Bab 2. Diincar Kakak Kelas

Pov. Ashenda Reamurthi

Matahari nyaris terbenam di ufuknya saat Mikhail mengantarku pulang. Aku langsung melenggang menuju ke dapur dimana mamaku sedang sibuk menyiapkan makan malam.

" Kok malem pulangnya? Emang di hari pembagian kelas udah mulai aktif belajar?" Tanya mama heran.

" Gak, ma. Tadi Ashen ketiduran di rumahnya Mikhail" Jawabku yang sontak membuat mama terkejut.

" Ashen, kamu sama Mikhail gak macem-macem kan?!" Mama mengguncang pundakku. " Ih mama apaan sih. Ya gak lah. Orang kita temenan." Aku merajuk.

" Shen, kamu itu polos atau bego sih. Kalian bukan anak-anak lagi. Fisik dan psikis kalian udah berkembang menjadi versi dewasa. Oke kalian berteman, tapi naluri di dalam diri manusia gak mengenal itu. Bisa aja Mikhail tiba-tiba naf*u liat kamu tidur di kamarnya gitu. Kamu gak mungkin bisa ngelawan tubuh besarnya." ceramah mama jadi panjang lebar.

" Itu sih jatohnya mama yang piktor. Buktinya dia biasa aja tuh gak aneh-aneh. " Aku masih membela diri.

" Kamu ini ngeyel aja kalo dibilangin" Gumam mama.

" Udah deh ma, mending doain yang baik-baik aja buat Ashen." Aku mengakhiri perdebatan lalu berlari menuju kamar ku.

Diam-diam aku jadi memikirkan ucapan mama tadi. Apa iya Mikhail yang sudah menjadi temanku sejak lama tiba-tiba bisa berubah agresif?! Aku takkan percaya itu begitu saja karena aku sama sekali tak melihat tanda-tanda itu pada diri Mikhail.

" Hallo, ada apa shen?" Sahutan dari seberang sana. Aku tak tau kenapa aku malah terpikirkan untuk menelfon Mikhail padahal kami baru saja berpisah.

" Mikh, menurut lo gue seksi gak?" Todongku yang tentu saja mendapat reaksi kaget dari cowok itu.

" Gak lah, biasa aja." Tanggap Mikhail datar. " Jadi lo gak bakalan nafsu kan liat gue?!" Lanjutku yang mendapat reaksi gelak tawa dari cowok itu.

" Lo kesambet apa gimana nih. Kok tiba-tiba nanya yang aneh-aneh" ia asyik menertawakanku.

" Gak kok, iseng aja." Aku tak mungkin cerita kalau mama lah yang membuat aku jadi mempertanyakan masalah ini langsung padanya.

Dan ternyata aku memang tak salah memilihnya sebagai teman, ia tulus menganggapku sebagai teman tanpa ada pikiran macam-macam. Mama saja yang berpikir terlalu berlebihan.

Aku mempercayai Mikhail lebih dari siapapun. Ia sangat berbeda dari cowok-cowok pada umumnya yang suka memandangku dengan tatapan kagum atau semacamnya. Entah itu karena Mikhail menghargai ku sebagai teman atau justru karena ia tidak tertarik kepada lawan jenis. Yang aku tau adalah dia temanku, dan dia baik. Cukup.

" Udah dulu ya, gue mo belajar" suara Mikhail mengagetkanku yang larut di dalam pikiranku sendiri. " Iya, iya. Gue juga mo mandi nih" kemudian sambungan telfon terputus.

Pov. Frederick Taylor

" Freddie !" Seseorang memanggilku saat aku sedang menuju ke kelas Edelweis 1 untuk melakukan kunjungan pertamaku selaku siswa terbaik di Edelweis 3.

Memang sudah menjadi tugas dari siswa terbaik tingkat tiga untuk melakukan bimbingan kepada kelas yang sama di tingkat awal. Agar mereka bisa mempertahankan prestasinya untuk tetap berada di kelas Edelweis hingga ke tingkat ke tiga sepertiku.

Hal ini hanya berlaku di kelas Edelweis. Tidak berlaku untuk kelas lainnya. Kelas lainnya seperti Dandelion dan Orchid justru harus berlomba di tahun berikutnya agar bisa masuk ke kelas Edelweis.

" Ada berita apa nih?" Tanyaku pada Josef temanku karena ia biasanya membawa berita penting.

" Lo mau ke Edelweis 1 ya?" Josef memastikan.

" Iya. Ini kunjungan pertama gue" Jawabku. " Wah kebetulan banget Fred. Di Edelweis 1 ada jackpot" Bisik Josef bernada nakal yang selalu membuatku tertarik untuk mengetahui lebih lanjut.

" Yang bener lo?" Aku menanggapi dengan semangat.

" Mata gue gak mungkin salah Freddie ... Cantik, putih, mulus dan mo*tok.... Uhhh" Josef jadi baper sendiri.

" Serius lo? Jadi gak sabar nih gue" Aku selalu percaya pada Josef, penilaian matanya tak pernah salah. Kupercepat langkahku menuju kelas Edelweis 1 untuk segera membuktikan ucapannya.

Dengan berwibawa aku memasuki ruang kelas Edelweis 1, sebagai senior tentu aku harus menjaga image di hadapan mereka. Setelah ku panggil nama mereka satu persatu, akhirnya aku menemukan sebuah nama yang tadi dibisikkan oleh Josef padaku.

Seperti dugaanku, penilaian Josef memang tak pernah salah. Cewek yang ia maksud memang seperti yang ia deskripsikan.

Dalam hati aku bertekad untuk mendapatkan cewek itu bagaimanapun caranya.

" Ashenda Reamurthi bisa tolong maju sebentar" pintaku yang di sambut sorakan anak-anak lainnya.

" Tau aja nih sama yang bening" celetuk salah satu siswa. Tak kuhiraukan. Aku fokus saja pada cewek itu yang melenggang santai ke arahku. Rambut coklatnya yang indah melambai-lambai mengikuti gerak langkahnya yang gemulai.

" Bisa kamu tinggalkan nomor ponselmu di sini, untuk jadi duta Edelweis 1. Jadi kalo ada informasi apapun, nomor kamu akan dihubungi" pintaku dengan sopan yang lagi-lagi mendapat sorakan iseng dari yang lain.

" Baik kak" ia menuruti permintaanku tanpa banyak basa-basi, segera ia tuliskan nomor ponselnya di atas kertas yang kutunjukkan.

Dalam hati aku sangat bersyukur, satu langkah aku sudah berhasil. Memang, sebagai junior, siapapun akan merasa terhormat jika sampai mendapat perhatian dari seorang senior Edelweis sepertiku.

Tak berbeda dengan cewek itu, ia pasti merasa beruntung karena sudah terpilih menjadi duta Edelweis yang baru, karena tak semua siswa dari Edelweis bisa mendapatkan kesempatan emas ini.

" Udah kak. Ada lagi?" Suaranya mengagetkanku yang sempat mencuri pandang ke bagian d*danya yang sedikit terbuka saat ia menunduk menuliskan nomor ponselnya.

" Udah cukup. Silahkan kembali" aku segera tutupi rasa grogi ku.

Setelah menuntaskan misiku, aku bergegas meninggalkan ruangan itu dengan perasaan yang tak menentu. Andai saja aku bisa menikmati keindahan itu sedikit lebih lama.

Ahh, darahku berdesir. Aku harus menyusun rencana selanjutnya untuk mewujudkan keinginanku. Dia harus menjadi milikku.

Yuka/ 210224

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Di sini lah seorang ibu memainkan perannya sebagai ortu yg bertanggungjawab,Menesehatin anak gadisnya tentang hal-hal mana yg boleh mana yg gak boleh..👍👍👍

2025-01-02

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kalo benaran ikhlas ya gak papa,Tapi jangan luat body sexi pacarannya hanya untuk satu tujuan doang ia itu Nafsu...

2025-01-02

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Ciihh Modus..

2025-01-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!