Malam itu seorang gadis cantik dengan mata yang indah serta bulu mata yang lentik dan hidung yang mancung dan juga memiliki bibir yang tebal dengan rambut yang panjang sekitar sebahu serta tubuh yang tinggi dan langsing khas model pada umumnya, sedang berdiri keluar dari tempat pemotretan yang jauh dari keramaian.
Suasana disana tampak sepi karena semua orang sudah pulang kerumah masing-masing sedangkan gadis bernama Azzura Shaqueena masih menunggu supir pribadinya yang sedang menuju ke tempat itu untuk menjemputnya.
"Kenapa lama banget sih? huh! merinding" ucap Azzura melihat ke sekitar gang di depan tempat ia berdiri.
Dia terus memandangi handphonenya dan masih menunggu kedatangan supirnya dengan cemas.
Pandangannya tak pernah lepas dari arah depan dan juga sekitarnya karena rasa takut yang menerpanya.
"Astaga! rasanya seperti ada yang sedang lihatin aku.. hmph! kemana sih Pak Tio? suruh nunggu malah pergi" gumam Azzura semakin takut.
Di samping rasa takutnya yang semakin besar, Tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depannya lalu membuka kaca mobilnya.
"Azzura" panggil pria itu dengan senyum manis di wajahnya yang tampan.
Melihat pria itu, Azzura hanya mengabaikannya dengan diam karena ketakutan.
"Aku antar pulang ya?" pinta pria itu dengan sopan.
"Gak! kenapa datang lagi sekarang? apa gak capek?" jawab Azzura dengan ketus.
Pria tampan itu hanya tersenyum mendengar jawaban dari Azzura lalu keluar dari mobilnya dan berdiri tepat di depan Azzura.
Grep!
"Kyaa!!" teriak Azzura terkejut di angkat tubuhnya oleh pria itu.
"Lepasin!!" pekik Azzura sangat takut berada di atas pundak pria yang membopongnya.
Tanpa menghiraukan ucapan Azzura, pria itu membawanya hingga masuk ke dalam mobilnya.
"Zian.. lepasin!!" teriaknya lagi tak di hiraukan.
Zian Narendra nama pria berwajah tampan itu dengan tinggi sekitar 187cm dan tubuh yang ideal serta memiliki mata yang sipit, hidung yang tidak terlalu besar dan mancung dengan proporsi wajah yang pas nyaris sempurna di padukan dengan rambut hitam yang tertata sedemikian rupa.
"Sstt! diam Azzura" ucap Zian sambil menyentuh bibir Azzura dengan jari telunjuknya.
Azzura langsung terdiam melihat sorot mata tajam yang Zian perlihatkan.
Dia merasakan ketakutan yang begitu besar hingga badannya gemetar dan mata yang berkaca-kaca.
Tubuh kecilnya yang ramping itu seolah mendapatkan tekanan hanya dengan sepatah kata dan gestur tubuh dari Zian yang menatapnya.
Zian menurunkan Azzura dengan perlahan lalu memasangkan seatbelt dengan cepat agar Azzura tidak bisa lari darinya.
"Zian.. apa lagi yang mau kamu lakukan?" Benak Azzura.
Azzura menutup matanya karena mengira Zian akan menciumnya atau mungkin melukainya namun ternyata tidak terjadi seperti yang dia pikirkan.
"Duduk yang tenang ya,sayang?" ucap Zian kembali membuat Azzura merinding.
"Zian! tolong biarin gue turun" pinta Azzura sambil mencoba membuka pintu mobil namun terkunci.
"Hmph! Azzura sayangku! aku mau antar pulang aja kok" jawab Zian dengan santainya dan tersenyum sambil meliriknya.
Setiap kali mata mereka bertemu, Azzura merasa merinding karena dibalik tatapan dan senyuman dari Zian selalu penuh maksud.
Kali ini Azzura bersikap tenang seolah dia tidak merasa terancam meskipun tubuhnya masih gemetar duduk di samping Zian di dalam mobil.
Azzura berniat mengirimkan pesan dengan mengambil handphonenya namun dengan sigap Zian merebutnya.
"Siapa yang mau kamu hubungi Zura?!" ucapnya merasa kesal.
"Bu.. bukan urusanmu! cepat berikan!" pintanya dengan kesal.
"Lebih baik kamu diam sebelum aku yang membuatmu diam!" pekik Zian sambil meraih tangan Azzura lalu menariknya.
"Akh! sakit Zian" ucapnya merasa kesakitan.
Zian menggenggam pergelangan tangan Azzura cukup kuat hingga Azzura merasakan kesakitan lalu akhirnya Azzura pun terdiam karena merasa takut jika Zian berbuat nekat kepadanya.
"Akhirnya kamu diam juga Zura" kata Zian tersenyum sambil melepaskan genggaman tangannya.
"Eum.. sakit" ucap Azzura menyentuh pergelangan tangannya yang merah.
Meski dalam kondisi terdesak Azzura masih berfikir tentang caranya untuk bisa kabur dari Zian namun dia masih belum berani melakukannya karena bisa saja Zian menjadi geram karenanya.
Mobil yang mereka naiki berjalan dengan cepat. Zian mengebut hingga Azzura semakin takut karena arah mobil itu berjalan berlawanan dari arah rumahnya.
"Zi.. Zian kita mau kemana?" tanya Azzura merasa takut.
"Kerumah kita sayang" jawabnya dengan santainya.
"Apa maksudnya rumah kita? jangan-jangan..? dia mau bawa aku ke tempat itu" benak Azzura.
Jantung Azzura berdegup kencang karena panik jika dia harus dibawa ke tempat Zian yang di maksudnya.
"Zian.. aku mau ke toilet" ucap Azzura mencari celah.
"Tahan ya sayang.. sebentar lagi kita sampai kok" jawabnya menyeringai.
"Tapi aku udah gak tahan. Bisa turun sebentar di depan sana!" kata Azzura dengan gemetarnya.
"Haha.. baiklah!" jawab Zian dengan tertawa.
Zian meminggirkan mobilnya di jalan yang sepi namun terdapat toilet umum di sana.
Kemudian Zian membantu membuka pintu mobilnya agar Azzura turun dengan nyaman.
Azzura pun turun dengan ragu namun dia bersikap tenang lalu berjalan dengan cepat ke toilet dengan sesekali menoleh kebelakang memperhatikan Zian yang sedang bersandar di mobilnya sambil merokok dan memperhatikan Azzura dengan tersenyum saat Azzura melihat ke arahnya.
"Caramu kuno banget, Azzura! ha.. haha" ucap Zian sambil tertawa memperhatikan Azzura yang ketakutan.
Dengan cepat Azzura masuk ke toilet itu dengan memikirkan cara untuk kabur dari Zian.
"Huh! berfikir lah dengan tenang Zura" gumamnya sambil mondar-mandir dalam toilet yang sepi.
Sesekali Azzura mengintip dari balik lubang pintu untuk melihat Zian yang lengah mengawasinya namun anehnya Zian seperti tahu Azzura sedang memperhatikannya seolah sedang menatapnya.
"Hmm.." Zian tersenyum menatap ke arah pintu yang terdapat Azzura sedang memperhatikannya.
"Hah?! apa itu? kenapa Zian seperti lihat kesini?" ucapnya merasa semakin takut.
Azzura cukup lama berada di toilet itu hingga membuat Zian menjadi tidak sabar menemuinya.
Tok..Tok..
"Zura.. apa masih lama?" ucap Zian di depan pintu toilet itu.
"Aku tahu kamu sedang bermain petak umpet kan? haha.. keluarlah sayang" sambungnya dengan tertawa.
Mendengar tawa Zian dengan paniknya Azzura langsung mengambil alat pel yang ada di sudut toilet itu.
"Zura! jawab! kalau diam, aku dobrak pintunya.. Aku hitung dari...1..2.." pekiknya bersiap mendobrak pintu.
"3..." Lalu di hitungan ketiga Zian benar-benar mendobraknya.
Brak!
"Kyaa!" Teriak Azzura dengan pintarnya bersembunyi di samping pintu memukul Zian dengan alat pel itu lalu berlari terbirit-birit.
"Akh!" Zian merasa sedikit sakit akibat pukulan keras dari Azzura.
Drap.. Drap.. Drap..
Azzura berlari namun anehnya Zian tertawa dan membiarkannya saja.
"Haha.. kamu gak bakal bisa lari Azzura" ucapnya berjalan dengan cepat lalu berlari mengejarnya.
"Haah.. haah.. haah.." nafas Azzura terengah-engah karena lari dengan cepat.
Sesekali dia menoleh ke belakang melihat Zian yang masih jauh mengejarnya namun tak bisa membuat Azzura tenang karena bisa saja Zian bisa menyusulnya.
Tin.. Tin..
Suara klakson terdengar berulangkali namun langkah kaki Azzura sulit berhenti hingga tepat di depan motor yang memberikan sinyal akan kedatangannya.
"Kyaa!!" Teriaknya sambil menutup matanya dengan pasrah.
Vroom! vroom!
Sreekk..
Untungnya motor itu mengerem dengan benar dan tepat berhenti di depan Azzura.
Bruk!
Azzura terjatuh merasa kedua kakinya sangat lemas meski tidak tertabrak motor tersebut.
Pria yang mengendarai motor itu pun turun dengan kesalnya lalu membuka helmnya.
Namun saat mendekat ke arah Azzura ternyata pria itu mengenalinya.
"Azzura?" Panggil pria itu merasa khawatir.
"Kamu gak apa-apa?" sambungnya lagi.
Azzura yang tak berdaya itu mendongak untuk melihat orang yang hampir menabraknya lalu dia juga menoleh ke belakang melihat Zian yang semakin dekat.
"Pak.. Pak Aidan.. tolong saya pak! tolong bawa saya pergi dari sini..hiks..cepat..tolong saya pak!" pinta Azzura menangis sambil menarik lengan jaket Aidan.
Aidan Rainer merupakan salah satu orang yang memiliki agensi model yang pernah menawarkan kerjasama dengan Azzura namun di tolak karena Azzura sudah bergabung di agensi yang lain.
Di usianya yang masih muda sekitar 28 tahun Aidan menjadi orang yang sukses dengan agensi model miliknya.
Wajahnya tak kalah tampan seperti para model pria yang bergabung di agensinya.
"Kamu tenang dulu Azzura! aku gak tahu kamu kenapa tapi aku bantu kamu berdiri" ucap Aidan membantunya.
"Terimakasih Pak" jawab Azzura dengan suara yang pelan saking lemasnya.
Melihat keadaan Azzura yang berantakan membuat Aidan iba lalu membantu Azzura berdiri dengan memapahnya.
Azzura akhirnya membonceng motor Aidan dengan berpegangan jaket hitam yang Aidan kenakan.
"Zura.." panggil Zian dengan keras.
Suara Zian terdengar oleh telinga Azzura namun ia tidak mau menoleh ke arahnya dengan menutup wajahnya bersandar di pundak Aidan.
"Pak.. bisa tolong jalan sekarang" pinta Azzura putus asa.
"Pegangan yang erat Azzura" ucap Aidan.
Zian yang panik melihat Azzura berhasil pergi dengan orang lain membuatnya kalang kabut lalu kembali ke mobilnya untuk mengejar Azzura.
Vroom! Vroom!
Motor besar yang Aidan pakai itu melaju dengan kencang hingga tak sengaja Azzura memeluknya karena hampir terjatuh kehilangan keseimbangan.
"Maafkan saya Pak!" ucap Azzura dengan kencang.
"Gak masalah Azzura! itu lebih baik daripada kamu jatuh" jawab Aidan dengan suara kencang.
"Eung"
Angin malam yang semakin dingin seakan menusuk tubuhnya yang hanya di balut dress pendek hingga Azzura menggigil kedinginan dan tak bisa fokus lalu tangannya masuk kedalam sela kedua saku jaket yang Aidan kenakan.
"Azzura?" panggil Aidan terkejut dengan sentuhan tangan Azzura yang masuk kedalam kantong sakunya.
Azzura tidak menjawab ucapan Aidan dan membuatnya menjadi khawatir lalu dia pun berhenti di pinggir jalan.
Set!
"Azzura.. kamu kenapa?" tanya Aidan sangat khawatir.
Azzura tidak menjawabnya dan terlihat lemas. Aidan menyentuh tangan Azzura karena sebelumnya dia memasukkan ke kantong sakunya.
"Kamu kedinginan Azzura?" sambungnya lagi.
Azzura hanya bisa mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca. Kemudian Aidan memberikan jaket hitam yang ia kenakan agar Azzura tidak kedinginan.
"Bertahanlah Azzura" ucap Aidan.
Situasi yang terjadi kepada Azzura tampaknya cukup rumit, itulah yang ada dalam benak Aidan hingga akhirnya dia membawa Azzura pulang ke rumahnya karena Azzura tidak memberitahukan dimana alamat rumahnya.
Sesampainya dirumah Aidan yang besar itu, Azzura di gendong depan oleh Aidan karena Azzura semakin lemas.
"Azzura.. apa yang sebenarnya terjadi?" ucap Aidan bertanya-tanya.
Aidan menurunkan Azzura dengan perlahan di kasur kamarnya lalu menutupinya dengan selimut tebal lalu dia membuat minuman hangat untuknya.
Azzura sangat lelah bahkan tubuhnya sangat lemah, bibirnya biru karena kedinginan hingga Aidan panik di buatnya.
Dia pun mencoba segala hal agar Azzura tidak kedinginan lagi dengan menempelkan tangan Azzura dengan botol berisi air hangat lalu memakaikan kaos kaki dan sesekali dia menggenggam tangannya.
"Wajah cantikmu kini tampak pucat, Azzura! andai saja kamu mau bergabung dengan agensi ku pasti kamu gak akan merasakan kesulitan seperti ini" gumam Aidan sambil menatap wajahnya.
Sesekali juga Aidan menyentuh wajah Azzura agar suhu tubuhnya naik dan tidak kedinginan lagi.
Aidan menjaga Azzura di sampingnya dengan terus memperhatikan setiap perkembangan kondisi Azzura. Dia menggenggam tangannya hingga tanpa disadari tertidur dalam posisi duduk bersandar di sisi kasur.
Keesokan harinya Azzura terbangun dari tidurnya.
"Eum.. dimana ini" ucapnya terkejut melihat ruangan yang tampak asing.
Dia dibuat semakin terkejut karena Aidan tidur duduk di samping kasur dengan menggenggam tangannya.
"Pak.. Pak Aidan?" panggil Azzura terkejut.
"Hmm.. kamu sudah bangun Azzura?" tanya Aidan terbangun.
"Kamu sudah baikan?" sambungnya sambil menyentuh tangan Azzura.
"Ba.. baik Pak" jawab Azzura sambil menarik tangannya yang tersentuh oleh Aidan.
"Maaf Azzura! bukan maksudku gak sopan" kata Aidan merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa Pak! maaf saya sudah merepotkan anda" jawabnya dengan sopan.
Aidan seketika itu beranjak lalu berdiri di depannya hingga membuat Azzura terbelalak terkejut dengan tindakannya.
"A, ada apa Pak?" tanya Azzura panik.
"Kamu disini saja dulu, aku mau buat sarapan. Buatlah dirimu senyaman mungkin biar cepat pulih, Azzura" kata Aidan berbalik dengan wajahnya yang memerah.
"Pfftt.."
Azzura tertawa kecil melihat sisi Aidan yang lain dibalik sikapnya yang selalu tegas saat bertemu kala itu disaat ajakan kerja sama dengannya.
Namun setelah itu Azzura kembali dengan realitanya yang kini tidak bisa tenang setelah tahu Zian sudah kembali membuatnya takut dengan kehadirannya.
"Aku mau telfon Pak Tio tapi ponselku di mobil Zian. Haah.. gimana caranya aku bisa pulang? tas juga di mobilnya. Huft" gumam Azzura sambil menghela nafasnya.
Dia membuka selimut tebal itu lalu terkejut lagi karena kakinya terbungkus oleh kaos kaki panjang padahal dia tidak mengenakannya sebelumnya.
"Bisa-bisanya Pak Aidan sampai seperti ini" ucap Azzura sambil tersenyum.
Azzura beranjak dari tempat tidur merasa tidak enak berada dirumah Aidan meski niat Aidan tulus menolongnya.
Dia pun menghampiri Aidan yang sedang berada di dapur.
"Pak Aidan" panggil Azzura ragu.
"Azzura..kenapa kebawah? kamu kan belum pulih" jawab Aidan yang cemas.
"Saya baik-baik saja Pak. Terimakasih sudah menolong saya" ucap Azzura sambil menundukkan kepalanya.
"Jangan seperti itu Azzura, santai saja! lebih baik kamu duduk dan tunggu sampai makanannya siap"
"Tapi Pak.."
"Sudah duduk saja! setelah makan nanti aku antar kamu pulang" ucap Aidan sambil tersenyum.
Azzura merasa tidak enak jika terus merepotkan Aidan tapi dia juga bingung bagaimana cara untuk menolaknya.
"Pak, saya benar-benar berterimakasih. Kalau tidak ada Pak Aidan pasti saya tidak akan bebas seperti sekarang" kata Azzura dengan raut wajah yang sedih.
Azzura duduk sambil memperhatikan Aidan yang sedang mempersiapkan sarapan untuknya.
"Sebenarnya ini yang ingin aku tanyakan Azzura tapi apakah sopan kalau aku tanya apa yang terjadi denganmu? jangan di jawab kalau sulit untuk di ungkapkan" jawab Aidan berdiri di depan meja makan menghadap ke arah Azzura.
"Ceritanya panjang Pak"
Aidan duduk untuk mendengarkan Azzura menceritakan kisahnya dengan serius memperhatikannya.
Semua itu bermula saat Azzura kuliah dan dia tidak sengaja di perkenalkan oleh kakak seniornya di kampusnya.
Zian adalah salah satu pria paling populer di kampusnya. Siapapun akan tertarik meski hanya sekilas melihat wajahnya yang rupawan.
Hidup dalam keluarga yang kaya lalu sifatnya yang pendiam dan tidak suka merespon banyak wanita yang tergila-gila padanya menjadi poin plus untuknya sehingga saat Azzura di perkenalkan dengannya tentu saja Azzura sangat senang bisa mengenal Zian lebih dari yang lain.
"Azzura, nanti kita makan siang bareng, ya?" pinta Zian saat itu.
"Oke tapi aku nggak mau di sekitar kampus, yang ada nanti aku di serang sama fans kamu itu" jawab Azzura.
"Haha.. kamu bisa aja Zura" kata Zian tertawa kecil.
Mereka berdua menjadi semakin dekat hingga memiliki ketertarikan dan mengembangkan hubungan mereka lebih dari berteman.
Azzura pun menjadi sangat beruntung bisa menjadi orang terdekatnya.
Hubungan mereka berubah menjadi romansa saat mereka sudah lulus kuliah setelah 1 tahun pertemanan mereka.
"Sayang, aku nggak suka kamu dekat dengan pria itu" ucap Zian merasa cemburu.
"Kamu lucu kalau lagi cemburu Zian, haha" jawab Azzura senang meledeknya.
"Eum.. pokoknya aku nggak mau kamu dekat dengan pria manapun" ucap Zian lagi sambil memeluk Azzura dari belakang.
Ungkapan rasa cemburu itu terdengar seperti hal yang wajar dilakukan layaknya sepasang kekasih pada umumnya namun semua itu ternyata pertanda dari sifat asli Zian yang lebih cenderung posesif bahkan terobsesi dengan Azzura.
Sikap Zian semakin salah dalam mencintai Azzura dengan memperlakukan Azzura seolah hanya boleh berhubungan dengannya tanpa boleh berbicara dengan pria lain dan itu membuat Azzura geram.
"Zian.. berhenti kekanakan! mana mungkin aku hidup seperti keinginanmu itu" ucap Azzura merasa kesal.
"Azzura, apa aku salah? aku takut kamu berpaling, aku sangat mencintaimu Azzura dan hanya aku yang boleh berada di dekatmu" jawab Zian.
"Tapi bukan begini caranya Zian, kalau kamu terus seperti itu. Kita putus aja" kata Azzura semakin kesal.
"Aku nggak mau putus darimu Azzura. Aku sangat mencintaimu, gimana bisa aku hidup tanpamu" jawab Zian merasa frustasi.
"Sudahlah, aku mau pergi! ada urusan penting"
Grep!
Zian menahan tangan Azzura lalu menariknya masuk ke dalam mobilnya.
"Zian.. apa yang kamu lakukan?" pekik Azzura merasa takut.
"Aku nggak mau putus Azzura, kamu harus ikut aku" ucapnya sambil tancap gas.
"Kita bisa bicarakan baik-baik, ya?" ucap Azzura semakin takut.
Namun Zian tidak menghiraukannya dan terus melajukan mobilnya dengan cepat.
"Zian! berhenti! aku bilang berhenti" kata Azzura mencoba memberontak"
"Diam, Zura! aku hanya membawamu kerumah kita" jawabnya dengan santainya.
"Apa maksudnya? sejak kapan kita punya rumah bersama? Zian, kamu sudah gila, ya?"
"Mulai hari ini sayang dan benar aku memang sudah gila karenamu" jawabnya dengan senyum diwajahnya.
Dengan perasaan yang semakin gelisah dan takut Azzura mencoba berbagai cara untuk bisa pergi dari Zian tapi tindakannya sia-sia.
Akhirnya Zian sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah yang luas di sekitar rumah yang menurut Zian adalah rumah mereka.
"Zura.. ini rumah masa depan kita. Gimana apa kamu suka?" ucap Zian dengan antusias.
"Zian.. aku mau pulang! aku ada urusan penting" jawab Azzura semakin ketakutan.
"Sayang.. mana yang lebih penting dari kebersamaan kita? kenapa kamu berubah? apa kamu sudah nggak sayang lagi denganku?" kata Zian dengan ekspresi sedih.
"Bukan seperti itu Zian. Aku masih sayang tapi sikapmu sekarang berubah"
"Baiklah, aku nggak butuh hal lain asalkan kamu masih sayang" jawabnya merasa senang.
Zian membukakan pintu mobil lalu menggandeng Azzura masuk ke dalam rumah lalu menguncinya di kamar.
"Zian, kenapa di kunci? kamu nggak bermaksud berbuat hal aneh kan?" kata Azzura menjadi panik.
"Tenang sayang.. aku bukan pria yang seperti itu, aku nggak akan melakukannya kalau sayangku ini nggak menginginkannya" jawabnya dengan tersenyum sambil menyentuh dagunya.
"Iya aku percaya tapi bukannya nggak perlu di kunci segala? gimana kalau aku mau keluar?" tanya Azzura.
"Siapa bilang kamu bisa keluar? kita akan tinggal disini seterusnya sayang. Aku akan menikahimu lalu kita bisa tinggal dirumah ini dengan bahagia"
Tidak pernah di sangka bahwa sifatnya yang pendiam kini berubah menjadi seperti orang lain hanya karena cara mencintainya yang salah.
Azzura sangat menyayangkan sikap Zian ini, padahal jika Zian terus bersikap seperti awal mereka menjalin hubungan pasti Azzura tidak akan takut dengannya dan mulai membencinya.
"Hiks.. Zian! kenapa kamu berubah? apa salah gue? kenapa?" Azzura menangis tersedu-sedu.
"Sayang.. kenapa kamu nangis? aku nggak berubah sayang, aku sangat mencintaimu dan aku nggak mau kehilanganmu. Ini caraku membuatmu menjadi milikku, jangan sedih lagi sayang, hm?"
Zian merasa khawatir melihat Azzura menangis lalu dia mengusap air matanya dengan jarinya.
Kemudian Zian memeluk Azzura yang sedang menangis itu.
"Kamu berubah Zian.. hiks..kenapa kamu seperti ini" Azzura masih menangis dengan menepuk-nepuk dada Zian yang kini tepat di depan wajahnya.
"Pukul aku sepuasmu sayang... tapi hanya ini yang bisa kulakukan agar aku nggak kehilangan kamu. Mengertilah sayang"
Setelah Azzura berhenti menangis, Zian keluar dari kamar itu lalu menguncinya kembali dan pergi ke dapur mempersiapkan makanan untuk makan malam mereka.
Sedangkan Azzura kini terkurung di kamar yang luas itu dengan ketakutan.
Meskipun Zian bukan orang yang kasar namun tetap saja Azzura takut dengan cara Zian memperlakukannya yang salah.
Semua itu berlangsung hampir satu bulan dan Azzura semakin membenci Zian yang mengurungnya.
Untungnya saat itu kebetulan ada orang tua Zian yang berkunjung karena mencari keberadaan Zian yang sudah sebulan tidak pulang.
"Zian..kenapa tidak bilang kalau kamu tinggal disini" ucap ayahnya Zian.
Azzura yang berada di dalam kamar mendengar suara orang lain lalu menggedor pintu kamar itu.
"Tolong..!!" ucapnya dalam kamarnya.
Orang tua Zian mendengar suara Azzura lalu mendekat ke arah pintu.
"Zian.. ada siapa di dalam sini? kamu bukan sedang berbuat hal buruk kan?" tanya ibunya Zian.
"Bukan apa-apa kok mah" jawab Zian mulai panik.
"Tolong.. tolong buka pintunya" ucap Azzura lebih keras.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!