"Eum.." Azzura merasa nyaman di usap-usap kepalanya hingga tidur dengan sangat lelap.
Dia tidak tahu bahwa orang yang kini sedang mendampinginya adalah Zian.
Zian bahkan membantu mengelap keringat yang keluar di wajah Azzura dengan kain yang lembut.
"Zura, bisakah kau melihatku meski hanya sebentar?" gumam Zian sambil mengelap leher Azzura.
Hingga sampai malam hari Azzura baru terbangun dan di buat terkejut karena Zian sedang tertidur sambil memegang kain lap dan bertumpu di lengannya.
"Zi, Zian?" ucap Azzura.
"Hmm.. sayang, kamu sudah bangun?" tanya Zian yang terbangun.
"Dari mana kamu tahu aku disini?"
"Aku kerumahmu dan tidak sengaja bertemu Tio, makanya aku kesini. Apa kamu sudah mendingan, sayang?" tanya Zian sambil menyentuh kening Azzura.
"Jangan sentuh aku Zian!" ucap Azzura ketakutan.
"Baiklah tapi kamu makan dulu ya, aku gak mau kamu sakit seperti ini" jawab Zian merasa sedih.
Azzura masih merasakan trauma jika Zian berbuat nekat mengurungnya lagi seperti dulu sehingga dia masih waspada dengan setiap yang Zian lakukan.
Namun kali ini Azzura merasa Zian kembali seperti saat pertama kali dekat dengannya dan itu membuat Azzura bingung.
"Aku gak lapar!"
"Aku tahu kamu Zura, kamu bangun pasti lapar kan? sebentar ya, aku beli makanan dulu" ucap Zian tidak memperdulikan ucapan Azzura.
"Huh, siapa juga yang lapar?" gumam Azzura melihat Zian keluar dari ruangannya.
Kruyuk..! perut Azzura berbunyi.
Untungnya Zian sudah keluar dari ruangan sehingga Azzura tidak malu jika sampai Zian mendengar suara perutnya.
"Lap? apa Zian mengelap keringatku? sejak kapan Zian berubah seperti dulu? haah.. aku gak mau terjebak untuk kedua kalinya. Mungkin saja ini akal-akalan darinya" kata Azzura sambil mengambil lap di sampingnya.
Azzura merebahkan tubuhnya lagi karena masih lemas sembari menunggu Zian datang membawakan makanan karena dia memang sudah lapar.
Sementara itu Zian dengan cepat kembali membawakan makanan untuk Azzura.
"Sayang, makan dulu ya?" ucap Zian tersenyum menatap Azzura.
Zian juga membantu Azzura bangun untuk duduk meskipun sekarang Azzura sudah bisa melakukannya sendiri.
Raut wajah Azzura tampak murung meski Zian sudah sangat perhatian dengannya namun hal itu tidak membuat Zian marah dan justru bersabar karena dia tidak mau semakin jauh dari Azzura jika sifat aslinya muncul lagi.
"Aku suapin ya? kamu masih lemas jangan banyak bergerak" pinta Zian dengan perlahan membujuk Azzura.
"Aku bisa sendiri" jawabnya dengan ketus.
"Aku minta maaf Zura, karenaku kamu jadi sakit seperti ini. Aku nggak bermaksud membuatmu takut, aku hanya ingin memperbaiki hubungan kita dan perlahan merubah sikapku yang terlalu egois. Aku juga nggak mau kehilanganmu, Zura" kata Zian dengan raut wajah yang sedih.
Melihat dan mendengar apa yang Zian katakan membuat Azzura merasa sedih namun mengingat saat dia di kurung oleh Zian membuatnya sangat takut.
"Apa benar yang kamu ucapkan Zian? aku takut kamu mengurungku lagi, bukannya kamu sebenarnya orang yang baik?" ucap Azzura merasa sedih.
"Aku janji Zura, aku nggak akan pernah mengurungmu lagi. Dulu aku terlalu impulsif karena rasa takut yang berlebihan. Meski sekarang kamu belum percaya tapi kumohon biarkan aku tetap mencintaimu dengan caraku, Zura"
"Aku pegang janjimu Zian, kalau suatu saat kamu melakukan hal yang sama. Aku nggak akan pernah memaafkanmu dan jangan harap kamu bisa mengenalku lagi"
"Terimakasih Zura, aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Oh, ya sekarang makan dulu, ya"
"Eung" Azzura mengangguk.
Dalam benak Azzura masih berfikir apakah dia sudah benar mengambil keputusan itu namun dia hanya bisa bertaruh tentang cintanya yang telah berlalu dan mungkin masih bersisa karena Zian sangat perhatian dengannya.
Tapi dalam hatinya juga merasakan gejolak yang tak biasa karena kini ada orang lain yang sudah menggetarkan jantungnya hingga berdegup kencang.
Meski Azzura tidak bermaksud menerima pengakuan dari Zian yang masih mencintainya namun kini Azzura merasa seperti sedang mendua diantara Zian dan juga Aidan.
"Huh.." Azzura menghela nafasnya.
"Ayo makan dulu, Aaa" Zian menyuapi Azzura.
Berbeda dengan Aidan yang membuatnya berdebar, Zian justru membuat Azzura seperti sudah terbiasa karena dalam diri Azzura pernah merasa nyaman dengan Zian.
"Padahal aku bisa makan sendiri Zian" gumam Azzura.
"Sesekali nggak apa-apa bersikap manja seperti ini Zura, kamu pasti lelah. Biar aku saja yang menjadi tanganmu"
"Pfftt.. mana bisa seperti itu, Zian"
"Akhirnya kamu bisa tersenyum seperti itu Zura, aku.. hmm.. ini makan lagi"
Zian tidak melanjutkan ucapannya karena takut membebani pikiran Azzura apalagi kini dia sedang di berikan kesempatan untuk berubah sehingga dia harus lebih berhati-hati dalam bertindak.
"Terimakasih Zian" ucap Azzura.
"Hmm.. kamu masih saja seperti itu ya" Zian menyentuh sudut bibir Azzura dengan jarinya karena ada makanan yang menempel.
"Ah! ada apa Zian?" ucap Azzura yang terkejut.
"Oh, ini ada makanan yang menempel, maaf Zura! aku nggak bermaksud berbuat nggak sopan" jawab Zian merasa bersalah.
Azzura mulai menilai sikap Zian yang memang seperti saat dulu yang selalu memperhatikan dirinya lebih dari apapun dan sudah tidak terlalu bersikap posesif sehingga kini Azzura mulai menurunkan kewaspadaannya.
"Sepertinya hari ini aku sudah sering mendengar kata maaf darimu, Zian kuharap kamu nggak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku yang dulu sangat mencintaimu tapi karena sikapmu yang salah itu, kini rasanya sulit membedakan perasaan apa ini. Aku minta maaf belum bisa kembali mencintaimu seperti dulu. Jika ada perempuan yang lebih baik, aku nggak masalah Zian, asalkan kamu bisa bahagia " ucap Azzura sambil menundukkan kepalanya.
"Sstt! jangan bersikap kejam kepadaku Zura. Bagiku nggak ada wanita yang mampu membuatku seperti sekarang, kamu satu-satunya yang ku inginkan. Aku nggak masalah kalau kamu belum bisa membalas perasaanku tapi jangan larang aku untuk tetap mencintaimu" jawab Zian sambil menyentuh punggung tangan Azzura dengan lembut.
"Aku mungkin nggak bisa membalas perasaanmu Zian" kata Zura dengan mata berkaca-kaca.
"Sudah! jangan di pikirkan. Aku nggak mengharapkan balasan darimu meskipun sebenarnya aku sangat ingin. Asalkan kamu bahagia, aku nggak masalah Zura"
Air mata Azzura mengalir dengan derasnya. Perasaan yang ketakutan saat itu kini tumpah dengan sendirinya.
"Haaa.. Zian, kenapa dulu kamu melakukan hal seperti itu?" tanya Azzura sambil menangis.
"Maafkan aku Zura, aku adalah orang paling bodoh di dunia ini. Kamu boleh memukulku sekencang mungkin, jika itu bisa membuatmu lega" pinta Zian sambil memeluk Azzura yang tengah menangis.
"Haaa...Zian padahal dulu aku sangat mencintaimu tapi kenapa?" Azzura memukul kecil punggung Zian dengan tenaga yang tersisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments