Setelah mendapat perawatan Azzura sadar dari pingsannya dan terkejut melihat ada infus di tangannya dan merasakan pusing di kepalanya.
"Akh! dimana ini? haah.. bisa-bisanya aku pingsan"
Ceklek!
Tio membuka pintu ruangan Azzura bersama dengan Aidan yang khawatir dengan kondisinya.
"Zura... kenapa kamu tidak bilang kalau sedang sakit?" tanya Tio sangat cemas.
Azzura melirik ke arah Aidan dan bertanya-tanya namun saat matanya bertemu dengan Aidan tiba-tiba saja dia membuang muka dan salah tingkah.
"Azzura.. istirahat lah dan jangan memaksakan dirimu" ucap Aidan dengan lembut.
"I, iya Pak Aidan, maaf sepertinya saya merepotkan anda lagi" jawab Azzura tidak berani menatap wajah Aidan.
Tio melihat keanehan dari diri Azzura saat merespon Aidan begitu juga saat Tio melihat tatapan dalam Aidan saat melihat Azzura.
"Zura.. kamu makan ya? aku sudah bawa bubur yang kamu mau" ucap Tio mengambil bubur di meja.
"Terimakasih, Pak Tio boleh pulang soalnya setelah ini aku mau istirahat" jawab Azzura dengan suara yang pelan.
"Yasudah tapi hubungi aku kalau ada apa-apa, aku keluar sekarang" kata Tio beranjak dari kursi.
"Eung"
Tio keluar dari ruangan itu namun Aidan justru duduk di samping Azzura setelahnya.
"Lho? Pak Aidan tidak pulang?" ucap Azzura merasa gugup sambil mencoba membuka bungkus bubur itu.
"Hmm.. mana bisa aku pulang saat kamu saja tidak punya tenaga buka wadah seperti itu" jawab Aidan mengambil wadah bubur itu lalu membukanya dan memberikannya kembali ke Azzura.
"Terimakasih kasih Pak" kata Azzura tersenyum.
Azzura masih belum berani menatap mata Aidan yang kini sedang membantunya.
Dia dengan perlahan mencoba memegang sendok dengan benar namun rasanya tidak bertenaga sama sekali sehingga membuat Aidan tidak tahan melihatnya.
"Azzura.. apa minta tolong sesusah itu? sini.. biar aku saja yang suapin kamu" ucap Aidan.
"Ta, tapi Pak?"
"Sudah.. jangan keras kepala"
"Eum.. baiklah"
Saat ini Azzura merasa malu karena Aidan yang bukan keluarga maupun saudaranya justru sangat perhatian dengannya sampai menyuapi makanannya.
"Pak.. apa boleh anda melakukan hal ini? saya tidak enak, bagaimana kalau pacar anda tahu?" ucap Azzura mengernyitkan keningnya.
"Pfftt.. ternyata Azzura berfikir seperti itu. Aku belum punya pacar kok" Aidan menahan tawanya dan tersenyum senang karena Azzura mengkhawatirkan dirinya.
"Ah! maaf Pak, saya tidak tahu! se, sepertinya saya sudah kenyang Pak" ucap Azzura yang kini gugup di buatnya.
"Baiklah, ini minum obatnya dulu setelah itu kamu istirahat, ya"
Aidan mencoba menyuapi obat untuk Azzura namun Azzura merasa sangat panik dan berdebar saat jari tangan Aidan sedikit menempel di bibirnya.
"A, apa-apaan ini? astaga.." benak Azzura yang salah tingkah.
"Bi,biar saya saja Pak" ucap Azzura menyentuh dan menahan tangan Aidan.
"Yasudah tapi di minum sekarang" jawab Aidan sambil tersenyum menatap Azzura.
Azzura mengambil obat dari tangan Aidan lalu meminumnya.
"Uhuk.. Uhuk.." Azzura tersedak saking gugupnya.
"Pelan.. Azzura, kamu tidak apa-apa kan?"
Aidan membantu menepuk-nepuk punggung Azzura agar menjadi lebih baik lalu memberinya air minum setelah Azzura merasa tenang.
Wajah Azzura memerah mendapatkan sentuhan tangan dari Aidan hingga dia benar-benar salah tingkah di depannya.
"Azzura seperti demammu makin parah, wajahmu merah sekali. Aku panggil dokter sebentar" ucap Aidan merasa khawatir.
"Tunggu! tidak usah Pak, saya mau tidur saja"
"Hmm.. yasudah, aku pamit keluar sekarang ya. Kalau ada apa-apa hubungi aku, Azzura kamu tidur dan jangan memikirkan hal yang tidak penting" ucap Aidan mengelus rambut Azzura tanpa ia sadari lalu keluar dari ruangan.
Sret!
Azzura menutupi wajahnya setelah Aidan keluar dari ruangan lalu ia menjadi semakin tidak tenang.
"Apa yang sebenarnya terjadi? ke, kenapa Pak Aidan mengusap rambutku? haa.. ini benar-benar kacau!! kenapa juga jantungku berdebar seperti ini? apa karena sakit jadi begini?"
Kemudian Azzura membuka selimutnya lalu ia merasakan kesepian setelah semua orang sudah pergi dari ruangannya.
Dalam benaknya kini terbesit rasa ingin memiliki seseorang yang perhatian seperti Aidan namun ia menyadari bahwa hal itu merupakan mimpi yang sulit di raihnya.
Alih-alih memikirkan untuk bisa bersanding dengan orang seperti Aidan justru Azzura memikirkan Zian yang mungkin akan memberikan perhatian yang berlebihan jika tahu Azzura sedang sakit seperti sekarang dan itu membuatnya kesal.
"Huh.. kenapa juga mikirin Zian?" gumamnya merasa kesal.
Kepalanya yang pusing dan reaksi obat yang memberi efek kantuk akhirnya membuat Azzura tidur dengan lelap.
Di sisi lain Tio kembali kerumah Azzura untuk mengambil pakaian ganti yang di siapkan oleh pembantu rumah tangga dirumah Azzura namun dia terkejut karena di depan rumah ada Zian yang menunggu.
Tio pun keluar dari mobil untuk menyapa Zian yang sepengetahuannya adalah pacar Azzura.
"Apa kabar Zian? kenapa baru kelihatan?" ucap Tio yang merasa akrab dengan Zian.
"Wah.. Tio, aku baik. Dimana Zura? kenapa pulang sendirian?" tanya Zian penasaran.
"Oh, ya kamu pasti belum tahu, ya. Azzura tadi pingsan sekarang dia di rawat dirumah sakit" jawab Tio dengan ekspresi sedih.
"Apa?! terus gimana keadaannya? aku harus kesana sekarang" ucap Zian sangat panik.
"Ya,sekarang sudah mendingan. Semalaman dia demam, aku juga tidak tahu kenapa soalnya waktu ku jemput dia tidak ada di lokasi"
"Yasudah, aku kesana sekarang! apa ada yang perlu dibawa?" tanya Zian.
"Oh, kebetulan. Tolong bawakan baju ganti buat Azzura, sebentar aku kedalam dulu"
"Oke"
Setelah Tio masuk semua sudah di persiapkan dan tinggal di bawa saja namun karena Tio ada hal yang perlu di urus akhirnya dia menitipkan ke Zian dan memberitahu dimana ruangan Azzura.
"Maaf merepotkanmu, Zian" ucap Tio.
"Tidak masalah Tio, aku kesana sekarang" jawab Zian.
Zian mengebut menuju ke rumah sakit untuk melihat kondisi orang terkasihnya.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, Zian merasa bersalah karena mungkin kehadirannya yang sudah membuat Azzura takut dan panik hingga membuatnya sakit.
"Tunggu sebentar Zura, aku akan kesana" ucap Zian memikirkan Azzura.
Zian tidak memikirkan dirinya karena rasa khawatir terhadap Azzura lebih besar daripada dirinya.
Hanya butuh waktu 30 menit akhirnya Zian sampai dirumah sakit. Tak lupa ia membawakan baju ganti untuk Azzura.
Dia berlari hingga sudah sampai tepat di depan ruangan Azzura.
Krieett!
Zian membuka pintu dengan perlahan agar tidak mengganggu Azzura yang kini terbaring sakit.
Matanya berkaca-kaca melihat Azzura tidur menahan sakitnya.
Zian duduk di kursi samping tempat tidur Azzura lalu menatapnya dengan sedih.
"Zura, maafkan aku" ucapnya sambil mengelus rambut Azzura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments