada insiden pernikahan ini. Tapi rupanya lelaki itu dari tadi hanya diam saja.
"Saya permisi pulang." Btari bangkit dari duduknya.
"Apakah pijatannya sudah selesai?" Fadil bertanya.
"Sudah." Btari tidak berminat lagi melanjutkan pijatannya, sebenarnya kurang sedikit lagi pijatan yang harus ia lakukan.
"lalu untuk apa perban elastis yang kamu minta tadi?" Fadil masih tidak puas.
Btari menatap Fadil dengan heran. Laki laki yang mengaku assisten ini bersikap seolah olah seorang istri yang selalu memikirkan kesehatan suaminya.
"Jangan jangan Si Fadil ini kaum belok?" Btari mulai berpikir negatif mengingat sikapnya yang begitu menjaga dan posesif pada Fauzan. Btari jadi bergidik.
"Perban elastis untuk dibalutkan pada mata kaki yang cedera, agar kalau nanti kakinya dibuat berjalan tidak mudah bergeser." Btari menjawab datar, ia baru teringat pada Sodiq, kemana lelaki itu, sampai detik ini belum muncul.
"kalau begitu tunggu sampai Sodiq datang membawa perban elastis itu, lakukan tugasmu sampai selesai!" Fadil berkata dengan arogan.
"Hanya membalut kencang kaki yang cedera saja, anda tidak bisa?" Btari menatap Fadil dengan heran.
"Aku bisa, tapi aku tidak mau sampai terjadi kekeliruan yang malah membuat kaki Mas Fauzan tambah cidera." Fadil menjawab.
Mendengar jawaban Fadil, pikiran negatif Btari muncul lagi. Pandangan matanya menatap Fadil dan Fauzan berganti ganti. Btari bisa melihat betapa khawatirnya Fadil pada Fauzan. Mata lelaki itu menatap kaki Fauzan dengan pandangan yang mengatakan kenapa tidak kakiku saja yang sakit?
Btari menatap kedua laki laki ini dengan pandangan sinis. Dua makhluk yang membuat bumi ini diberi azab karena kelakuannya yang menyimpang dan menjijikkan. Naudzubillah mindalik.
"jangan berpikiran negatif, hanya berdasarkan pandanganmu!" Fauzan menatap Btari tajam, ia tahu apa yang dipikirkan oleh wanita ini. Btari pasti mengira ia dan Fauzan kaum belok.
Fauzan sering melihat tatapan seperti yang diperlihatkan Btari tadi. Beberapa orang memang sering mengira ia dan Fadil pasangan LGBT karena sikap Fadil yang possesif padanya. Padahal Fadil melakukan itu semua karena amanah kakeknya. Di akhir hidup sang kakek, lelaki itu memberi amanah Fadil agar selalu menjaga Fauzan.
Fadil adalah anak panti yang diadopsi kakeknya. Karena itu Fadil merasa berhutang budi. Apa pun perintah sang kakek akan selalu dilakukannya. Hingga terlihat Fadil sangat protektif padanya. Sikap yang membuat Fauzan merasa gerah.
"Bisa kah saya pulang sekarang? Untuk perban elastis, mas Sodiq bisa mengikatkannya nanti." Btari sudah tidak betah, di kamar yang telah menorehkan sejarah memalukan dalam hidupnya.
"Lalu bagaimana untuk pijat kelanjutannya? Aku yakin tida satu kali ini saja bukan?" Fauzan bertanya.
"untuk tindakan berikutnya, datang saja ke tempat praktek pijat sangkal putung yang menaungiku, Pijat Sangkal putung Pucang anom." Btari menjawab.
"aku bisa meminta nomor rekeningmu? Akan kutransfer ongkos pijat ini." Fauzan menatap Btari.
"cash saja." Btari menjawab singkat.
"Aku tidak punya uang cash .. Sudah habis untuk mahar tadi, sebutkan saja nomor rekeningmu!" pinta Fauzan.
"Tidak usah saja kalau begitu!" Btari memutuskan.
"Tidak bisa.begitu, aku akan tetap membayar ongkos pijatmu." Fauzan ngotot.
Btari menyebutkan nomor rekeningnya. Fauzan mengambil handphone miliknya. jari jarinya mengotak atik layar.
"Sudah aku transfer ongkos pijat ke rekeningmu, silahkan diperiksa!" ujar Fauzan.
"Nanti saja, aku pamit pulang!" Btari bangkit dari duduknya.
"Sebentar, duduklah dulu! Kita bicara dulu tentang pernikahan ini!" pinta Fauzan.
"Silahkan!" Btari duduk lagi, ia juga ingin tahu apa yang akan dikatakan Fauzan tentang kelanjutan pernikahan grebekan ini.
"Kita tidak akan menjalani pernikahan normal seperti layaknya pasangan suami istri lainnya. Kita akan hidup seperti hidup kita sebelumnya. Kau tetap tinggal di rumahmu sendiri dan aku juga akan tinggal di rumahku .. Kita tetap akan datang ke KUA setiap bulan sesuai peraturan sampai enam bulan ke depan. Setelah.enam bulan kita akan bercerai. Sebagai bentuk tanggung jawabku kepadamu, setiap bulan aku akan menafkahimu dengan mengirimu uang belanja ke rekening milikmu .. Aku minta maaf tidak bisa menjalankan tugasku sebagai suami yang normal, aku sudah punya kekasih. Aku harap kamu mengerti. Bagaimana pun kita hanya dua orang asing yang tidak saling mengenal." ucap Fauzan panjang lebar.
"Aku mengerti .. Aku juga tidak menginginkan pernikahan ini! aku senang anda menawarkan jalan ini, karena memang seperti ini yang aku mau, hidup sendiri sendiri seperti sebelumnya sebelum pernikahan memalukan ini terjadi! Oh ya Anda tidak perlu mengirimkan nafkah belanja padaku, aku tidak memerlukan nafkah apapun dari anda. Agar nanti setelah enam bulan berlalu aku bisa membatalkan pernikahan ini, agar statusku tetap gadis bukan janda. Menyandang status Janda itu tidak mudah!" Btari berucap dengan datar.
Fauzan tertohok dengan kata kata Btari. Dirinya tidak berpikir sejauh itu. Tidak seperti yang dibayangkannya, Btari akan menerima kiriman uang sebagai belanja bulanan, di luar dugaan gadis itu menolak mentah mentah.
"Aku permisi." Btari bangkit dari duduknya.
"ini buku nikah kita .. simpanlah!" pinta Fauzan sambil menyerahkan dua buku nikah yang baru saja mereka tanda tangani.
"kenapa buku nikah milik anda tidak anda simpan sendiri?" Btari heran.
"Aku tidak mau menyimpannya, tidak ada alasan lain." jawab Fauzan.
"Baiklah!" Btari mengambil dua buku nikah dari tangan Fauzan, ia tidak mau berdebat, yang dia inginkan adalah secepatnya keluar dari kamar ini.
"aku bisa minta nomor teleponmu?" Fauzan bertanya.
"maaf aku tidak bisa memberikan nomor pada orang asing." ucap Btari, membuat Fauzan merasa dihantam batu besar. Meskipun dia dan Btari orang asing, tapi mereka berdua telah diikat dalam tali pernikahan.
"Kalau aku tidak punya nomor telepon kamu, lalu bagaimana kita bisa datang ke KUA bersama sama?" Fauzan mengingatkan.
"Anda bisa menghubungi Sodiq!" Btari masih bertahan.
"aku tidak ingin pernikahan ini diketahui oleh orang lain!" Fauzan mulai kesal.
"Begini saja .. Kita buat kesepakatan .. Kita akan akan datang ke kantor KUA pukul delapan pagi, beres kan? Nanti aku akan menunggu anda di halte yang berada di seberang kanto KUA, dari sana kita masuk bareng, seolah olah kita datang bersama." Btari memberikan solusi.
"Terserah kamu!" Fauzan kesal, seperti minta nomor artis saja, sulit amat untuk ngasih nomor.
"Terima kasih kerjasamanya, saya pulang." Btari berjalan keluar dari dalam kamar ini.
Dengan muka menunduk, Btari terus berjalan meninggalkan hotel yang telah memberinya sejarah memalukan.
Btari sampai di rumah petak kontrakan nya dengan selamat. Ia langsung masuk kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan berganti baju. Setiap selesai memijat orang ia selalu membiasakan untuk mandi dan berganti dengan pakaian bersih.
Lelah hati dan fisik akibat insiden digrebeg dan dinikahkan secara paksa membuat Btari ingin merebahkan tubuhnya di atas kasur. Btari ingin tidur, berharap insiden di hotel tadi hanya mimpi bukan kejadian nyata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Okto Mulya D.
Btari, yang kurang beruntung hidupnya harus nikah paksa, hancur lahh rencana hidupnya ke depan.
2024-12-13
0
Dwi Puji Astuti
cerita beda dari yang lain..suka banget thor..
2024-08-15
1