Azzura merasa lelah hingga akhirnya dia tidur lagi dengan mata yang sembab setelah menangis dalam pelukan Zian.
Zian merebahkan Azzura dengan perlahan lalu menemaninya disana dengan menggenggam tangannya duduk di kursi samping ranjang.
"Aku benar-benar bersalah, aku nggak tahu ternyata kamu sangat mencintaiku Zura. Seharusnya dulu aku nggak berbuat seperti itu tapi rasanya sangat sulit jika banyak pria yang menginginkanmu di luar sana dan aku hanya diam saja. Meski aku percaya denganmu tapi rasanya aku nggak cukup percaya diri dengan diriku hingga aku melakukan hal kejam kepadamu. Sekali lagi maafkan aku Zura, sayangku"
Zian mencium punggung tangan Azzura yang sedang tertidur dan tak terasa air matanya menetes membasahi pipinya serta berjatuhan mengenai tangan Azzura.
Penyesalan akan perbuatannya di masa lalu kini menusuk setiap detak jantungnya dan semua itu akan semakin sulit untuk menggapai cintanya lagi.
Zian tertidur dengan perasaan yang sedih dan kalut namun kini semuanya sudah terlanjur terjadi.
Dia hanya bisa berharap Azzura mau menerima cintanya lagi.
Keesokan harinya.
Azzura bangun terlebih dahulu daripada Zian yang tampak lelah menjaganya semalaman.
"Ugh..Zian? kamu tidur disini? Zian?" ucap Azzura mencoba membangunkan Zian yang sedang menggenggam erat tangannya dan di tumpu oleh wajahnya.
"Hmm.. sayang" ucap Zian terbiasa memanggil Azzura dengan sebutan itu.
Dia akhirnya bangun dan tersenyum menatap Azzura.
"Bagaimana keadaanmu sayang?" tanya Zian masih cemas.
"Aku sudah lebih baik Zian, kenapa kamu nggak pulang?" jawab Azzura.
"Aku takut kamu butuh sesuatu Zura, maaf kalau aku mengganggumu" kata Zian.
"Nggak kok! terimakasih sudah menjagaku Zian. Sepertinya aku sudah cukup istirahatnya dan bisa pulang hari ini"
"Yang benar? apa nggak bisa istirahat sehari lagi? hm?"
Azzura sudah merasa lebih baik dari sebelumnya dan tidak mau berlama-lama di rumah sakit.
"Eum.. aku mau pulang aja Zian" ucapnya dengan yakin.
"Baiklah, aku antar pulang ya tapi kamu ganti baju dulu. Aku sudah bawa baju ganti, aku tunggu setelah menyelesaikan administrasi"
"Terimakasih Zian"
Memang sikap dan perhatian yang Zian berikan selalu membuat Azzura nyaman dan selalu bisa di andalkan, hanya saja Azzura masih terus mengingat hal buruk yang menimpanya akibat dari perbuatan Zian yang obsesif itu.
Sementara Zian menyelesaikan semua hal di rumah sakit mengenai semua perawatan yang Azzura terima.
Azzura berganti pakaian agar lebih nyaman karena baju yang ia kenakan basah karena keringat yang keluar cukup banyak, itupun sudah di seka oleh Zian yang menjaganya.
Tiba-tiba setelah Azzura selesai berganti pakaian, Aidan datang ke ruangannya.
"Azzura? kamu sudah mendingan?" tanya Aidan merasa khawatir.
"Iya Pak, saya sudah lebih baik. Hari ini juga saya mau pulang" jawab Azzura.
"Apa benar? bukannya lebih baik istirahat lagi saja? demammu sudah turun?"
"Saya baik-baik saja Pak, terimakasih sudah mengkhawatirkan saya" jawab Azzura tersenyum.
Zian yang kembali melihat senyum cerah dari wajah Azzura saat menatap Aidan dari balik pintu.
"Zura" panggil Zian menghampirinya.
Disitu Azzura merasa bingung karena sekali lagi Zian dan Aidan bertemu sehingga membuatnya cemas dan takut Aidan akan bersikap seperti dulu.
"Apa kamu sudah siap? ayo, kita pulang sekarang" ucap Zian tersenyum menatapnya.
Aidan tampak kesal melihat Zian namun dia juga tidak bisa ikut campur dalam urusan Azzura selama keselamatan Azzura masih terjamin.
"Azzura ikut aku saja, gimana?" ucap Aidan.
Azzura sangat bingung karena keduanya mengajaknya pulang kerumah sedangkan jika memilih salah satunya yang ada akan timbul perselisihan.
Untungnya di tengah hal itu, Tio datang dan masuk keruangan Azzura.
"Zura, kamu sudah sembuh?" tanya Tio senang melihat wajah Azzura yang lebih cerah.
"Iya sudah baikan Pak. Sekarang aku mau pulang" jawab Azzura.
"Yasudah, ayo kita jalan sekarang" ucap Tio.
"Biar ku gendong Zura" ucap Zian.
"Tidak,biar aku saja yang gendong"kata Aidan.
Zian dan Aidan ingin membantu Azzura dengan menggendongnya namun Azzura menolaknya karena hanya akan menarik perhatian banyak orang.
" Aku bisa jalan sendiri, Zian dan Aidan. Terimakasih sudah membantu" ucap Azzura.
"Saya juga berterimakasih karena sudah menjaga Azzura dengan baik" sambung Tio.
"Tapi Zura, kamu masih lemas" ucap Zian yang khawatir.
"Iya Azzura, ayo aku gendong" sambung Aidan.
Mereka berdua berebut untuk bisa menggendong Azzura namun melihat situasinya Azzura tidak mau terlibat keduanya.
Akhirnya mereka tetap bersikeras dan alhasil dari perdebatan yang cukup panjang, kini Azzura di papah oleh keduanya.
"Haha.. padahal aku cuma pingsan tapi kenapa sampai seperti ini?" ucap Azzura.
"Jangan sepelekan hal seperti itu Zura, coba kalau kamu mau di gendong pasti kamu gak perlu capek berjalan seperti ini" kata Zian.
"Kalau itu aku juga setuju, apa perlu kita angkat sekalian kakinya? Azzura pasti lelah kan?" ucap Aidan.
"Cukup! seperti ini saja aku sudah malu, apa kita bisa lebih cepat ke mobil? Pak Tio, kenapa tertawa?"
"Haha.. Zura. Ternyata aku tidak perlu khawatir karena ada 2 orang yang menjagamu"
Melihat kebersamaan itu membuat Tio tertawa dan lega membiarkan Azzura bersama dengan mereka.
Banyak sekali mata yang melihat ke arah mereka namun tidak di hiraukan sama sekali oleh Zian dan juga Aidan namun sebaliknya Azzura justru malu di tatap banyak orang karena hal yang mencolok itu.
Dua pria tinggi dan tampan itu memapah gadis berbadan kecil dengan ringannya seperti mengangkat kapas.
"Zura, setelah ini kamu harus makan banyak" ucap Zian.
"Benar, kamu sangat ringan Azzura" kata Aidan yang setuju.
"Kenapa kalian kompak sekali?" tanya Azzura.
Mendengar ucapan Azzura membuat keduanya mengirimkan sinyal persaingan dan kekesalan dari sorot matanya.
Mereka saling bertatapan dengan sinisnya namun tersenyum saat melihat Azzura.
Akhirnya mereka sampai di parkiran dan dengan perlahan mereka mengarahkan Azzura masuk kedalam mobilnya sendiri sesuai keinginannya.
"Sekali lagi terimakasih Zian dan pak Aidan" ucap Azzura.
"Iya, kabari kalau sudah sampai" ucap mereka berdua dengan kata yang sama.
"Pfftt... iya! ternyata kalian kompak ya?" jawab Azzura merasa senang.
Azzura melambaikan tangan lalu pergi menuju ke rumahnya.
"Zura, kamu yakin sudah baik-baik saja?" tanya Tio masih merasa khawatir.
"Iya Pak Tio"
"Jangan bohong! nanti pingsan lagi. Oh, ya! kemarin Pak Aidan bilang kamu demam, apa malam itu kamu bersama dengannya?" tanya Tio.
"Hmph! iya, ceritanya panjang Pak Tio. Nanti saja" jawab Azzura.
"Aneh, mereka berdua sama-sama memberi jawaban seperti itu. Apa jangan-jangan terjadi sesuatu? bukannya Azzura pacaran sama Zian? berarti mereka selingkuh? haah.. kenapa aku berfikir seperti itu. Azzura bukan perempuan yang suka berselingkuh" benak Tio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments