Bab 20. Pernikahan Dini

.

Pov. Ashenda Reamurthi

.

.

Aku dan Mikhail memutuskan untuk kembali ke tanah air setelah empat hari aku berada di Moscow. Ingin rasanya aku kembali lagi kesana suatu hari nanti untuk mengenang momen-momen manis yang tak terlupakan bersama Mikhail.

Tentunya setelah pulang ke tanah kelahiran, kami akan menetap di rumah masing-masing. Seperti biasanya kami akan kembali menjalani hari-hari di sekolah, berjumpa di kelas saat belajar dan saat santai di jam istirahat. Lalu kembali berpisah saat jam pelajaran usai. Demikian seterusnya.

Papa masih mengamanati Haikal untuk mengantar jemput aku ke sekolah, meskipun ku kira mereka sudah dapat menebak hal besar apa saja yang mungkin terjadi ketika aku menyusul Mikhail ke Moscow.

Saat itu papa memang kelihatan berat sekali untuk merestui kepergianku kesana, tapi karena keinginanku yang terlampau kuat dan tak bisa lagi dicegah, ia tak ingin melukaiku. Terlebih karena Nyonya Sofia Kovalevskaya berani menjamin keselamatan dan semua keperluan ku selama berada di lingkungan rumahnya di sana.

Tiga hari setelah kepulangan kami ke rumah. Mikhail bersama dengan ibunya datang ke rumah untuk berbicara khusus dengan Papa dan Mamaku. Terus terang kami sangat terkejut karena sebelumnya Mikhail tak mengatakan apapun waktu berjumpa di sekolah.

Mikhail ingin kami segera meresmikan hubungan, mengingat hubungan kami yang sudah melangkah terlalu jauh dan tak mungkin lagi untuk dipisahkan. Awalnya aku agak keberatan, bukan karena perasaanku yang mulai berubah, tapi karena menurutku ini terkesan terlalu terburu-buru.

Apa tidak sebaiknya kami menyelesaikan pendidikan dahulu setidaknya untuk jenjang ini saja. Karena pelaksanaan ujian akhir masih dua bulan lagi. Namun Mikhail sepertinya tak mau menunggu untuk waktu se-lama itu. Ia seperti takut sekali aku akan berubah pikiran.

Akhirnya aku mengalah, dan aku setuju untuk menikah dini demi meyakinkannya bahwa aku serius dalam hubungan ini.

Atas permintaanku, pernikahanpun digelar dengan sederhana yang hanya di hadiri oleh kedua belah pihak keluarga inti. Meskipun digelar dengan seadanya, tapi tak sedikitpun mengurangi suasana sakral nan khidmat tersebut.

Setelah lulus nanti, barulah nyonya Sofia Kovalevskaya meminta agar diadakan resepsi meriah. Aku tak keberatan. Sebagai orangtua dari anak semata wayangnya itu, tentunya ia ingin membuat pesta meriah yang tak terlupakan untuk putranya.

Dan setelah resmi menikah, aku langsung diboyong ke kediaman suamiku. Ada banyak hal yang ku sampaikan kepada suamiku agar bisa di maklumi mengenai kebiasaaku soal makan, tidur dan banyak hal lainnya lagi. Ku sampaikan semuanya dengan hati-hati.

Beruntung ia menyambutnya dengan tangan terbuka, bahkan ia pun berhasil memberi pengertian pada Nyonya Sofia Kovalevskaya yang kini menjadi mama mertuaku.

" Mama tidak akan mengatur kalian dalam hal apapun, asal kalian tetap disini untuk menemani mama di sisa usia mama." Ucap wanita itu dengan wajah haru usai sarapan pagi dengan menu pilihan masing-masing sesuai selera.

Di tengah suasana haru itu, aku merasakan perutku mual luar biasa hingga makanan yang tadi aku makan seakan siap melompat keluar dari mulutku.

Sebenarnya sejak bangun tidur tadi ku rasakan tak nyaman pada area perut dan tenggorokanku, tapi belum separah ini. Masih ku paksakan untuk menikmati bubur ayam favoritku. Tapi Kini aku tak lagi bisa menahan, aku terpaksa berlari ke belakang yang disusul oleh Mikhail.

Mama mertuaku tersenyum penuh kebahagiaan setelah mendengar penuturan dokter yang memeriksaku dan aku dinyatakan positif hamil. Wanita yang biasanya berwajah angkuh itu menghampiri aku dengan wajah sumringah. Ia cium kening dan pipiku berkali-kali pertanda ia sangat bahagia.

" Terimakasih sudah memenuhi impian mama. Sudah lama sekali mama menantikan hari ini." wanita itu berucap dengan mata berkaca-kaca sambil mengusap-usap kepala ku dengan lembut.

" Gak usah basa basi deh ma. Lagian aku sama Ashen gak bakalan sanggup ngabisin harta mama. Makanya kita bakal kasih mama cucu yang banyak." di suasana haru biru itu Mikhail sempat-sempatnya bercanda sehingga tawa wanita itu pecah di dalam tangis bahagia.

Cucu yang banyak?

Aku bergidik ngeri mendengar ucapan Mikhail yang meskipun hanya sebuah candaan yang tak memiliki arti apapun.

Mungkin benar ini semua adalah campur tangan Tuhan. Bukan hanya berdasarkan keinginan kami semata. Di saat hidup Nyonya Sofia Kovalevskaya hancur setelah dikhianati oleh suaminya, Tuhan mengatur hubunganku dan Mikhail. Mungkin Tuhan menghendaki Nyonya Sofia untuk menemukan lagi kebahagiaan di tengah rumah besarnya ini dalam waktu dekat, sehingga pengukuhan cintaku dan Mikhail juga di percepat.

Aku pun ikut bahagia melihat kedua ibu dan anak itu saling berpelukan dalam keharuan.

" Moscow punya cerita ..." Mikhail sengaja menggodaku setelah Mama berlalu. Ia usap pipiku dengan lembut dan aku tersenyum malu-malu saat mengenang momen indah kami di Moscow.

" Gara-gara musim salju ..." aku menyambung ucapan Mikhail, kami sama-sama berbaring dalam posisi saling berhadapan.

" Ada yang gak kuat nahan rindu sampe nyusulin ke Moscow ..." ledek Mikhail sambil menggenggam tanganku dan ia taruh di dadanya.

" Emangnya yang di Moscow gak rindu ya ..." Aku balik menggodanya.

" Rindu banget sayang ... Kalo gak, gak mungkin hari ini hadir orang ketiga di tengah-tengah kita." timpal Mikhail membuat wajahku seketika menegang.

" Orang ketiga?." mataku melotot geram demi mendengar perkataan suami ganteng ku itu yang justru cengengesan meledekku.

" Maksudnya ini ..." Mikhail segera menetralisir suasana dengan menempelkan telapak tangannya di perut ku.

Aku jadi malu sendiri karena telah salah sangka.

Belum apa-apa aku sudah parno mendengar kata 'orang ketiga'.

" Lo sih, udah tau masih sekolah malah kebablasan." Aku malah menyalahkan dia.

Ia melotot namun tak bisa sembunyikan senyum.

" Kan gue udah mau pergi, tapi lo yang halangin."

Aku cekikikan. " Tapi tetep aja kalo lo gak mau, gak bakalan kejadian." Aku semakin senang menggodanya.

" Kalo gue gak kuat iman udah sejak dulu-dulu kali. Gak perlu nunggu di Moscow. Emang dasar lo yang genit suka mancing-mancing gue." Balasnya sengit.

" Tapi lo juga suka digenitin sama gue. Ngaku lo." Aku menunjuk hidungnya, membuat ia gemas dan menggigit jari telunjukku.

Aww! Aku meringis kesakitan meskipun gigitannya tidak begitu serius.

" Jangan pernah berubah ya ..." Pinta Mikhail seketika menciptakan suasana serius sambil menatapku penuh arti.

" Lo juga." Tantang ku.

" Gue takut lo yang berubah."

" Gue berubah itupun karena lo yang berubah."

Hening.

" Jangan ungkit masa lalu. Kita sekarang bukan pacaran lagi. Ada masalah sekecil apapun, harus diselesaikan. Apalagi kita udah mau punya baby. Ada tanggungjawab lain selain hanya menjaga perasaan kita berdua. Belajar lebih dewasa, ya." Seketika Mikhail menjelma menjadi lebih dewasa tiga kali lipat dari sebelumnya.

Mungkin memang sudah waktunya, karena ia akan segera bertransformasi menjadi bapak-bapak. Haha. Aku jadi tertawa sendiri.

YuKa/ 280324

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah itu udah ada yg mau Launching,Untung aja udah cepat Nikahnya..

2025-01-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!