Pov. Mikhail Alferov
.
---
.
.
.
Berbekal ponsel sang algojo yang ku bawa bersamaku, polisi akhirnya bisa melacak keberadaan sang bos yang menjadi dalang dari penculikan. Lalu satu persatu anggota komplotan mereka diciduk oleh pihak berwajib, demikian juga dengan Frederick.
Akhirnya terungkap juga mengenai misteri hilangnya Helena beberapa waktu lalu. Gadis malang itu berakhir dengan tragis hidupnya setelah selama lebih kurang setahun ia menjadi budak nafsu b*jat Frederick dan temannya Josef.
Jasadnya ditemukan terkubur di halaman belakang sekolah dalam kondisi mengenaskan. Jika saja kasus ini tak terungkap, tentu lah Marylin juga akan jadi korban tragis berikutnya.
Dan dari isu yang beredar walau bukan berdasarkan kesaksian langsung, masih ada beberapa orang lagi yang turut menjadi korban Frederick dan Josef, namun selama ini tak ada yang berani mengadukan ke pihak sekolah apalagi ke pihak yang berwajib karena ancaman akan posisi di kelas unggulan Edelweis yang akan tergeser, serta diikuti oleh rasa malu dan aib seumur hidup yang akan mereka tanggung nantinya.
Akibat dari kejadian tragis itu, mulai besok sekolah kami akan ditutup sementara untuk kepentingan penyidikan oleh tim kepolisian. Sungguh ini merupakan aib yang amat besar yang telah mencoreng nama sekolah elite itu.
Tak cukup sampai disitu, sekolahku bahkan di blacklist dari keikutsertaan dalam berbagai kompetisi bergengsi baik di ajang nasional maupun internasional. Sangat disayangkan.
" ... Jika anda peduli dengan kebahagiaan anak-anak kita, tolong biarkan putri anda tetap berada disini untuk sementara waktu. " Ku dengar mama berbicara dengan seseorang via telfon dengan nada kaku dan dingin khasnya.
" Anda tidak perlu khawatir. Saya akan bertanggungjawab atas semua hal yang mungkin terjadi nanti pada Ashen sebagai akibat dari semua ini. " Setelah ku simak, sepertinya mama sedang bicara dengan orang tua Ashen.
" Bukankah tujuan hidup manusia adalah bahagia?! Dan mereka berdua sudah memiliki itu. Sebaliknya saat mereka dipisahkan, mereka akan hancur satu sama lain. Cobalah untuk berpikir positif, anda tidak perlu lagi mencemaskan masa depan Ashen. Saya yang akan bertanggungjawab untuk semuanya."
Sepertinya sedang berlangsung sebuah dialog yang cukup sengit dan panjang karena orang tua Ashen ingin Ashen segera dipulangkan ke rumahnya.
Ashen menggenggam erat tanganku, aku tau ia sendiri tak ingin pulang melihat kondisiku yang meskipun tidak begitu parah namun harus terus diawasi dan dirawat secara intensif oleh dokter pribadi yang berkompeten di bidangnya selama dua puluh empat jam, di rumah.
" Ashen, papa kamu tidak keberatan kamu berada di sini untuk menemani Mikhail. Mama harap kamu tidak kemana-mana ya. Setidaknya sampai Mikhail pulih" Ucap mama sambil menggenggam erat tangan Ashen dengan penuh harapan.
" Baik, ma. " Sahut Ashen patuh. Terang saja itu membuat kami berdua merasa sangat bahagia. Aku sangat bersyukur mendapat dukungan penuh dari kedua belah pihak orang tua kami. Itu berarti hubungan kami tidak akan pernah mengalami masalah.
.
.
.
---
.
.
.
" Papa gimana sih, kok malah ngizinin Ashen tinggal di rumah Mikhail sih. Terus buat apa kemaren papa suruh Haikal anter jemput Ashen. Percuma aja. Toh sekarang mereka bakalan lebih deket dari sebelumnya" Bu Wirda protes atas keputusan suaminya yang selama ini ia nilai berwatak keras namun berhasil ditaklukkan oleh Nyonya Sofia Kovalevskaya dengan mudahnya.
" Papa tau betul sifat Ashen, gak bakal lama lagi dia pasti gak tahan dengan sikap otoriter bu Sofia. Ashen itu susah banget diatur. Kita tunggu aja, Ashen bakalan kabur dari mereka. Dan pada saat itu tiba, bakalan sulit bagi Ashen untuk kembali lagi" Pak Yudha berkata begitu yakin.
" Iya kalo anakmu gak keburu dihamilin sama Mikhail." Celetuk Bu Wirda kesal.
" Jangan mikir terlalu jauh ma, gak baik." Pak Yudha setengah membentak istrinya.
" Pa, mereka itu udah deket sejak SMP, semakin lama mereka semakin deket. Di rumah itu cuma ada pembantu, bu Sofia bahkan jarang di rumah. Mama gak bisa bayangin pa" Bu Wirda sangat khawatir.
" Tinggal nagih tanggungjawab mereka doang ma. Bu sofia udah menjamin itu kok. Mereka berdua udah gak bisa dipisahin kecuali emang Tuhan berkehendak misahin mereka. " Sahut Pak Yudha sengit namun Kedengaran pasrah karena memang sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi.
Bu Wirda menekan kedua sisi kepala dengan telapak tangannya. " Dulu waktu Erlang seusia Ashen, dia gak bikin pusing kayak gini. Sampe sedewasa inipun Erlang gak pernah bikin susah orang tua." Bu Wirda menggumam, membandingkan Putra sulung dan putri bungsunya.
Pak Yudha tak begitu menghiraukan ucapan istrinya. Ia lebih memilih merebahkan diri di ranjang untuk beristirahat karena jam dinding sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.
Sementara itu di kediaman Nyonya Sofia Kovalevskaya, Ashen belum bisa memejamkan mata. Ia hampiri mbak Lasih yang masih asyik menonton sinetron di televisi.
" Mbak Ashen gak bobo bareng mas Mikha nih" Mbak Lasih mulai menggoda Ashen.
" Gak lah mbak. Dia udah tidur duluan sekitar satu jam lalu. Mungkin efek obat yang dikasih sama dokter" Jawab Ashen, lagipula sudah di siapkan untuknya kamar terpisah dari Mikhail.
" Mbak, mbak Ashen beruntung banget lho terpilih jadi pacarnya mas Mikha. " Mbak Lasih membuka cerita.
" Emang kenapa mbak?" Tanya Ashen polos.
" Yaa mbak, secara Mas Mikha itu pewaris tunggal semua harta kekayaan bu Sofia. Kalo sampe nantinya mbak Ashen jadi istrinya Mas Mikha, mbak Ashen bakalan di ratukan di rumah ini" Jawab mbak Lasih, pemikirannya sangat sederhana.
" Tapi kebahagiaan gak selalu diukur dari materi mbak. " Sanggah Ashen.
" Lho kan mbak Ashen sama mas Mikha sama-sama saling mencintai. Lalu masalahnya dimana?" Mbak Lasih bertanya heran. Ashen tak menjawab.
Kemudian Nyonya Sofia muncul yang seketika membuat kaku suasana.
" Ashen, kamu gak boleh begadang. Cepat tidur sana. Besok pagi begitu Mikhail bangun, kamu sudah harus berada di kamarnya. " Tegas sang nyonya mulai mendikte.
Ashen mengangguk patuh tanpa mengeluarkan suara, lalu ia beranjak meninggalkan mbak Lasih dan sang nyonya untuk menuju ke kamarnya.
" Lasih, sebelum jam enam kamu harus sudah menyiapkan sarapan untuk Ashen dan Mikhail. " Perintah sang Nyonya.
" Baik bu. Tapi apa gak tunggu mbak Ashen turun dulu biar bisa saya tanyain dia mau sarapan pake apa?" Mbak Lasih meminta pendapat.
" Gak bisa. Dia harus makan dan melakukan apapun sesuai ketentuan yang berlaku di rumah ini. Dia harus mulai di didik untuk menjadi bagian dari keluarga saya. " Sang Nyonya menegaskan. Ia memang selalu menginginkan semua hal berlaku seperti keinginannya.
Mbak Lasih tak membantah lagi.
.
.
.
YuKa/ 130324
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments