"ini hotel mas?" Btari menatap bangunan di depannya dengan ragu.
"Iya Tar." Sodiq memarkirkan sepedanya.
"Tidak jadi saja ya Mas .. Aku tidak pernah melayani pasien di kamar hotel!" Btari turun dari boncengan.
"Gimana sih Tar .. Aku gak enak sama Mas Fadil kalau kamu batalkan ... Lagipula ini keadaan darurat, masa kamu tega membiarkan pasien menderita sakit, sementara dia butuh pertolongan darimu?" Sodiq berusaha membujuk.
"Pasien bisa dibawa ke rumah sakit kan mas Sodiq, tidak harus aku yang menangani! Apalagi di rumah sakit peralatannya lengkap dan ada dokter ahli yang bisa menangani pasien ini." entah mengapa Btari merasa ragu menangani pasien ini, seolah olah ada yang berbisik padanya untuk membatalkan.
"Kalau situasinya tidak darurat mereka tidak akan minta ditangani oleh tukang pijat sangkal putung sepertimu Tar! Dua jam lagi si pasien harus menghadiri seminar penting, hanya kamu yang bisa membuat kaki pasien bisa berjalan lagi!" Sodiq agak frustasi.
"Jangan terlalu memujiku! bisa membuatku takabur .. Yang menyembuhkan itu Allah bukan aku." Btari tidak suka.
"Iya aku tahu .. Tapi kesembuhan yang Allah berikan itu perantaranya lewat kamu! Ayo kita ke dalam, mereka sudah menunggu nih! Jangan khawatir soal honor, berapa pun yang kamu minta .. Pasti akan dbayar!" Sodiq memastikan.
"Mestinya kamu tahu aku tidak pernah mematok tarif pada pasienku .. Mereka bisa membayarku semampu mereka." Btari melotot jengkel.
"Iya .. Iya aku salah ... Mohon dimaafkan kekhilafanku ini! Ayo kita ke dalam .. Mas Fadil sudah ngecat aku nih ... Menanyakan sudah sampai mana kita." Sodiq berjalan duluan.
Dengan rasa enggan, Btari mengikuti langkah Sodiq. Sodiq ... Lelaki ini tadi yang menjemputnya di kontrakan dengan terburu buru. Katanya ada pasien yang membutuhkan keahliannya untuk menangani pasien yang sedang mengalami insiden jatuh. Hingga membuat kakinya cidera dan membuat si pasien tidak bisa berjalan. Tanpa banyak tanya karena ingin segera menolong, Btari langsung naik ke boncengan Sodiq.
Btari percaya pada Sodiq, karena selain menjadi tetangga kontrakan, mereka berdua pernah tinggal di panti yang sama. Sodiq juga sering membawakan pasien untuk ditanganinya. Ya Btari punya keahlian pijat sangkal putung. Pijat khusus untuk orang orang yang mengalami patah tulang atau cidera yang berhubungan dengan tulang.
Hati Btari jadi ragu saat melihat ia harus menangani pasien di hotel. Apalagi hotelnya terlihat seperti hotel biasa. Hotel yang sering menjadi bahan berita karena sering terjadi penggrebekan pasangan tidak halal melakukan perbuatan tidak senonoh di sini.
Btari dan Sodiq tiba di lobi hotel yang tidak seberapa luas. Sodiq mengeluarkan hanphone dari saku celananya. Mencari nomor kontak orang bernama Fadil.
"Assalamualaikum Mas Fadil, saya sudah di lobi! tukang sangkal putungnya sudah bersama saya .. Kami harus ke mana ini?" Sodiq bertanya.
"aku akan ke lobi." Orang bernama Fadil menjawab, telepon dimatikan.
"Pasiennya laki laki Mas? Aku tidak menerima pasien laki laki loh .. Kamu lupa?" Btari menatap Sodiq tajam.
"Bukan .. Mas Fadil ini assisten orang yang kakinya cidera! Aku tidak tahu, laki laki atau perempuan! Tapi tadi aku sudah konformasi sama Mas Fadil kalau pasien harus perempuan." ucap Sodiq meyakinkan.
Btari tidak membantah. Semoga saja pasiennya wanita. Kalau laki laki ia akan balik kanan. Tidak perduli lelaki itu cidera serius dan butuh pertolongan, Btari akan pergi. Dari lorong muncul seorang lelaki memakai baju koko menghampiri Sodiq.
"Mas Sodiq ayo ikut saya!" laki laki yang bernama Fadil langsung berbalik.
"Ayo Tar!" Sodiq mengikuti langkah Fadil yang lebar.
Mereka berjalan melalui lorong yang kanan kirinya terlihat kamar kamar hotel dengan pintu tertutup rapat. Hati Btari makin takut. Ingin rasanya ia berbalik pergi meninggalkan tempat ini. Langkah mereka berhenti di sebuah kamar bernomor tigabelas, angka sial kata orang orang jaman dulu.
Fadil mengetuk pintu. Tanpa menunggu balasan dari orang yang berada di dalam kamar, Fadil masuk ke dalam diikuti Sodiq. Btari ragu untuk masuk.
"Tari ayo masuk! Jangan takut ada aku!" Sodiq berseru.
Dengan hati gamang Btari masuk ke dalam mengikuti langkah Sodiq. Di dalam kamar, di atas ranjang seorang laki laki duduk bersandar.
"Mas Fauzan .. Tukang pijatnya sudah datang." Fadil berbicara.
Btari kaget sekali. Ternyata pasiennya laki laki. Ia memutuskan untuk tidak menangani pasien ini.
"Mohon maaf saya tidak menangani pasien laki laki ... Permisi." Btari berbalik.
"Anda tidak bisa menolak! Sembuhkan Mas Fauzan sekarang!" Fadil berkata dengan bengis.
"Apa apaan ini .. anda tidak bisa memaksa seperti ini Mas Fadil! Tari hanya menerima pasien perempuan." Sodiq juga kaget dan jengkel.
"lakukan sekarang! Jangan membantah!" Fadil menodongkan pistol pada Sodiq dan Btari.
Sodiq dan Btari langsung pucat pasi. Mereka ini siapa sih? Anggota Gangster kah sampai punya pistol segala? Tapi melihat penampilan mereka yang memakai baju koko, menandakan kalau mereka orang orang baik. Atau jangan jangan mereka anggota gangster yang sedang menyamar?
"Cepaaat!" Fadil membentak sambil menarik pelatuk
"eeeh iya .. Iya Mas .. Tari cepetan .. Pijat orang itu." Sodiq ketakutan.
Btari berjalan mendekati ranjang. Seorang laki laki tampan sedang mengernyit kesakitan. Tangannya memijat kaki kanannya yang terlihat membengkak. Btari seperti familiar dengan wajah laki laki ini.
Btari duduk di tepi ranjang. Diamatinya kaki laki laki ini. Tampak mata kakinya bengkak dan sudah berwarna ungu gelap. Btari mengulurkan tangannya pada kaki yang bengkak untuk memeriksa.
"Apa yang terjadi, sampai kaki anda retak seperti ini?" Btari mengajukan pertanyaan.
"jatuh di kamar mandi, kakinya menghantam dinding bak mandi dengan keras." Fadil yang menjawab, laki laki di atas ranjang masih meringis kesakitan.
"Tolong celana panjangnya dilepas, ganti dengan celana pendek saja!" pinta Btari.
Fadil bergerak ke sisi ranjang, berjongkok ke arah laki laki yang kakinya cidera.
"Maaf mas .. Aku akan melepaskan celana panjenengan." Ucap Fadil.
Btari spontan berdiri dan berbalik badan. Tidak mau matanya dinodai oleh pemandangan yang tidak boleh dia lihat. Kalau saja tidak diancam todongan pistol, Btari akan memlih berlari meninggalkan kamar ini. Tapi melihat kondisi kaki laki laki ini juga membuatnya kasihan. Pasti jatuhnya sangat keras, sampai kakinya cidera seperti itu.
"Sudah .. Teruskan memijatnya." Fadil berucap dingin.
"Tolong sediakan policrepe untuk membebat kaki yang cidera." pinta Btari.
"Apa itu policrepe?" Fadil bertanya.
"Perban elastis berwarna coklat untuk membebat kaki atau tangan yang mengalami patah tulang." Btari menjelaskan.
"Pak Sodiq tolong belikan perban ini!" Fadil merogoh dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah.
"Belikan yang terbagus mutunya." ucap Fadil.
Sodiq mengangguk sambil menerima uang dari Fadil, lalu bergegas keluar.
"cari apotik terdekat, jangan lama lama!" Fadil memerintah dengan arogan.
"iya." Sodiq keluar kamar.
Btari sudah duduk di tepi ranjang. Sebelum mengurut ia mengucapkan Basmalah, membaca surat Al fatikha dan sholawat nabi sebanyak tiga kali. Tangannya mulai mengurut kaki laki laki ini. Btari mengurut betis agar rileks.
"siapa nama anda?" Btari menatap sekilas wajah lelaki yang dipijatnya.
Tidak ada jawaban. Sementara Fadil juga diam tidak menjawab.
"Saya harus tahu nama anda, kalau tidak saya tidak bisa meneruskan mengurut meski anda menembak saya!" Btari mulai jengkel.
"untuk apa harus mengetahui nama pasien?" Fadil yang bertanya.
"Karena aku harus menyebut nama pasien untuk kusertakan dalam doa pengobatan ini." Btari sudah jenkel.
"Dr Fauzan Maulana." akhirnya si pasien menjawab.
"Tinggal menjawab saja apa susahnya sih!" Btari mendumal.
Fauzan si pasien tidak menanggapi. Ia menatap wajah perempuan di depannya yang masih menunduk fokus pada kaki yang sedang dia urut. Wanita ini tidak menunjukkan expresi apapun saat dia menyebutkan namanya. Ternyata ada juga orang yang tidak mengenal nama besarnya
Fauzan mulai mendesis kesakitan. Tangan tukang pijat sangkal putung ini mulai mengurut kakinya yang cidera. Padahal pijatannya tidak keras, tapi rasa sakit mulai terasa. Semakin lama semakin sakit.
"Tahan .. Ini akan sedikit sakit!" Btari memberi peringatan.
Bulir bulir keringat mulai keluar dari seluruh penjuru tubuh Dr Fauzan. Ini sih bukan sakit sedikit, tapi sangat sakit. Dr Fauzan menggeram untuk menahan tasa sakit di kakinya. Semakin lama pijatan Tukang sangkal putung ini makin terasa.
"apa yang paling anda sukai?" tiba tiba Btari bertanya.
"Jawab saja!" sentak Btari melihat wajah Pasiennya yang keheranan bercampur kesakitan.
"duduk di tepi pantai." jawab Fauzan.
"sekarang bayangkan, anda sedang duduk di tepi pantai." Btari menyarankan.
Mulut Btari berkomat kamit membaca doa, ia akan sampai pada titik krusial pada pijatannya. Di sela sela rasa sakit yang menderanya Fauzan masih sempat mendengarkan doa Btari, beberapa kali wanita ini menyebutkan nama lengkapnya.
"AAAAAAKKHHHH...." Fauzan berteriak keras.
KREEEKK .. KREEK .. KREEK ..
Terdengar bunyi tulang bergeser seiring teriakan membahana Dr Fauzan. Rasa sakit teramat sangat mendera Fauzan sampai ke ulu hati. Keringat dingin mengalir deras dari seluruh pori pori tubuhnya.
"Apa yang kamu lakukan, kamu apakan Mas Fauzan?" Fadil berteriak panik.
Btari tidak menjawab .. Ia terus berkonsentrasi mengurut kaki Dr Fauzan sambil terus menderaskan doa.
"Mas .. Mas Fauzan .. anda kenapa mas?" Fadil makin panik.
Fauzan tidak menjawab. Hanya tangannya yang terangkat menenangkan Fadil agar tidak ikut campur. Kakinya yang cidera dan retak terasa ringan dan dingin. Rasa sakit yang menderanya tadi sudah berkurang. Sebagai dokter ia cukup takjub dengan kepiawaian wanita yang dipanggil Tari ini.
Bukan tanpa alasan ia meminta Fadil mencari tukang sangkal putung untuk menangani cidera kakinya. Meski ia berprofesi dokter specialis jantung sekaligus sebagai influencer kesehatan yang cukup terkenal dan sering menjalankan profesi sebagai narasumber dalam seminar - seminar kesehatan jasmani dan rohani yang mempunyai jutaan followers anak anak muda dan ibu ibu, dirinya lebih memilih ditangani tukang pijat sangkal putung karena dulu pernah punya pengalaman mengalami patah tulang lalu ditangani tukang pijat sangkal putung, dan hasilnya tidak mengecewakan, kakinya sembuh seperti sedia kala.
"Cobalah anda turun .. Dan tapakkan kaki anda di atas lantai!" Btari memerintah.
Fauzan menurut, dengan hati hati ia menggerakkan kaki untuk turun dari ranjang.
"Mas Fauzan yakin? Bagaimana kalau Mas menuruti kata kata mbak Tari ini malah membuat kaki mas Fauzan makin parah?" Fadil khawatir, sejujurnya ia tidak suka dengan pengobatan alternatif ini.
Saat Dr Fauzan mengalami insiden jatuh dan kakinya cidera parah, Fadil sudah menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit. Tapi Dr Fauzan kekeh meminta dicarikan tukang pijat sangkal putung.
Dengan terpaksa ia menelpon Sodiq untuk mencarikan tukang pijat. Sodiq ini rekan kerjanya dalam partner in crime. Jika Fadil membutuhkan informasi dari bawah, Fadil inilah yang ia hubungi.
"Kalau ngomong itu dijaga .. Saya masih disini! Simbah saya mengajarkan llmu sangkal putung ini bukan untuk membuat cidera makin parah .. Tapi untuk disembuhkan! Kalau sampai rekan anda ini sembuh .. Saya harap tarik kata kata anda yang menyakitkan ini, kalau tidak mau semoga kepala anda kejedot pintu." Btari menatap tajam Fadil, laki laki arogan yang menyebalkan. Tadi sudah seenaknya mengancam dirinya dengan pistol, kini giliran mulutnya yang berkata kata pedas.
Fadil ingin menjawab perkataan Btari.Tapi ia urungkan karena Fauzan sudah menginterupsinya.
"Tolong pegang tanganku." Fauzan berusaha bangkit dari duduknya, ia butuh pegangan.
Fadil mendekat, Fauzan segera berpegangan pada lengan Fadil. Ia mencoba bangkit. Dan usahanya berhasil. Ia bisa berdiri tegak. Pelan pelan tangannya ia lepaskan dari lengan Fadil.
"Bagaimana .. Apa yang anda rasakan? Terutama mata kaki anda?" Btari menatap Dr Fauzan.
"Sudah tidak sakit, Alhamdulilah aku bisa berdiri tegak .. aku bisa berjalan dengan normal kan?" Fauzan menatap Btari.
"Insya Allah bisa! Tapi untuk sekarang anda duduk lagi, masih ada yang harus saya urut agar kesembuhan anda sempurna." ucap Btari.
Fauzan menurut. Ia kembali duduk dengan hati hati. Lalu menyelonjorkan kakinya. Btari kembali duduk di tepi ranjang. Ia mengulurkan tangannya untuk mengurut kaki Fauzan.
Terdengar dering telepon berbunyi. Ternyata handphone milik Fadil. Laki laki itu segera mengambil handphone dari saku baju.
"Hey .. Anda harus minta maaf dulu padaku! Tarik kata kata anda tadi!" Btari mengingatkan.
Fadil menatap tajam Btari yang dibalas wanita itu dengan tatapan tajam yang sama. Fadil hanya mendengus kesal. Lalu berjalan keluar untuk menerima telepon. Saat membuka pintu dengan gerakan cepat ... Tanpa ampun kepalanya terbentur daun pintu dengan keras.
Sejenak Fadil seperti melihat burung burung berterbangan mengelilingi kepalanya. Rasanya mau pingsan. Fadil menyandarkan diri di tembok sambil memejamkan mata untuk meredakan sakit di kepala.
Setelah rasa sakitnya mereda dan burung burung imaginasi yang berterbangan mengelilingi kepalanya hilang, Fadil membuka matanya.Tak sengaja matanya bertemu dengan mata Btari. Gadis itu menyeringai tipis, seolah mentertawakan kesialannya.
Fadil jadi teringat kata kata Btari tadi yang menyumpahinya. Kalau ia tidak minta maaf kepalanya akan kejedot pintu. Dan sumpah gadis itu menjadi kenyataan. Kepalanya terbentur pintu dengan keras. Sakitnya sampai sekarang masih terasa. Dan mungkin kepalanya akan benjol. Fadil jadi ngeri dengan Btari. Wanita ini, kenapa perkataannya bisa terjadi sungguhan? Handphonenya kembali berdering, ia segera keluar dan menutup pintu dengan hati hati, tidak mau kejadian kepalanya terbentur terulang lagi.
Btari meneruskan pijatannya. Ia memijat pangkal paha Fauzan agar peredaran darah yang sempat kacau bisa normal kembali. Fauzan merasa gerah. Kaos yang dipakainya sudah basah kuyup karena keringat. Tanpa pikir panjang ia melepas kaosnya lalu menaruhnya di atas nakas.
"kenapa anda membuka kaos anda?" Btari terbelalak, ia segera menunduk menjaga pandangannya, dibenahinya kerudung Paris yang menutupi rambut. Ia agak grogi berhadapan dengan lelaki yang bertelanjang dada seperti ini. Apalagi sekarang mereka hanya berduaan di dalam kamar.
"Gerah .. Tidak enak memakai baju basah." jawab Fauzan.
Btari memilih tidak mendebat perkataan pasiennya. Ia tahu laki laki di depannya ini sama sama menyebalkan seperti assitennya. Ia terus mengurut paha Fauzan. Ia ingin cepat selesai dan pergi dari tempat ini. Tinggal menunggu kedatangan Sodiq yang sampai detik ini belum kelihatan batang hidungnya.
"Beli di apotik mana sih mas Sodiq ini, kenapa lama sekali?" Btari menggerutu dalam hati.
Karena merasa jengkel dengan Sodiq yang tidak kunjung muncul, tanpa sengaja ia memijat paha Fauzan dengan keras. Membuat laki laki itu berteriak kesakitan.
"Aaauuukh .. sakit .. Bisa pelan pelan kan?" Fauzan meringis sakit.
"Iya .. Iya .. Akan aku pelankan." Btari ikut meringis.
"Aaa .. uuuh." Fauzan mengadu, cukup sakit juga pijatan wanita ini.
"Paha anda ini sedikit mengalami cedera otot kalau dalam bahasa jawa disebut kecethit, ini agak keras di bagian ini? Mau saya pijat juga agar segera sembuh? Aku yakin paha anda ini kadang kadang terasa sakit?" Btari mendiaknosa.
"Kamu benar, pahaku yang ini memang mengalami cidera otot saat bermain futsal, baik lakukan pemijatan saja, aku mau sembuh!" Fauzan menyetujui.
"Ditahan ya .. Agak sakit pijatannya." Btari memberitahu.
"lakukan saja!" Fauzan mengangguk.
"Aaaa .. uuukh .. Aaaakh ... Aaaakhh .. " Fauzan mendesis kesakitan.
Tiba tiba pintu terbuka dengan bunyi yang keras karena menghantam dinding di belakangnya. Segerombolan orang berseragam masuk ke dalam dengan wajah sangar.
Fauzan dan Btari terkejut sekali dengan kedatangan mereka. Tanpa basa basi mereka semua menatap Fauzan yang setengah telanjang hanya memakai celana pendek dengan keringat yang membasahi tubuh. Sementara tangan Btari masih dalam keadaan memegang paha Fauzan.
"Astaqfirllahal adzim .. Padahal wanitanya berhijab! Ternyata tidak menghalangi mereka untuk berbuat mesum." Salah satu dari mereka berteriak marah.
"mana Kartu identitas kalian?" salah satu petugas meminta.
"Ada .. Sebentar ada di dalam tas saya." Fauzan menjawab dengan tenang, meski ia tahu mereka dalam situasi berbahaya. Ia dan Tukang pijat sangkal putung ini terkena razia.
"Aku tidak membawa KTP." Btari kebingungan.
"Arak saja keliling kota pasangan mesum ini! Untuk memberi effek jera pada mereka!" seorang petugas mengusulkan.
"Apa? Pasangan mesum? Jangan menuduh seenaknya .. Aku ini tukang pijat yang dipanggil untuk memijat bapak ini." Btari mencoba membela diri, tidak sadar kalau kata katanya malah memberatkan dirinya.
"Tukang pijat plus plus?" petugas lainnya mengejek.
"Bapak bapak yang dikatakan mbak ini benar! Kami tidak berbuat hal yang mesum, kaki saya sedang cidera karena jatuh, karena itu saya memanggil tukang pijat untuk menyembuhkan kaki saya yang cidera." Fauzan berusaha melakukan pembelaan.
"Halaaah alasan .. kalian terkena pasal berlapis karena melakukan tindak asusila yaitu Zina .. Hanya ada dua pilihan untuk kalian! Ĺangsung menikah sekarang juga atau kalian kami masukkan bui, dan sebelumnya kalian berdua akan kami arak keliling kota dalam keadaan telanjang!" seorang petugas memberikan ultimatum.
"Kami tidak melakukan perbuatan zina, aku murni hanya memijat, tidak kah kalian semua melihat kalau kaki laki laki ini cidera?" Btari tidak terima.
"Sudahlah mbak .. jangan ngeyel! Kalian berdua sudah terkena razia karena melakukan perbuatan mesum, sekarang tinggal memilih sanksinya!" petugas berkata dengan tegas tidak bisa dibantah.
"Baiklah kami memilih dinikahkan saja!" Fauzan tidak punya pilihan, ia tidak mau nama baiknya rusak karena insiden ini.
Jika bersikeras membantah, ia yakin dirinya dan wanita tukang pijat ini akan berakhir diarak ke.seluruh kota dalam keadaan telanjang. Lagipula kasihan wanita ini, jika mereka diarak keliling kota.
"Bagus! Heri telpon petugas KUA untuk menikahkan mereka! Sekarang juga kalian berdua akan menikah secara sah dan diakui oleh negara."
Fadil baru saja selesai bertelepon. Ia segera kembali ke dalam kamar. Laki laki ini sangat heran saat tiba di kamar, pintu dalam keadaan terbuka dan saat ia masuk ada banyak orang berseragam di dalam kamar. Hati Fadil jadi khawatir.
"Ada apa ini? Mas Fauzan apa yang telah terjadi?" Fadil menerobos.
Fauzan masih duduk bersandar di atas tempat tidur. Laki laki ini sudah kembali memakai kaosnya yang basah terkena keringat. Mau bagaimana lagi, ia tidak bisa mengambil pakaiannya yang bersih.
Sementara Btari duduk dengan muka merah padam karena marah. Bagaimana tidak marah, dia hanya menjalankan profesinya sebagai tukang pijat malah berakhir harus menikah paksa. Tidak pernah sedikit pun di dalam benaknya akan menikah dengan cara memalukan seperti ini. Menikah karena digrebeg sedang berduaan dengan seorang lelaki yang belum pernah dikenalnya.
Sudah berkali kali, Btari menjelaskan kalau dirinya sedang memijat pasiennya. Bahkan ia sudah memberitahu petugas kalau ia dan Fauzan tidak hanya berdua.Tapi petugas tidak mau percaya dengan pembelaannya.
"Ah ini dia orangnya pak .. Dia yang dari tadi bersama kami!" Btari menuding Fadil.
"Jangan banyak mencari alasan mbak! Yang jelas bukti yang kami dapat sudah akurat tidak bisa diubah lagi, malam ini juga kalian berdua harus menikah!" seorang petugas berkata dengan tegas
"Tidak mau .. Aku tidak mau menikah dengan cara memalukan seperti ini, apalagi saya tidak mengenal laki laki ini, bagaimana tiba tiba saya menikah dengan orang yang tidak saya kenal sama sekali! Demi Tuhan pak ... kami tidak berbuat zina!" Btari frustasi.
DEG .. Barulah Fadil faham. Rupanya telah terjadi kesalah fahaman di sini. Fauzan dan tukang pijat ini terkena razia. Dan rupanya mereka akan dinikahkan hari ini juga.
"Permisi bapak bapak .. Apa yang dikatakan Mbak Btari ini benar, mereka tidak melakukan tindakan asusila. Mbak Tari ini tukang pijat yang saya panggil untuk memijat kaki majikan saya yang terkilir! Tadi saya menunggui di kamar ini. Lalu karena saya ada telepon masuk .. Saya memutuskan keluar untuk menerima telepon." Fadil berusaha menjelaskan dengan tenang.
"Anda siapa? Baru datang sudah membela mereka berdua." petugas patroli bertanya.
"Saya Fadil pak, assisten Pak Fauzan, dari tadi saya bersama dengan Pak Fauzan, hanya keluar sebentar untuk menerima telepon." Fadil menjawab dengan sopan.
"Punya bukti kalau anda berada di dalam kamar ini?" petugas bertanya.
Fadil tertegun, ia memang tidak punya bukti kalau tadi ia menunggu Pak Fauzan yang sedang dipijat oleh Btari.
"Kita bisa mengecek CCTV, dari sana bisa dilihat kalau saya baru saja keluar dari kamar ini." ucap Fadil.
"Hotel ini tidak punya fasilitas CCTV, saya tahu betul hotel ini karena sering bertugas ke sini untuk mengawasi para pasangan mesum di luar nikah yang sering melakukan tindakan asusila di hotel hotel kelas melati seperti hotel ini." petugas berkata tegas.
"Sebaiknya kalian patuh saja dengan peraturan! seenaknya berbuat asusila tapi tidak mau menanggung resikonya." petugas mengejek.
"Tapi kami memang tidak bertindak asusila seperti yang kalian tuduhkan!" Btari masih tidak terima.
"Mbak .. kenapa anda tetap ngeyel? Semua ini juga demi kebaikan mbaknya. Dengan laki laki ini menikahi mbak, nama anda tidak tercemar! Apalagi anda memakai hijab! Apa tanggapan orang orang bila tahu mbak berdua duaan dengan lelaki yang bukan muhrim? Apalagi hotel ini terkenal dengan hotel yang sering terjadi penggrebekan pasangan pasangan mesum." salah satu petugas menatap Btari dengan jengkel.
Perkataan petugas ini menghantam relung hati Fauzan. Seharusnya ia dan Fadil tidak memaksa wanita itu untuk memijatnya. Di awal ģadis itu sudah menolak. Bahkan Fadil mengancam menggunakan pistol. Kalau saja saat itu mereka membiarkan gadis itu pergi tidak ada kejadian penggrebegan ini. Bagaimana pun Fauzan harus bertanggung jawab.
"Bukan kah bapak ini sudah sepakat mau menikahi mbaknya, kenapa masih ada bantahan? Lagi pula sebentar lagi Petugas KUA akan datang, mereka sedang dalam perjalanan." Petugas menambahkan.
Fadil menatap Fauzan yang wajahnya terlihat datar saja. Laki laki hanya menganggukkan kepala saat Fadil menatapnya penuh tanya.
"Bantu aku berganti pakaian." pinta Fauzan.
Tanpa banyak kata, Fadil beranjak ke tempat koper diletakkan. Ia membuka kopor lalu mengambil kemeja dan celana panjang untuk majikannya. Fauzan segera mengganti kausnya dengan kemeja, lalu memakai celana panjangnya. Beruntung sakit di kakinya yang cedera sudah berkurang.
"bilang pada mereka jangan ada video tentang kejadian ini." ucap Fauzan lirih.
"Siap." Fadil mengerti.
Fadil beranjak menghampiri pimpinan dari pasukan patroli ini.
"Saya harap tidak ada video atau foto yang tersebar tentang insiden ini! aku bisa memberi anda uang tutup mulut! Tapi jika ada secuil tentang berita, video atau foto insiden ini, aku tidak akan segan segan menghancurkan hidup kalian!" Fadil mengancam.
Fadil segera kembali mendekat ke tempat Fauzan.
"Mas Fauzan yakin akan menikahi tukang pijat ini?" Fadil bertanya lirih.
"Tidak ada yang bisa aku lakukan, kita bisa saja melenggang bebas dengan membungkam mulut para petugas ini dengan uang! Tapi bagaimana dengan nasib wanita ini? Namanya akan tercemar sebagai wanita gak bener, apalagi profesinya menjadi tukang pijat! ini juga sebagai bentuk tanggung jawabku, karena kita sudah memaksanya, padahal sejak tadi wanita tukang pijat ini menolak untuk menolongku." ucap Fauzan.
"Lalu bagaimana dengan Haura tunangan mas? Sebentar lagi kalian akan menikah?" Fadil mengingatkan.
"insiden ini jangan sampai diketahui siapa pun! Hanya kita bertiga! Untuk masalah wanita tukang pijat ini, aku akan segera menceraikannya dan memberinya uang tutup mulut, apa sih yang tidak bisa diselesaikan dengan uang di jaman sekarang? Apa lagi wanita itu terlihat seperti wanita yang kekurangan!" Fauzan mengemukakan pendapat.
"Mas Fauzan benar." Fadil setuju meski ada keraguan di hatinya.
Kalau saja jadwal seminar Dr Fauzan di luar kota tidak mengalami hambatan, kemarin sore, seharusnya mereka tiba di sini dan tidak mengalami kejadian seperti ini. Karena ada kendala, baru tadi pagi mereka tiba di kota ini, Fadil tidak sempat mebooking hotel. Karena itu mereka menginap di hotel kelas melati seperti ini karena hotel hotel bintang lima sudah penuh.
Tidak berapa lama, petugas dari KUA sudah tiba. Ada satu petugas perempuan yang bertugas mencatat data kedua mempelai. Petugas wanita dengan name tag Mulyani imi menatap Btari dengan tatapan sebal. Bagaimana wanita berhijab bisa digrebeg di hotel kelas melati seperti ini? sebagai petugas KUA ia sering ikut panggilan untuk pernikahan grebegan macam ini, tapi rata rata wanitanya memang perempuan gak bener, terlihat dari cara mereka memakai pakaian yang kurang bahan.
"Siapa yang akan menjadi wali nikah pengantin perempuan?" pak penghulu bertanya.
Fauzan dan Fadil menatap Btari yang sedari tadi menunduk sedih.
"Kamu masih punya orangtua?" Mulyani bertanya.
Btari tidak segera menjawab. Ia berpikir apakah perlu bapaknya ia panggil kemari. Yang ada bapaknya akan marah besar. Bahkan mungkin tidak mau datang. Selama ini ibu dan bapaknya tidak pernah memperdulikannya. Keduanya sibuk dengan keluarganya sendiri sendiri.
"Mbak .. tolong dijawab ... ada wali yang bisa menjadi wali nikah anda?" Mulyani kembali bertanya.
"Tidak ada .. Selama ini saya tinggal di panti asuhan." Btari memutuskan untuk tidak melibatkan kedua orangtuanya.
"oh anak yatim?" Mulyani sedikit bersimpati, ia bisa memaklumi kalau wanita ini terlibat tindakan asusila karena tidak ada orangtua yang mendidiknya.
Usai pedataan dan tanda tangan formulir pernikahan Akad nikah akan segera dilaksanakan.
"anda akan memberi mahar apa?" penghulu bertanya pada Fauzan.
Fauzan berpikir sebentar. Ia teringat, kemarin ia sempat membeli kalung emas untuk ibunya. Kalung itu saja yang akan ia jadikan mahar, ia juga masih punya uang cash di dompetnya sebesar satu jutaan. Fauzan meminta Fadil untuk mengambil kalung dan uang sebesar satu juta untuk mahar. Tanpa banyak tanya, Fadil kembali membuka kopor Fauzan. Diambilnya kalung dan uang sebesar satu juta rupiah.
Akad nikah segera dilaksanakan. Yang bertindak sebagai wali nikah Btari salah satu petugas KUA sebagai wali hakimnya. Berdasarkan keterangan Btari yang selama ini tinggal di panti asuhan, mereka berasumsi kalau wanita ini tidak punya sanak saudara.
"Saya terima nikah dan kawinnya Btari Saraswati binti Purwanto dengan mas kawin kalung emas seberat sepuluh gram dan uang tunai sebesar satu juta rupiah dibayar tunai." Fauzan melafazkan kalimat ijab kabul dengan sekali tarikan nafas.
"Bagaimana sah." penghulu bertanya.
"SAAAAAAHH." Para petugas patroli menjawab gemuruh.
"Kalian berdua sudah sah sebagai suami istri, ayo mbak salim sama suaminya!" pinta pak penghulu.
Dengan linglung, Btari melakukan perintah penghulu. Wanita itu masih tidak percaya dengan nasib buruk yang menimpanya menikah dengan orang asing yang tidak pernah dikenalnya sama sekali.
Setelah tanda tangan buku nikah dan lainnya. Penghulu memberikan nasehat pernikahan.
"Oh ya .. setelah pernikahan ini kalian berdua diwajibkan satu kali dalam sebulan harus melapor ke kantor KUA untuk melaporkan perkembangan pernikahan kalian! Kami tidak mau pernikahan ini kalian buat sebagai ajang permainan! Pernikahan kalian ini pernikahan sungguhan bukan pernikahan drama karena nikah digrebeg! kami memberlakukan peraturan seperti ini, karena sering menemukan pasangan yang habis dinikahkan hidup sendiri sendiri lalu berpisah! Karena itu kalian berdua wajib datang satu bulan sekali untuk melaporkan perkembangan rumah tangga kalian sampai enam bulan kedepan." ucap pak Penghulu.
Fauzan menghembuskan nafas panjang. Ia tidak mengira akan seperti ini ceritanya. Padahal sebentar lagi ia akan menikahi kekasihnya. Bagaimana ia bisa menikah dengan sang kekasih kalau ia masih terikat tali pernikahan dengan Btari?
"Pak Fauzan .. Mbak Tari .. Diingat ya .. Setiap hari senin pertama setiap satu bulan sekali kalian berdua wajib melapor ke kantor." penghulu berucap dengan tegas.
"siap pak!" Fauzan menjawab dengan enggan.
"iya." Btari masih linglung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!