Mereka berdua berbincang banyak hal hingga tak terasa waktu sudah malam meski enggan namun Aidan harus tetap pulang demi kenyamanan Azzura.
"Azzura, aku pamit pulang, ya" ucap Aidan.
"Ah, iya. Hati-hati dijalan ya" jawab Azzura.
"Iya kamu juga hati-hati dirumah, kalau ada hal yang genting langsung hubungi aku, oke"
"Iya, iya.. sudah berapa kali kamu ngomong gitu Aidan" Azzura tersenyum senang lalu mengantar Aidan kedepan rumahnya.
Aidan bersikeras ingin melihat Azzura sudah masuk kerumahnya sebelum dia benar-benar pulang sedangkan Azzura juga ingin Aidan yang terlebih dahulu pergi namun akhirnya Azzura tetap mendengarkan ucapan Aidan.
Rasa senang kini menyelimuti keduanya yang sedang merasakan benih cinta yang mulai berkembang.
Kini keduanya sudah mulai dekat hingga tak terasa berbincang cukup lama.
Azzura merasakan perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan yaitu jatuh cinta.
Dia kini mulai menyadari alasan jantungnya berdebar itu dikarenakan oleh Aidan bukan Zian.
Dalam benaknya cerita cinta lama dengan Zian sudah Azzura tutup dengan tidak memberikan hatinya.
"Huh.. akhirnya aku bisa rebahan. Ternyata Aidan orang yang asik dan penuh perhatian. Apa boleh aku mengharapkan dia benar suka denganku? tapi kalaupun iya, apa aku bisa pacaran dengan orang sehebat dia?" gumam Azzura.
Hari berganti hari hingga tak terasa Azzura sudah harus melakukan aktivitas kerjanya seperti biasanya.
Kali ini dia di undang undang menghadiri acara pembukaan butik milik temannya yang bernama Sintya.
Dia juga di minta menjadi model pakaian di butik temannya untuk promosi di media sosial agar butik miliknya nanti bisa berkembang pesat.
"Mana yang mau ku pakai?" ucap Azzura bingung memilih pakaiannya.
Azzura cukup lama memilih pakaian yang akan si kenakan hari itu hingga akhirnya dia bisa menentukan mana yang akan dia pakai.
Kemudian Azzura merias wajahnya dan melengkapi penampilannya dengan aksesoris yang simpel.
Dia pun akhirnya berangkat menuju butik baru milik temannya itu dengan di antar oleh supirnya.
"Pak Tio nanti setelah antar aku, silahkan pulang aja ya" pinta Azzura.
"Baik Zura"
Setelah menempuh perjalanan cukup lama karena jalanan yang macet akhirnya Azzura pun sampai di depan butik temannya.
"Zura?" panggil Sintya sangat senang memeluk Azzura.
"Sintya, aku belum terlambat kan?" ucap Azzura.
"Iya, acaranya masih sekitar 30 menit lagi, ayo sini masuk dulu"
"Terimakasih Sintya, ternyata sudah cukup ramai ya?"
"Iya Zura, aku jadi gugup" ucap Sintya dengan tangan yang gemetar.
Azzura dengan sigap menggenggam tangan Sintya agar bisa lebih tenang.
"Kamu pasti bisa Sintya, aku yakin" ucap Azzura menguatkannya.
"Terimakasih Zura, aku pasti bisa!" jawabnya dengan penuh semangat.
Sintya mengajak Azzura berkeliling sebentar untuk melihat butiknya lalu dia menyapa tamu yang lain dan membiarkan Azzura bebas sembari menunggu acaranya dimulai.
Anehnya dalam pikiran Azzura terlintas bayangan jika Aidan bisa hadir bersamanya menyaksikan acara tersebut pasti dia akan jauh lebih senang.
"Hmph! apa sih? kenapa aku malah mikirin Aidan? apa aku benar-benar sudah kacau?" benak Azzura.
Azzura tersenyum lalu menggelengkan kepalanya saat memikirkan Aidan yang kini mulai ia harapkan kehadirannya.
Setelah menunggu akhirnya acara pun dimulai dengan lancar di mulai dari memberikan kata sambutan, memotong pita dan yang lainnya.
Sintya yang awalnya gugup justru terlihat sangat percaya diri dalam menyampaikan berbagai hal dalam pembukaan tokonya hingga membuat para tamu undangan bertepuk tangan dan kagum terhadap dirinya, tak terkecuali Azzura yang sama kagumnya dengan mereka yang menyaksikannya.
"Wah, kamu hebat banget Sintya. Aku bangga" ucap Azzura sambil mengacungkan ibu jarinya.
"Haha.. bisa aja kamu Zura. Oh, ya coba makan ini deh, aku yang buat sendiri loh" jawab Sintya memberikan kue buatannya.
"Baiklah, seperti apa sih kue buatan temanku ini" kata Azzura mencoba kue tersebut.
Sintya memperhatikan ekspresi Azzura yang sedang mencoba makanan buatannya dengan penuh harap.
"Gimana Zura? enak gak?" tanya Sintya dengan penasaran.
"Eum.. gimana ya?" jawab Azzura mencoba meledaknya.
"Hmph! gak enak ya?" kata Sintya sedikit kecewa.
"Haha.. jangan sedih gitu dong! enak.. kuenya enak Sintya, aku tadi bercanda kok"
"Huh.. dasar! syukurlah kalau enak" jawabnya merasa lega.
Mereka berdua berbincang banyak hal hingga sampai dimana mereka membahas masalah pekerjaan yang akan mereka lakukan setelahnya.
Kali ini Azzura di kontrak selama 3 bulan menjadi model pakaian di butik milik Sintya untuk promosi di media sosial dan sebagai foto katalog di butiknya.
Tentunya Sintya sudah menimbang dengan matang selama memilih model untuk butiknya. Memilih Azzura adalah hal yang tepat baginya karena Azzura memiliki kemampuan untuk menarik banyak orang tertarik dari setiap apapun yang ia kenakan sehingga dia yakin bahwa Azzura mampu membuat butiknya ramai dengan banyaknya pembeli yang berdatangan.
"Jadi, mulai minggu depan aku mulai pemotretan?" tanya Azzura untuk memastikan.
"Iya Zura, aku nggak sabar lihat kamu pakai baju yang ku buat" jawabnya merasa senang.
"Justru aku yang nggak sabar pakai baju buatan temanku yang cantik ini"
"Haha bisa aja kamu Zura"
"Yasudah, aku pamit pulang sekarang ya Sintya"
"Hati-hati di jalan ya"
"Iya dah.." ucap. Azzura sambil melambaikan tangannya.
Azzura akhirnya melangkah keluar dari butik Sintya dan mencoba mencari taksi karena dia sudah menyuruh Tio untuk pulang.
Namun sangat tak di sangka ada motor besar berhenti di depannya.
"Astaga!" Azzura terkejut melihat motor itu tiba-tiba berhenti.
Pemotor itu membuka helmnya dengan perlahan.
"Azzura, maaf membuatmu terkejut! apa yang kamu lakukan disini" tanya Aidan yang ternyata pemotor tersebut.
"Ah! Aidan? aku dari butik temanku" jawab Azzura.
"Begitu ya, kebetulan aku lewat sini! mau ku antar pulang?" ucap Aidan menawarkan untuk mengantarnya.
"Terimakasih tapi apa nggak merepotkan Aidan?" tanya Azzura.
Meski dalam hatinya sangat bergejolak dengan detak jantung yang berdebar kencang namun Azzura berusaha bersikap tenang.
"Sejak kapan Azzura merepotkan? ayo Azzura kita pulang" Aidan mengulurkan tangannya meminta Azzura ikut dengannya.
"Apa-apaan Aidan? bisa-bisanya bikin orang meleleh, haah!! apa benar boleh seperti ini?" benak Azzura.
Dengan berfikir banyak hal akhirnya Azzura mau menyentuh tangan Aidan yang cukup lama menunggu Azzura membalasnya.
Sekarang Azzura sudah membonceng motor besar Aidan.
Penampilan Aidan saat mengendarai motor dengan memakai pakaian serba hitam dengan helm full face hitam selalu menjadikannya tampak keren dan seperti idaman banyak wanita di luar sana.
Hingga Azzura pun terkagum dengan penampilan Aidan saat ini.
"Azzura, bisa tolong pegangan yang erat? aku takut kamu jatuh" pinta Aidan.
"A, apa?" jawab Azzura merasa gugup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments