Pov. Ashenda Reamurthi
---
.
.
.
Kami sudah jauh meninggalkan area sekolah. Namun tak sedikitpun gundah di dada ini mereda. Ingin menangis rasanya aku saat meninggalkan Mikhail. Aku tau ia pun berat melepasku bersama Haikal, tapi kami sama-sama tidak punya pilihan lain.
Di tengah perjalanan, Haikal meminta berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar. Sedangkan aku memilih untuk duduk menunggunya di gazebo di dekat pintu keluar pom bensin.
" Papa bilang apa ke lo sampe lo setuju buat anter jemput gue?" Akhirnya keluar juga pertanyaan itu dari mulutku begitu Haikal selesai mengisi bahan bakar.
Cowok itu membuka helm nya lalu ia taruh di stang, sepertinya diskusi ini akan berlangsung cukup panjang.
" Om Yudha cuma bilang kalo dia pengen lo lebih fokus belajar aja. " Jawab Haikal santai, masih duduk di atas motornya.
" Dengan ngejauhin gue dari Mikhail itu gak akan bikin kualitas belajar gue jadi lebih baik. Yang ada gue malah gak semangat" aku menggerutu dengan kesal.
" Yaa, kalo gue jadi om Yudha, mungkin gue juga bertindak sama sih" cibir Haikal, sekilas kurasakan ia menatap liar ke arahku.
" Maksud lo apa?!" Aku nyolot protes.
" Punya anak perawan secantik ini, punya body goals lagi, siapa juga yang gak khawatir. Gue yakin si bule Rusia itu udah menang banyak dari lo" Haikal berani sekali berkata demikian.
Aku menahan diri untuk tidak mengamukinya, ku palingkan muka membuang napas dengan kesal.
" No comment kan lo. Gue gak heran sih. Cowok mana juga yang bisa kuat iman punya cewek kayak lo" Haikal terus saja berceloteh meski tak mendapat respon dariku.
Aku bangkit dari duduk ku, mengenakan kembali helm ku untuk memintanya segera mengantarkanku pulang. Risih aku mendengar celotehannya yang terus menerus menghakimiku.
" Duduknya jangan nyamping gitu bisa gak sih. Lama-lama gue udah kayak tukang ojek nih" protes Haikal.
" Oh jadi lo juga pengen menang banyak dari sepupu lo sendiri?! " Hardikku yang tentu tak mau menuruti keinginannya. Bukannya marah atau tersinggung, ia malah tertawa ngakak.
" Ya siapa tau kan. Rejeki itu bisa datang dari mana aja" tanggapnya iseng yang mendapat hadiah tepukan keras dariku di pundaknya.
" Makasih banget lho kal kamu udah jagain Ashen dengan baik" Gatal rasanya kupingku mendengar ucapan mama.
" Iya sama-sama tante. " Sahut Haikal sok baik. Namun ia menolak saat mama menawarinya untuk masuk dengan alasan buru-buru. Baguslah kalau ia tak berlama-lama.
Usai mandi ku baringkan tubuh lelahku di atas ranjang. Ku rogoh ponsel ku dari dalam tas. Ada satu panggilan tak terjawab dari Mikhail sekitar lima belas menit yang lalu. Tapi nomor nya tidak aktif saat ku telfon balik. Kucoba telfon kembali secara berkala. Tapi tetap tak ada hasil. Tiba-tiba dadaku diliputi oleh rasa cemas. Mungkinkah ia marah padaku? Tapi ku rasa itu tidak mungkin, bukankah tadi sebelum berpisah kami masih baik-baik saja.
Ku coba untuk menghubungi telfon rumahnya. Mbak Lasih mengabarkan kalau Mikhail bahkan belum pulang ke rumah. Panik menyerang. Dalam beberapa detik aku terpaku seperti kehilangan akal. Tak tau apa yang harus ku perbuat. Namun di dalam hati aku sempat berbisik, Ya Tuhan lindungilah Mikhailku.
Tangisku seketika pecah walaupun belum pasti untuk alasan apa. Tidak pernah sekali pun aku mendapati nomor Mikhail dalam kondisi tidak aktif sebelumnya. Ia selalu memastikan ponselnya menyala dalam kondisi apapun demi tak membuatnya terlambat membalas pesanku.
.
.
.
YuKa/ 090324
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Deni Saputra
siip
2024-03-29
1